Liputan6.com, Islamabad - Laporan terkini menyoroti serangkaian tindakan kekerasan dan pemaksaan yang menargetkan kaum minoritas di Pakistan.
Laporan ini menimbulkan kekhawatiran atas intoleransi agama, eksploitasi, dan kurangnya perlindungan hukum yang memadai bagi masyarakat yang terpinggirkan, dikutip dari laman Page3 News, Kamis (13/2/2025).
Baca Juga
Pada tanggal 30 Januari 2025, seorang wanita asal Ganga Bheel, menjadi sasaran serangan pria di Golarchi. Setelah serangan brutal tersebut, wanita tersebut dan keluarganya diintimidasi hingga bungkam oleh pelaku dan rekan-rekannya.
Advertisement
Namun, karena bertekad untuk mencari keadilan, mereka mengorganisir protes di klub pers setempat, menuntut pertanggungjawaban dan menyoroti kerentanan kelompok minoritas terhadap kekerasan tersebut.
Sementara itu, dalam aksi penculikan yang mengerikan, dua gadis asal Kajal dan Urmila diculik dari rumah mereka di Mithi, Tharparkar, pada 29 Januari 2025.
Gadis-gadis itu dilaporkan telah dipaksa masuk ke sebuah madrasah di Karachi, Pakistan, di mana mereka dipaksa untuk pindah keyakinan dan diancam dengan pernikahan paksa.
Keluarga mereka sangat menginginkan mereka kembali dengan selamat, mendesak pihak berwenang dan kelompok hak asasi manusia untuk segera mengambil tindakan.
Pada 29 Januari 2025, penggerebekan polisi di Kunri mengungkap eksploitasi terhadap enam petani yang telah menjadi korban kerja paksa.
Terjebak dalam siklus utang, para petani ini dipaksa bekerja dalam kondisi yang keras tanpa kompensasi apa pun.
Â
Â
Insiden Kekerasan Lainnya
Ada pula insiden tragis pada 29 Januari 2025, Santosh Kumar, seorang pengusaha dari Nau Dero dilaporkan tewas usai dibunuh oleh penyerang bersenjata saat melakukan percobaan perampokan.
Insiden tersebut telah memicu kemarahan di kalangan komunitas Hindu, dengan seruan untuk keadilan dan peningkatan langkah-langkah keamanan bagi kelompok minoritas yang rentan.
Pada 27 Januari 2025, Kamla Kolhi, seorang anggota komunitas Kolhi, ditemukan tewas dalam keadaan yang mencurigakan di rumahnya di Mirpurkhas.
Investigasi difokuskan pada kemungkinan kekerasan berbasis gender, yang mengungkap risiko sistemik yang dihadapi oleh perempuan di komunitas yang terpinggirkan.
Lalu, pada 26 Januari 2025, Anish Kumar, seorang pedagang di Kandhkot, terluka parah oleh bandit setelah ia menolak untuk memenuhi tuntutan pemerasan.
Serangan tersebut menyoroti masalah pelanggaran hukum dan pemerasan yang sedang berlangsung yang dihadapi oleh komunitas minoritas di wilayah tersebut, dengan laporan beberapa insiden serupa.
Â
Advertisement
Kasus Pemerasan
Dalam insiden lainnya pada tanggal 26 Januari 2025, Asan Das Dewan, seorang pedagang di Sakrand, menerima surat pemerasan dari bandit bersenjata yang menuntut tebusan untuk keselamatannya.
Surat tersebut, disertai dengan peluru, mengirimkan pesan yang mengerikan tentang risiko yang dihadapi oleh pemilik bisnis.
Pada tanggal 24 Januari 2025, Ghansham Meghwar, seorang guru di Umerkot, diserang oleh dua orang, Majid Samoon dan Abdul Khaliq Samoon, di kantor Pejabat Pendidikan Taluka.
Serangan tersebut merupakan bagian dari pola kekerasan yang lebih luas terhadap anggota komunitas Hindu.
Lalu, ada pula kasus seorang anak perempuan di bawah umur, diculik dan dipaksa. Tindakan pemaksaan dilaporkan telah dilakukan dengan pernikahannya dengan penculik, yang semakin menggambarkan risiko yang dihadapi oleh gadis-gadis muda Hindu di wilayah tersebut.
