Melantai Perdana, Saham Pemasok Kemasan Adidas Ini Menghijau

PT Satyamitra Kemas Lestari resmi mencatatkan diri sebagai emiten ke-31 yang melantai di Bursa Efek Indonesia.

oleh Athika Rahma diperbarui 11 Jul 2019, 09:33 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2019, 09:33 WIB
Awal 2019 IHSG
Layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Satyamitra Kemas Lestari resmi mencatatkan diri sebagai emiten ke-31 yang melantai di Bursa Efek Indonesia pagi ini, Kamis (11/7/2019), dengan kode saham SMKL.

Saat perdagangan dibuka, saham perusahaan pemasok kemasan Adidas Cs tersebut menghijau 69,95 persen, dengan kenaikan Rp 135 dari nilai awal Rp 193 per lembar menjadi Rp 328 per lembar saham.

Adapun SMKL melepas sebanyak 650 juta lembar saham pada penawarannya, yang merupakan 19,12 persen dari komposisi saham keseluruhan. Dengan demikian, perusahaan ditargetkan meraup dana Rp 213,2 miliar.

Sebelumnya, perseroan telah menerima dana sebesar Rp 125,45 melalui masa penawaran umum perdana saham yang berlangsung 1-4 Juli lalu.

Direktur utama SMKL, Ang Kinardo menyatakan IPO adalah langkah awal bagi perseoran untuk menjadi pemimpin industri packaging Indonesia.

"Kami berharap dgn dicatatkannya perusahaan kami akan semakin terdepan. Kami akan terus berusaha terus menerapkan good corporate governance lebih profesional," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (11/7/2019).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BEI Dukung Langkah Emiten

20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, IGD N Yetna Setia turut mendukung langkah perusahaan untuk go public, dan berharap SMKL akan semakin berkembang.

"Hari ini adalah babakan baru bagi perseroan yg tadinya private menjadi publik. Selanjutnya, perusahaan perlu memikirkan realisasi alokasi dana, kemudian positioning harus dimanfaatkan, tindakan korporasi apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan performa dan bagaimana mengembangkan reputasi perusahaan dengan baik," tuturnya.

Dana hasil IPO akan dialokasikan untuk keperluan perusahaan, setelah dikurangi biaya emisi, diantaranya 40 persen untuk modal perusahaan, 30 persen untuk pembayaran utang dan 30 persen untuk pembelian mesin dan lokasi pabrik baru.

Sementara, SMKL menunjuk PT Kresna Sekuritas sebagai penjamin emisi efek perusahaan.

Aset Emiten di Pasar Modal Indonesia Tembus Rp 11.210 Triliun

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat capaian total aset kinerja emiten di pasar modal Indonesia hingga Maret 2019 mencapai Rp 11.210 triliun.

Angka ini tumbuh sebesar 10,38 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 10.156 triliun.

"Hingga Maret 2019 total aset mencapai Rp 11.210 triliun," kata Direktur Utama PT BEI, Inarno Djayadi saat melakukan Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Senin (24/6/2019). 

Inarno menambahkan, tingginya aset tersebut berimbas pada pendapatan emiten saham di pasar modal.

Pendapatan hingga Maret 2019 tercatat sebesar Rp 866 miliar atau tumbuh sebesar 4,13 persen dibandingkan periode yang sama sebelumnya yakni Rp 831 miliar. Adapun keuntungan pada periode tersebut mencapai sebesar Rp 96,84 miliar meningkat 8,86 persen dibandingkan periode Maret 2018 lalu sebesar Rp 88,96 miliar.

Sebelumnya, Inarno menyampaikan, mayoritas investor di pasar modal Indonesia saat ini merupakan golongan milenial yang berusia di bawah 30 tahun, yakni mencapai sekitar 40,33 persen.

"Bisa kita lihat bahwasanya mayoritas saat ini adalah milenial. Usianya sekitar 30 tahun. Jadi investor kita 40 persen adalah di usia-usia milenial," kata Inarno.

Selain milenial di bawah 30 tahun, kelompok usia lain yang juga banyak bermain di pasar modal yakni investor pada rentang usia 31-40 tahun, sebesar 25,59 persen. Diikuti investor berumur 41-50 tahun (17,87 persen), investor 51-60 tahun (10,68 persen), dan investor di atas 60 tahun (5,53 persen).  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya