Jelang HUT PDIP, Hasto Penuhi Janjinya untuk Menari Kecak

Dalam rangka HUT PDIP pada 10 Januari mendatang, rangkaian persiapan acara mulai disusun, termasuk menghadirkan tari kecak yang mengambil tema cerita Ramayana.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Des 2021, 20:40 WIB
Diterbitkan 23 Des 2021, 20:21 WIB
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menari kecak untuk memenuhi janjinya. (Foto: Dokumentasi PDIP).

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka HUT PDIP pada 10 Januari mendatang, rangkaian persiapan acara mulai disusun, termasuk menghadirkan tari kecak yang mengambil tema cerita Ramayana.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang hadir di Anjungan Bali, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis (23/12/2021) malam, melihat kesiapan para penari. Bukan hanya itu saja, dia ikut berlatih.

Rencananya, aksi menari Hasto ini akan ditayangkan dalam rangkaian peringatan HUT ke-49  PDIP yang bertema "Bangunlah Jiwa dan Badannya untuk Indonesia Raya".

"Pertunjukkan ini sebagai bagian penghormatan terhadap kebudayaan Bali dan dalam rangka memeriahkan peringatan HUT ke-49 PDI Perjuangan," kata dia dalam keterangannya.

Bukan hanya itu saja, Hasto mengungkapkan, dirinya ikut menari untuk memenuhi janjinya. Diketahui pada 2018, pernah berjanji akan menari kecak bila pasangan calon I Wayan Koster-Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) terpilih gubernur dan wagub Bali.

"Saya telah pernah membuat janji kepada masyarakat Bali, kalau Pak Wayan Koster dan Cok Ace menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur, saya akan mempersembahkan sebuah tari kecak sebagai rasa syukur dan juga komitmen bagaimana kepemimpinan Pak Koster dan Cok Ace terus membangun kebudayaan nusantara, terutama Bali sebagai bagian dari nafas ibu pertiwi dengan menggelorakan seluruh rasa cinta tanah air melalui kebudayaan," kata Hasto.

"Janji itu baru bisa dipenuhi sekarang. Karena pilkada serentak tahun 2020 dan pandemi Covid jadi tertunda terus," sambungnya.

 

Makna Tari Kecak

Hasto menuturkan, tarian ini dikoordinasikan oleh Bli Yanthu, seorang seniman asal Bali. Dia pun berperan sebagai Sugriwa.

Hasto menjelaskan, Hasto menjelaskan bahwa kisah itu menggambarkan bagaimana perjuangan menegakkan dharma atau kebaikan. Perjuangan dengan penuh keteguhan dan keyakinan, juga perjuangan suci.

"Seorang Rama melawan berbagai bentuk angkara murka yang diwakili Rahwana," kata Hasto.

Di sisi lain, cerita ini juga menggambarkan soal kesetiaan. Yakni lewat kesetiaan Dewi Sinta, yang mengandung berbagai ujian dan konsekuensi.

"Tetapi apa pun itu, tetap setia pada jalan kebenaran itu. Dan akhirnya mendapatkan rahmat perlindungan dari Yang Maha Agung, Yang Maha Kasih, sehingga Dewi Sinta akhirnya mendapatkan tempat yang begitu mulia karena jalan suci yang ditempuh Dewi Sinta," kata Hasto.

Baginya, kisah ini juga dirasakan banyak manusia dalam kehidupannya. Tak terkecuali dalam kehidupan politik. Apalagi bagi PDI Perjuangan dan Pemerintahan Presiden Joko Widodo, kader partai yang kini memimpin Indonesia.

"Dalam seluruh ekspresi yang kita persembahkan hari ini, juga ungkapan doa. Merupakan suatu penyatuan antara alam pikir, alam rasa, dalam gerak, vokal, di dalam lagu yang mencerminkan suasana batin kita untuk menuju kesempurnaan, menuju kebahagiaan," pungkas Hasto. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya