Liputan6.com, Jakarta - Kopi Indonesia masih terus berhasil menarik peminat dari konsumen luar negeri. Terkini, produk kopi Good Day yang populer di Indonesia juga berhasil tembus pasar Uzbeksitan.
Dilaporkan situs Kementerian Luar Negeri, Minggu (1/1/2023), kopi Good Day mulai memasuki pasar-pasar dan pusat-pusat perbelanjaan di Uzbekistan. Duta Besar RI Tashkent, H.E. Sunaryo Katadinato berkesempatan untuk mengunjungi gudang penyimpanan kopi Good Day di kota Tashkent, dan menyaksikan langsung proses unloading salah satu kontainer bersama pihak importir.
Advertisement
Baca Juga
“Kopi instan Indonesia dengan cita rasa manis memiliki peluang cukup besar di Uzbekistan karena cocok dengan selera warga Uzbekistan yang umumnya menyukai makanan penutup dan minuman bercita rasa manis" Ungkap Duta Besar Sunaryo Kartadinata.
Masuknya kopi Good Day menambah daftar produk makanan dan minuman Indonesia yang telah beredar di Uzbekistan, antara lain kopi Torabika, kopi ABC, mi instan merek Mie Sedaap dan kopi Kapal Api Luwak Easy Drip.
Meskipun di Uzbekistan telah hadir cukup banyak merek kopi instan dari berbagai negara lainnya, namun pangsa pasar masih terbuka luas seiring meningkatnya demand dan daya beli masyarakat sebagai dampak pertumbuhan ekonomi yang baik.
Pada tahun 2022, impor produk makanan dan minuman Uzbekistan mengalami peningkatan sebesar 40% dibandingkan tahun sebelumnya. Uzbekistan mengimpor produk makanan dan minuman dari sekitar 100 negara, dimana Indonesia menjadi salah satu top supplier.
Kopi Subang Berhasil Jajah Pasar Mesir
Program Desa Devisa Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) / Indonesia Eximbank kembali mencatatkan kesuksesan. Desa Devisa Kopi Subang melalui Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah sukses melepas ekspor komoditas unggulan kopi robusta dengan volume 19,2 ton ke Mesir.
Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Gerald Grisanto mengatakan, ekspor ini merupakan kali keduanya yang telah dilakukan oleh Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah.
Ia menambahkan, sejak pendampingan dan pelatihan yang telah diberikan LPEI kepada para petani kopi Subang, jumlah pendapatan desa meningkat sebesar 60 persen dari sebelumnya.
“LPEI sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan RI terus membuka lebar potensi ekspor komoditas unggulan daerah melalui program Desa Devisa. Melalui program ini, kami berkomitmen mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan hingga menciptakan kepastian hasil panen bagi petani,” ujar Gerald, Sabtu (31/12).
Harapannya, lanjut Gerald, program Desa Devisa ini dapat meningkatkan kesejahteraan warga desa dan memperkuat kualitas dan kuantitas serta daya saing komoditas yang sesuai dengan standar ekspor sehingga dapat terus eksis di tingkat global.
Advertisement
Utamakan Aspek Pasar
Selain kopi robusta, Desa Devisa ini memiliki komoditi unggulan lain, yaitu kopi arabika yang juga telah berhasil diekspor sebanyak 18 ton ke Arab Saudi tahun 2021 lalu.
Adapun komoditas kopi dibudidayakan oleh 208 petani di bawah naungan Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah yang tersebar di 6 desa, yaitu Cisalak, Nagrak, Cupunagara, Darmaga, Sukakerti, dan Pasanggrahan.
Gerald melanjutkan, program Desa Devisa ini telah disesuaikan dengan kebutuhan para petani kopi Subang beserta koperasi dalam mengelola lahan produksi dan menjalankan bisnisnya.
“Pendampingan Desa Devisa Kopi Subang difokuskan pada tiga aspek, yaitu akses pasar, kapasitas produksi, dan pencatatan keuangan. Pelatihan yang kami berikan diharapkan dapat memperluas akses pasar ekspor, meningkatkan kemampuan budidaya dan pengolahan tanaman kopi, dan menyempurnakan prosedur penyusunan laporan keuangan,” jelas Gerald.
Untuk rencana ke depannya, pihak LPEI akan terus mengambil langkah yang konkrit dalam menciptakan ekosistem ekspor yang terbentuk dari desa-desa di berbagai daerah di Indonesia yang mampu secara konsisten berkontribusi terhadap peningkatan devisa negara.
BPOM Temukan Kopi Kemasan Starbucks Tanpa Izin Edar
Pada periode libur Natal dan Tahun Baru, tepatnya sejak 1 Desember 2022, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan intensifikasi pengawasan pangan.
BPOM menarik beberapa produk minuman serbuk karena tidak memiliki izin edar. Salah satu yang ditarik yakni kopi serbuk dengan merek dagang Starbucks. Diketahui, kopi serbuk itu merupakan produk impor dari Turki.
"Produk Starbucks sachet yang disita berasal dari Turki, kami temukan di toko di Banjarmasin, Kalimantan Selatan," kata Kepala BPOM RI, Penny K Lukito dalam konferensi pers, yang disiarkan secara daring, Senin (26/12).
Ada enam varian kopi bubuk bermerek dagang Starbucks yang ditarik oleh BPOM, antara lain Cafe Latte, Toffee Nut Latte, White Mocha, dan Capuccino.
Penny mengatakan, produk pangan yang masuk ke Indonesia memerlukan pengawasan dari Badan POM sejak awal. Hal ini guna mewaspadai apabila ada produk yang memiliki kandungan berbahaya maka BPOM dapat segera menelusur dan menarik kembali produk tersebut.
"Kalau ada izin edar BPOM, kami bisa pastikan pengawasan berjalan dengan baik, dari awal kedatangan hingga tiba di Indonesia dan dipasarkan. Jika produk tersebut bermasalah, maka BPOM bisa menelusuri dan menarik kembali produk tersebut," tegas Penny.
Penny pun mengatakan pihaknya akan menghubungi Starbucks Indonesia selaku importir dan distributor sebagai bentuk pertanggungjawaban. Selain itu, pihak Starbucks Indonesia akan diminta berkomunikasi dengan Starbucks Turki terkait temuan tersebut.
Advertisement