Liputan6.com, Ramallah - Masjid-masjid pada Jumat (13/10/2023), menyiarkan pesan-pesan yang meminta penduduk Jalur Gaza untuk tetap tinggal di rumah-rumah mereka. Imbauan itu bertentangan dengan seruan militer Israel agar lebih dari satu juta warga sipil di utara Gaza pindah ke selatan dalam waktu 24 jam sebagai persiapan invasi darat mereka.
Para pemimpin kelompok militan Hamas juga mendesak warga Gaza untuk mengabaikan seruan militer Israel dan hingga Jumat sore dilaporkan tidak ada tanda-tanda eksodus dari wilayah utara Gaza.
Baca Juga
Setiap serangan ke Gaza akan menjadi momen penting dalam perang Hamas Vs Israel, setelah pada Sabtu 7 Oktober kelompok militan itu melancarkan serangan paling berdarah terhadap Israel sejak perang Arab-Israel tahun 1973.
Advertisement
Israel telah melancarkan serangan udara masif ke Gaza, mengerahkan 300.000 tentara cadangan, dan menumpuk tank di dekat perbatasan sebagai respons atas serangan Hamas.
Di Gaza, ancaman invasi darat disebut memunculkan gambaran Nakba, kata dalam bahasa Arab yang berarti bencana dan mengacu pada perang yang diciptakan Israel pada tahun 1948, yang menyebabkan perampasan massal wilayah Palestina.
Analis Gaza Talal Okal menggambarkan perintah relokasi Israel sebagai upaya untuk mendorong rakyat Palestina di Gaza ke jurang Nakba.
"Seperti yang mereka lakukan pada tahun 1948 ketika mereka mengusir orang-orang dari Palestina yang bersejarah dengan menjatuhkan berbarel-barel bahan peledak ke kepala mereka, hari ini Israel mengulangi hal yang sama di depan mata dunia dan di depan kamera langsung," kata Okal kepada Reuters, seperti dikutip, Sabtu (14/10).
Dalam seruannya, militer Israel mengatakan kepada warga sipil Gaza untuk mengungsi ke selatan demi keselamatan mereka sendiri, keluarga mereka, dan menjauhkan diri mereka dari teroris Hamas yang menggunakan mereka sebagai tameng manusia.
Sementara di Gaza, masjid-masjid melalui pengeras suara menyiarkan pesan: "Pertahankan rumahmu. Pertahankan tanahmu."
Alasan Mesir Tolak Bangun Koridor Aman bagi Pengungsi Gaza
Di rumah sakit Shifa di Gaza, seorang pria tiba untuk memeriksa puluhan kerabat dan teman yang dibawa dari lokasi bangunan tempat tinggal yang dibom Israel di kamp pengungsi Beach.
"Saya selamat, saya tidak tahu mengapa saya selamat. Mungkin agar saya dapat memberitahu musuh, Amerika Serikat (AS), Eropa, dan dunia bahwa rakyat Palestina ini tidak akan dikalahkan," teriak pria tersebut kepada wartawan.
"Mereka mengira akan ada pengungsian lagi atau kami mungkin akan pergi ke Mesir. Omong kosong," katanya sebelum pergi ke kamar mayat untuk mencoba mengidentifikasi kerabatnya yang meninggal.
Gaza, sebuah wilayah pesisir kecil yang terjepit di antara Israel di utara dan timur serta Mesir di barat daya, adalah rumah bagi sekitar 2,3 juta orang yang hidup di bawah blokade sejak Hamas mengambil kendali di sana pada tahun 2007.
Sekalipun penduduknya ingin meninggalkan daerah kantong tersebut, mereka tidak punya tempat tujuan karena jalan keluar yang paling jelas adalah melalui Mesir - hal yang telah jelas ditolak oleh Kairo.
Mesir telah mendiskusikan rencana dengan AS dan negara lain untuk memberikan bantuan kemanusiaan melalui perbatasannya, namun sumber keamanan Mesir menyatakan bahwa mereka menolak setiap langkah untuk membangun koridor aman bagi pengungsi yang melarikan diri dari Gaza.
Kairo, yang sering menjadi mediator antara Israel dan Palestina, selalu menegaskan agar kedua belah pihak menyelesaikan konflik di dalam perbatasan mereka. Menurut mereka, itu adalah satu-satunya cara Palestina dapat menjamin hak bernegara mereka.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dalam sebuah kesempatan menegaskan, "Penting bagi rakyat (Palestina) untuk tetap teguh dan hadir di tanah mereka. Kami akan mengerahkan seluruh upaya untuk meringankan (beban) mereka."
Advertisement
Bayang-bayang Nakba Kedua
Dalam kesempatan berbeda, kantor berita WAFA melaporkan bahwa Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Amman, Yordania, bahwa dia menolak pemindahan paksa warga Palestina di Gaza.
Peristiwa semacam itu, sebut Abbas, akan menjadi "Nakba kedua".
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Hamas Eyad Al-Bozom mendesak masyarakat Arab di mana pun, terutama di negara-negara yang berbatasan dengan Israel untuk mendukung warga Gaza.
"Kami beritahukan kepada masyarakat di utara Gaza dan Kota Gaza, tetap tinggal di rumah dan tempat Anda. Dengan melakukan pembantaian terhadap warga sipil, pendudukan ingin sekali lagi mengusir kita dari tanah kita," kata Al-Bozom.
Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) pada Jumat menggambarkan seruan militer Israel agar warga Gaza menyingkir sebagai hal yang mengerikan. Mereka juga mengatakan bahwa Gaza dengan cepat menjadi "lubang neraka".
UNRWA sendiri telah memindahkan stafnya ke selatan untuk melanjutkan pekerjaan mereka.