Ekonomi Tiongkok Terancam Bangkrut Akibat Melambatnya Konsumsi Publik

Menurut pengamat, kurangnya pelanggan dan barang yang bergerak lambat menggambarkan gambaran suram ekonomi.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 03 Jun 2024, 16:09 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2024, 10:34 WIB
Ilustrasi yuan (Photo by Eric Prouzet on Unsplash)
Ilustrasi yuan (Photo by Eric Prouzet on Unsplash)

Liputan6.com, Beijing - Kondisi ekonomi Tiongkok yang buruk tercermin dalam sektor supermarket yang sedang runtuh. Supermarket, yang dulunya ramai dengan pelanggan, kini tampak sangat sepi, rak-raknya penuh dengan stok yang tidak terjual.

Menurut pengamat, kurangnya pelanggan dan barang yang bergerak lambat menggambarkan gambaran suram ekonomi.

Dikutip dari laman dailyasianage, Sabtu (1/6/2024) Situasi ini merupakan pengingat yang jelas tentang tantangan ekonomi yang dihadapi China.

Lantaran bisnis di negara tersebut berjuang untuk tetap bertahan di tengah permintaan konsumen yang menurun dan tekanan keuangan yang meningkat.

Krisis ini tidak hanya mengancam kelangsungan hidup supermarket-supermarket ini tetapi juga menandakan masalah ekonomi yang lebih dalam yang dapat memiliki implikasi yang luas.

Seberapa buruk ekonomi Tiongkok?

Seorang pramuniaga bernama Wang yang bertanggung jawab untuk memasok supermarket di Chongqing mengungkapkan kepada media yang mengirimkan barang dapat merasakan bahwa ada masalah dengan pasar tahun ini.

Media domestik menerbitkan sebuah artikel minggu ini yang menyatakan bahwa ada pramuniaga wanita yang berbohong dan mengungkapkan sisi lain pasar, ditemukan bahwa barang dan supermarket tidak dapat dijual.

Tahun ini, bisnis di supermarket sedang lesu dan barang-barang bergerak lamban. Dulunya wilayah Chongqing merupakan pusat perdagangan yang ramai, jalan itu sekarang tampak sepi, sangat kontras dengan keadaan sebelumnya.

Ini adalah tempat di mana pelanggan dan pengunjung berkerumun, tangan mereka penuh dengan produk pilihan mereka.

 

Respons Pasar

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Daerah Chongqing, yang dulunya membanggakan omzet produk tertinggi, tetapi sekarang menjadi tempat yang sama, bergulat dengan respons pasar yang lamban selama dua tahun terakhir.

Barang-barang penting seperti air, bumbu dapur, dan produk kebersihan kini ditemukan dalam kondisi berdebu di gudang.

Barangnya tidak tersentuh selama lebih dari enam bulan. Jalan yang dulu ramai sekarang menjadi saksi bisu ritme pasar yang lambat.

Salah satu konsekuensi dari barang yang tidak terjual adalah peningkatan utang macet, hampir semua supermarket beroperasi secara kredit dan tahun ini penagihan pembayaran menjadi sangat sulit.

Bahkan di supermarket seluas 700 hingga 800 meter persegi, mereka tidak dapat melunasi pembayaran sebesar 1.000 RMB atau sekitar US$ 140.

 

Keluhan Pedagang Lokal

Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)
Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)

Pedagang lokal menyebutkan bahwa laba banyak toko terus menurun, terkadang meskipun barang terjual, laba tersebut tidak cukup untuk menutupi biaya seperti sewa utilitas dan gaji staf, sehingga tidak ada uang untuk pelunasan. Semakin banyak analis percaya bahwa ekonomi Tiongkok telah mencapai jalan buntu yang tidak dapat dihindarinya sehingga menimbulkan ancaman lebih lanjut dan bahkan memengaruhi seluruh dunia.

Pengamat Guang Fang dengan tegas menyatakan tahun lalu bahwa ekonomi Tiongkok seperti pasien dengan banyak kegagalan organ dengan setiap masalah memperparah masalah berikutnya sehingga tidak dapat diobati lagi.

Fong memperkirakan saat itu bahwa ekonomi Tiongkok tidak akan bertahan lebih dari duatahun dengan batas waktu PKT tahun 2025.

Begitu ekonomi mandek, kendali pemerintah pusat atas daerah-daerah lokal melemah dan keruntuhan ekonomi Tiongkok akan terjadi lebih cepat daripada invasi militer ke Taiwan.

Infografis Pertemuan Menhan Prabowo dengan Presiden China Xi Jinping. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Pertemuan Menhan Prabowo dengan Presiden China Xi Jinping. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya