Defisit Anggaran hingga Kasus COVID-19 Bakal Bebani IHSG

Sejumlah sentimen akan pengaruhi laju IHSG pada semester II 2021 antara lain imbas penerapan PPKM Darurat hingga perkembangan kasus COVID-19.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Agu 2021, 08:05 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2021, 08:04 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah sentimen akan pengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada semester II 2021. Salah satunya dampak dari penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Caroline Rusli CFA menuturkan, pasar keuangan Indonesia menunjukkan kinerja cukup terjaga. Ini  tercermin dari pergerakan IHSG yang cukup stabil.

Koreksi yang terjadi pada saham big caps – seperti ditunjukkan pada kinerja LQ45 – diimbangi oleh kenaikan beberapa saham mid small cap yang didorong oleh tema spesifik.

"Pada level saat ini, ekspektasi negatif di beberapa saham sepertinya mulai priced-in, sehingga kami melihat koreksi ini tampaknya tidak akan berlanjut terlalu panjang,” ujar dia dalam catatannya dikutip Senin (2/8/2021).

Ia mengatakan, melihat pada pengalaman negara yang mengalami gelombang kenaikan kasus harian, disrupsi terhadap ekonomi dan pasar finansial cenderung lebih terbatas dikarenakan penyesuaian aktivitas masyarakat selama pandemi dan kecenderungan pelaku pasar yang ‘forward looking’ terhadap pemulihan ekonomi, didorong optimisme laju vaksinasi yang semakin cepat.

“Kondisi makro ekonomi yang lebih suportif seperti masuknya investasi portofolio asing, kinerja ekspor yang tinggi, CAD yang rendah dan cadangan devisa yang tinggi juga membantu menjaga stabilitas pada nilai tukar rupiah,” ujar dia.

Adapun, risiko yang menjadi perhatian, menurut Caroline, defisit anggaran pemerintah menjadi salah satu risiko sebagai akibat dari penerapan PPKM Darurat.

Hal ini mengingat PPKM Darurat akan mengharuskan pengucuran stimulus kembali untuk mendorong perekonomian untuk masyarakat kalangan bawah sehingga ada risiko realokasi anggaran belanja pemerintah dari sektor yang dianggap lebih rendah prioritasnya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perkembangan Kasus COVID-19

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, Head of Equity Trading MNC Sekuritas, Frankie Prasetio menuturkan, IHSG dapat ke level 6.300 pada semester II 2021. Ia menilai, selama IHSG belum naik signifikan, investor asing masih memiliki minat untuk mempertebal portofolio di bursa saham.

"Ditambah lagi jika perusahaan-perusahaan unicorn IPO tahun ini, IHSG pun bisa terdongkrak naik,” kata dia.

Untuk sentimen yang menahan laju IHSG, Frankie menilai perkembangan kasus COVID-19 menjadi perhatian pasar.

"Jika pertambahannya masih cukup signifikan setelah perpanjangan PPKM sampai Agustus, juga sentimen efek tapering yang dikhawatirkan terjadi di Amerika Serikat,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya