Wall Street Bertenaga Berkat Saham Tesla dan Apple, Indeks Nasdaq Melonjak 2 Persen

Saham Apple dan Tesla menguat pada perdagangan Senin, 23 Januari 2023 mendorong wall street ditutup di zona hijau.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Jan 2023, 06:09 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2023, 06:09 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
Indeks acuan di wall street kompak menguat pada Senin, 23 Januari 2023. Indeks Nasdaq pimpin penguatan. (Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)... Selengkapnya

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham, Senin, 23 Januari 2023 seiring investor mempertimbangkan potensi perlambatan kenaikan suku bunga dari bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed). Investor pun bersiap hadapi minggu yang sibuk seiring rilis laba perusahaan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melonjak 2,01 persen ke posisi 11.364,41. Indeks Dow Jones bertambah 254,07 poin atau 0,76 persen ke posisi 33.629,56. Indeks S&P 500 menguat 1,19 persen ke posisi 4.019,81.

Saham Tesla dan Apple naik dengan harapan pembukaan kembali di China akan meningkatkan bisnis dua perusahaan itu. Kedua saham teknologi besar itu baru-baru ini bergulat dengan penutupan sementara dan pukulan terhadap produksi karena negara tersebut menangani kasus COVID-19 yang melonjak.

Saham semikonduktor baik pada Senin, 23 Januari 2023 dengan ETF VanEck Semiconductor melonjak 4,7 persen untuk hari terbaiknya sejak November 2022. Investor telah mulai mempertimbangkan kemungkinan the Fed bersiap untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi setelah pengetatan agresif selama berbulan-bulan.

Adapun data ekonomi yang dirilis pekan lalu menunjukkan penurunan harga grosir dan penjualan eceran, dan komentar dari pejabat bank sentral AS atau the Fed, sepertinya menandakan perlambatan.  Pernyataan dari Gubernur the Fed Christopher Wallet tampaknya mendukung kenaikan suku bunga 0,25 persen pada pertemuan berikutnya mengangkat harapan investor untuk penurunan.

Sebuah laporan the Wall Street Journal Sunday meningkatkan kemungkinan jeda musim semi untuk menaikkan suku bunga, sebuah tanda the Fed dapat mendekati akhir dari kampanye kenaikan suku bunga.

“Bulls berjalan dengan momentum jangka pendek, narasi “soft landing”, dan sulit untuk berdebat dengan aksi harga baru-baru ini,” ujar Chief Market Technician BTIG, Jonathan Krinsky, dikutip dari laman CNBC, Selasa (24/1/2023).

Investor Bakal Hadapi Rilis Laporan Keuangan Perusahaan

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)... Selengkapnya

 

Sementara itu, pasar memperkirakan peluang hampir 100 persen untuk kenaikan 25 basis poin menurut data CME group yang akan membawa suku bunga ke kisaran yang ditargetkan 4,5 persen-4,75 persen.

Laporan laba dapat membuat pasar gelisah pekan ini dengan sekitar 40 persen perusahaan dari Dow Jones merilis hasil laporan keuangan terbaruk. Hal ini dapat menawarkan lebih banyak wawasan tentang bagaimana perusahaan atasi inflasi dan suku bunga. Sejumlah perusahaan rilis laporan keuangan termasuk Microsoft, IBM, Tesla, Visa dan Mastercard.

Di sisi lain, sebanyak 57 perusahaan di S&P 500 telah melaporkan laba kuartal IV 2022. 63 persen dari perusahaan tersebut membukukan hasil yang melebihi harapan, menurut Refinitiv. Pertumbuhan laba telah di bawah standar karena kenaikan suku bunga dan kekhawatiran resesi. Perusahaan melaporkan laba 2,4 persen di atas harapan, dibandingkan dengan rata-rata jangka panjang 4,1 persen di atas harapan dan rata-rata 5,3 persen pada empat kuartal sebelumnya, berdasarkan data tersebut.

Saham Netflix Angkat Wall Street pada 20 Januari 2023

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)... Selengkapnya

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street pada perdagangan saham Jumat, 20 Januari 2023. Wall street reli jelang akhir pekan sehingga mengakhiri pekan ini dengan kuat setelah sempat kehilangan momentum reli Januari 2023.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 330,93 poin atau 1 persen ke posisi 33.375,49. Indeks S&P 500 naik 1,89 persen ke posisi 3.972,61. Indeks acuan tersebut mengakhiri penurunan beruntun dalam tiga hari. Sementara itu, indeks Nasdaq melonjak 2,66 persen ke posisi 11.140,43. Penguatan indeks Nasdaq didukung saham Netflix dan Alphabet.

Pada pekan ini, indeks Nasdaq melonjak dan membukukan kenaikan 0,55 persen, dan mencatat kinerja minggua positif selama tiga minggu berturut-turut. Indeks Dow Jones melemah 2,7 persen dan indeks S&P membukukan penurunan 0,66 persen. Dua indeks acuan itu mematahkan rekor penguatan beruntun dalam dua minggu berturut-turut. Pada 2023, rata-rata indeks acuan berada d wilayah positif.

"Kami mengalami reaksi lebih emosional dari yang diperkirakan. Banyak orang menjadi sangat pesimistis dan kami melihat gerakan untuk memulai tahun ini. Sekarang seperti yang diharapkan pasar tidak berada dalam garis lurus,” ujar Pendiri dan CEO KKM Financial, Jeff Kilburg, seperti dikutip dari laman CNBC, Sabtu (21/1/2023).

Ia mengatakan, pihaknya menemukan cara untuk terus bergerak dan memiliki titik terendah lebih tinggi. “Secara teknikal masih mendukung penurunan dan aksi jual,” ujar dia.

Adapun investor terus memantau laporan laba dan saham teknologi kapitalisasi besar memimpin pasar lebih tinggi.

 

 

Investor Pantau Laporan Keuangan

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)... Selengkapnya

Saham Netflix naik sekitar 8,5 persen setelah mengunggah lebih banyak pelanggan dari yang diharapkan meski laba kuartalan meleset dari perkiraan analis. Saham Alphabet naik lebih dari 5 persen setelah perusahaan mengumumkan akan memberhentikan 12.000 karyawan.

“Anda melihat lebih banyak bobot masuk ke beberapa teknologi using dan karena orang menjadi lebih sedikit memikirkan peluang dalam koreksi teknologi pada 2022,” tutur Kilburg.

Chief US Equity Strategist JPMorgan, Dubravko Lakos-Bujas menuturkan, kabar buruk baru-baru ini menjadi kabar baik untuk pasar saham, tetapi itu tidak akan terjadi lagi. “Akhir-akhir ini, saham mengabaikan berita ekonomi yang buruk dan meningkat karena data ekonomi yang lebih lemah dan imbal hasil yang lebih rendah,” ujar Lakos-Bujas.

Ia tidak melihat hubungan ini bertahan dan mengharapkan panduan lebih lemah untuk menekan saham. Sejumlah pihak menilai, saham dapat menuju posisi lebih rendah karena perusahaan akan menurunkan pandian seiring inflasi dan ekonomi yang melambat mempengaruhi keuntungan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya