Liputan6.com, Yogyakarta - Sejak diresmikan pada 2014 lalu oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, rumah Pak Tino Sidin, pelukis yang populer di era 80-an, berubah menjadi Museum Taman Tino Sidin. Rumah tersebut berada di di Jalan Tino Sidin 297, Kadipiro, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
Sosok pria yang akrab dipanggil Pak Tino itu terasa hidup meski ia sudah meninggal pada 29 Desember 1995. Pada Kamis, 12 Desember 2017, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy kembali meresmikannya sebagai museum. Meski begitu, tidak banyak yang berbeda dengan awal museum itu dibuka.
"Mulai banyak dikunjungi tahun ini ya karena ada saya," kata Arfina Rafsanjani, edukator Museum Tino Sidin.
Advertisement
Baca Juga
Fina, sapaan akrabnya, mengatakan museum itu menyimpan banyak koleksi asli dari Tino Sidin. Namun, hanya sekitar 100 lukisan yang bisa ditampilkan kepada publik. "Kalau semua, ada ribuan," katanya.
Selain lukisan dan sketsa, museum ini juga menyimpan arsip, foto, dan memorabilia Tino Sidin semasa hidup. Dua barang koleksi yang paling berkesan tentu saja adalah baret dan kacamata yang selalu dikenakannya saat membawakan acara 'Gemar Menggambar' di TVRI.
"Masih asli semua," ujarnya.
Ia menjelaskan, ada empat ruang yang bisa dikunjungi saat datang ke museum ini. Di dalamnya, termasuk perpustakaan yang menyimpan 100 koleksi buku yang bisa dilihat di lantai atas.
Pengunjung museum itu kini mulai banyak dari kalangan umum. Di museum, para pengunjung tidak hanya bisa melihat karya Pak Tino Sidin. Mereka juga bisa belajar menggambar di ruangan khusus.
"Biasanya kalau anak-anak terus praktik gambar. Pengunjung tua juga kita tanya mau atau engga, gambar di sini," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Belajar Menggambar
Museum tersebut sempat digratiskan selama Pameran Tribute to Tino Sidin yang berlangsung sampai 21 Desember 2017. Pameran itu menampilkan 17 lukisan karya pelukis dari Yogyakarta, termasuk karya Menteri Keuangan Sri Mulyani.
"Setelah itu kembali seperti biasanya Rp 5 ribu. Itu sudah termasuk praktik menggambar," ujarnya.
Museum ini buka mulai setiap Senin hingga Sabtu, sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. "Hari Minggu libur. Kalau ada kolega dan ada orang, ya dilayani," ujarnya.
Iin Rahayu, salah satu relawan Museum Tino Sidin, mengatakan para pengunjung yang ingin menggambar ala Tino Sidin dapat ikut mengikuti kelas itu di lantai 2. Setiap sesi bisa diikuti 25-30 orang.
"Jadi nanti, diputarkan video Pak Tino waktu di TV gitu. Nah pesertanya, mengikuti setiap langkah-langkah menggambar," ujarnya.
Sejumlah teknik menggambar bisa dipelajari peserta menggambar ala Tino Sidin. Berbagai kalangan pun, mulai anak-anak hingga dewasa bisa ikut belajar menggambar di museum ini.
"Ada gambar-gambar burung, macam-macam. Nanti juga diliatin. Juga ada kiriman gambar dari SD mana, itu disebutkan sambil menunjukkan gambarnya," Iin menandaskan.
Advertisement