Liputan6.com, Jakarta - Seluruh pemerintah daerah (pemda) telah menetapkan Upah Minimum Provinsi atau UMP 2015 pada 20 November ini. Sayang dari pengumuman tersebut, masih banyak buruh yang tidak puas dengan hasil keputusannya sehingga mendesak pemerintah untuk merevisi kebijakan itu.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, akan melihat permasalahan ini secara menyeluruh. Namun revisi UMP merupakan wewenang pemda.
"Kita akan lihat case by case. Saya pikir itu wewenang ada di pemda," ujar dia kepada wartawan di Jakarta, Selasa (25/11/2014).
Lebih jauh dirinya mengaku, pemerintah akan melihat daerah-daerah tertentu yang hanya memberikan UMP terjangkau namun banyak tumbuh industri padat karya. Dalam hal ini pemerintah akan memberikan insentif.
"Supaya di masa yang akan datang, jika sundulan UMP naik, buruh punya rumah di sana. Misalnya saja rusunami, sekolah, rumah sakit karena selama ini komponen besar buruh ada disitu," terang dia.
Sebagai contoh, kata Sofyan, pemerintah akan membangun perumahan, fasilitas kesehatan, sekolah, akses transportasi umum untuk buruh di kawasan industri.
"Kalau perlu terkoneksi dengan pelabuhan, kereta api, jalan tol, kita akan koneksikan sehingga ongkos logistik perusahaan jadi lebih efisien," paparnya.
Dia menyebut, daerah potensial untuk menggenjot industri manufaktur di Pantai Utara (Pantura) Jawa, Jawa Tengah, Jawa Timur, Pantai Timur Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Misalnya saja, daerah Sulawesi sangat berpotensi untuk dibangun kilang minyak, smelter dan lainnya.
"Sekarang sudah mulai dibicarakan dengan Menteri Perindustrian. Anggarannya dari penghematan BBM subsidi dan pemotongan anggaran perjalanan dinas, karena setiap sen dari alokasi itu akan digunakan untuk tujuan produktif," ucap Sofyan.
Dengan begitu, dijelaskannya, industri manufakturing di Indonesia akan bertumbuh pesat mengingat dalam kurun lima tahun tarakhir sektor ini mencatatkan pertumbuhan negatif. Akibatnya, Indonesia selalu impor barang baku, dan sebagainya.
"Sebab industri manufaktur kita tumbuh negatif karena harga komoditas saat itu mahal, akhirnya banyak orang punya pabrik meninggalkan pabriknya dan menjadi importir. Jadi manufakturing harus dihidupkan lagi dengan memberi insentif," tandas dia. (Fik/Ndw)
Buruh Minta UMP 2015 Direvisi, Ini Jawaban Menko Perekonomian
Seluruh pemerintah daerah telah menetapkan UMP 2015. Namun masih banyak buruh yang tidak puas dengan hasil keputusan tersebut.
diperbarui 25 Nov 2014, 15:08 WIBDiterbitkan 25 Nov 2014, 15:08 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Kebiasaan Muluk, Makan Menggunakan Tangan yang Sarat Filosofi dan Manfaat
Komnas HAM Minta Kasus Polisi Tembak Polisi di Sumbar Diusut Tuntas
Paris Hilton Sesumbar Punya Kulit Glowing Tanpa Botox atau Oplas, Apa Rahasianya?
Sosok AKP Dadang Iskandar, Terduga Pelaku yang Tembak Mati AKP Ryanto Ulil
Isyarat Mbah Moen Jelang Wafat, 'di Makkah Sampai Tanggal 5', Karomah Wali
Prabowo Kembali ke Tanah Air, Ini Hasil Kesepakatan Bilateral dengan MBZ di Abu Dhabi
Museum Bajra Sandhi, Monumen Perjuangan yang Sarat Filosofi Hindu Bali
Banjir Bandang Terjang 3 Desa di Tapanuli Selatan, 2 Orang Meninggal Dunia
Hidup Ruwet Banyak Masalah? Amalkan Wirid Singkat Ijazah Habib Novel Ini
Pembanguan Sekolah Terdampak Gempa Garut 5.0 Gunakan Bata Plastik Daur Ulang
Hasil Livoli Divisi Utama 2024: LavAni Juara Usai Menang Dramatis Atas Indomaret
3 Gelandang yang Bisa Direkrut Manchester United di Era Ruben Amorim: Termasuk Jebolan Akademi Klub