Liputan6.com, Ramallah - Israel memutus akses internet dan komunikasi di Jalur Gaza, serta meningkatkan intensitas pengeboman pada Jumat (27/10/2023) malam. Pengumuman terbaru militer Israel dinilai mengisyaratkan semakin dekatnya invasi darat ke Gaza.
Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dilansir AP, Sabtu (28/10/2023) mengatakan, pasukan angkatan darat memperluas aktivitas mereka pada Jumat malam di Gaza dan bertindak dengan kekuatan besar untuk mencapai tujuan perang.
Baca Juga
Israel mengklaim bahwa serangannya menargetkan pasukan dan infrastruktur Hamas dan kelompok militan itu beroperasi dari lingkungan warga sipil, sehingga menempatkan mereka dalam bahaya.
Advertisement
Ledakan akibat serangan udara yang terus menerus menerangi langit Kota Gaza selama berjam-jam pada Jumat malam. Penyedia telekomunikasi Palestina, Paltel, memastikan bahwa pengeboman menyebabkan "gangguan total" terhadap layanan internet, seluler, dan telepon rumah.
Pemutusan hubungan ini berarti bahwa korban akibat serangan dan rincian serangan darat tidak dapat segera diketahui. Beberapa telepon satelit dilaporkan tetap berfungsi.
Sudahlah berada dalam kegelapan setelah sebagian besar aliran listrik diputus aksesnya beberapa minggu lalu, warga Palestina di Jalur Gaza kini semakin terisolasi. Sebagian besar mereka mengungsi dengan persediaan makanan dan air yang hampir habis.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menuturkan kepada wartawan asing bahwa invasi darat yang panjang dan sulit ke Gaza akan segera terjadi. Menurutnya, akan memakan waktu lama untuk membongkar jaringan terowongan Hamas yang luas.
Gallant memperkirakan akan terjadi pertempuran fase panjang dengan intensitas rendah ketika Israel menghancurkan kantong-kantong perlawanan Hamas.
Komentar Gallant menunjuk pada fase baru perang yang berpotensi melelahkan dan terbuka setelah pengeboman Gaza tanpa henti selama tiga pekan. Israel mengatakan bahwa serangannya bertujuan menghancurkan kekuasaan Hamas di Gaza dan kemampuannya untuk mengancam Israel.
Pusat media Hamas mengonfirmasi bentrokan hebat pada Jumat malam dengan pasukan Israel, termasuk tank, di beberapa tempat dekat pagar perbatasan. Namun, militer Israel tidak mengomentari pernyataan ini.
Konflik terbaru yang dimulai pasca serangan Hamas ke Israel selatan pada Sabtu 7 Oktober tersebut dikhawatirkan banyak pihak akan memicu perang yang lebih luas di seluruh wilayah Timur Tengah.
Hilangnya Informasi
Lynn Hastings, koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah pendudukan, menulis di X alias Twitter, bahwa tanpa saluran telepon dan internet, rumah sakit dan operasi bantuan tidak akan dapat beroperasi. Bulan Sabit Merah mengatakan bahwa mereka tidak dapat menghubungi tim medis dan warga tidak dapat lagi memanggil ambulans, yang berarti tim penyelamat harus mengejar suara ledakan untuk menemukan korban luka.
Kelompok bantuan internasional menuturkan mereka hanya mampu menghubungi beberapa staf melalui telepon satelit.
Adapun Komite Perlindungan Jurnalis menyuarakan kekhawatirannya terkait dengan putusnya akses telekomunikasi, yakni dunia akan kehilangan informasi mengenai realitas konflik. Kekosongan informasi, sebut mereka, dapat diisi dengan propaganda mematikan, disinformasi, dan misinformasi.
Hilangnya internet dan telepon dipastikan memberikan pukulan hebat terhadap sistem medis dan bantuan yang menurut para pekerja kemanusiaan sudah berada di ambang kehancuran karena banyaknya korban luka dan kehabisan pasokan menyusul blokade total Gaza.
Lebih dari 1,4 juta warga Gaza telah meninggalkan rumah mereka, hampir setengahnya memadati sekolah dan tempat penampungan PBB. Pekerja bantuan menggarisbawahi sedikit bantuan yang diizinkan Israel masuk dari Mesir dalam seminggu terakhir hanyalah sebagian kecil dari jumlah yang dibutuhkan.
Advertisement
Darurat Bahan Bakar
Rumah sakit-rumah sakit di Gaza sangat membutuhkan bahan bakar untuk menjalankan generator darurat yang menggerakkan inkubator dan peralatan penyelamat jiwa lainnya. Sejauh ini, Israel bersikeras melarang masuknya pengiriman bahan bakar.
Gallant mengatakan bahwa Israel yakin Hamas akan menyita bahan bakar yang masuk. Dia menyebutkan, Hamas menggunakan generator untuk memompa udara ke terowongan. Gallant menunjukkan rekaman udara dari apa yang dia klaim sebagai terowongan yang dibangun tepat di sebelah rumah sakit.
"Untuk udara, mereka (Hamas) membutuhkan minyak. Untuk minyak, mereka membutuhkan kami," kata dia.
Pada Jumat malam pula, militer Israel merilis foto-foto yang menunjukkan apa yang mereka akui sebagai instalasi Hamas di dalam dan sekitar Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza - rumah sakit terbesar di sana. Israel telah membuat klaim serupa sebelumnya, namun menolak mengatakan bagaimana mereka mendapatkan foto-foto tersebut.
Sedikit yang diketahui tentang terowongan Hamas dan infrastruktur lainnya. Klaim militer dan Gallant tidak dapat diverifikasi.
Berbicara di Rumah Sakit Shifa, kepala media Hamas Salama Maroof menyebut klaim Israel sebagai "kebohongan" dan mengatakan bahwa klaim itu adalah "pendahulu untuk menyerang fasilitas ini".
"Saya memperingatkan bahwa ada bahaya besar yang mengancam fasilitas medis dan mereka yang berada di dalamnya," ujar Maroof.
Seperti rumah sakit lainnya, Rumah Sakit Shifa menurut PBB dipenuhi oleh ribuan pasien dan sekitar 40.000 warga yang mengungsi untuk mencari perlindungan.
Ketika ditanya apakah militer Israel berencana menargetkan Rumah Sakit Shifa, Hagari menuturkan, "Kami tidak akan bisa membiarkan aktivitas teror terhadap Israel dilakukan di rumah sakit dan kami bersama dengan seluruh dunia harus menghadapi bahaya ini."
Dia mengulang klaim bahwa Hamas menggunakan penduduk Gaza sebagai tameng manusia.
Ratusan ribu orang masih berada di utara Gaza, tidak mampu atau tidak mau mengungsi ke selatan seperti yang diperintahkan Israel. Selebaran Israel yang dijatuhkan di Gaza mengatakan mereka yang tetap tinggal akan dianggap sebagai kaki tangan Hamas.
Angka kematian warga Palestina di Gaza akibat gempuran Israel telah melonjak melewati 7.300 orang, di mana lebih dari 60 persen di antaranya adalah anak di bawah umur dan perempuan. Sementara itu, lebih dari 1.400 orang terbunuh di Israel selama serangan Hamas pada 7 Oktober, dengan lebih dari 200 lainnya disandera di Gaza.