Liputan6.com, New York Harga minyak mentah dunia sedikit lebih tinggi. Kenaikan ini dipicu prospek berkurangnya pasokan global setelah sanksi AS terhadap eksportir minyak mentah Iran mulai berlaku dalam lima minggu.
Melansir laman Reuters, Jumat (28/9/2018), kontrak berjangka minyak Brent Brent paling aktif di bursa berjangka ditutup naik 59 sen ke level USD 81,38 per barel. Namun ini masih di bawah level tertinggi USD 81,90.
Meski demikian, ini juga masih dalam kisaran posisi tertinggi dalam empat tahun pada level USD 82,55 per barel. Adapun harga minyak mentah AS ditutup naik 55 sen menjadi USD 72,12 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Presiden AS Donald Trump menuntut agar Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkatkan produksi untuk mencegah kenaikan harga menjelang pemilihan pada bulan November bagi anggota Kongres AS.
"Pasar terus bergerak lebih tinggi di tengah kekhawatiran bahwa hilangnya pasokan dari ekspor Iran," kata Direktur Riset Pasar Tradition Energy, Gene McGillian di Stamford Connecticut.
Analis mengatakan bahwa OPEC dan Rusia tampaknya tidak akan segera meningkatkan produksinya seperti permintaan Trump.
Sekretaris Energi AS Rick Perry telah mengesampingkan penggunaan cadangan minyak mentah AS yang strategis untuk menurunkan harga minyak.
"Di atas kertas, Anda dapat membantah bahwa sudut pandang teknis dan fundamental menunjukkan harga yang lebih tinggi. Jadi saya pikir itu akan berlanjut hingga minggu depan dan seterusnya," kata Manajer Senior Saxo Bank Ole Hansen.
Namun Hansen mengatakan dia "berjuang untuk melihat" harga mencapai USD 100 per barel.
“Sudah di USD 80, kita melihat harga minyak lokal yang muncul di pasar cukup dekat dengan tempat kita mencapai posisi tertinggi beberapa tahun yang lalu ... perlombaan untuk melindungi konsumen dari kenaikan harga lebih jauh dari sini dapat berpotensi berdampak pertumbuhan permintaan lebih cepat daripada harapan," lanjut Hansen.
Adapun puncak ekspor minyak Iran tahun ini terjadi pada bulan Mei. Iran mengekspor 2,71 juta bpd, hampir 3 persen dari konsumsi harian minyak mentah global.
Arab Saudi diam-diam akan menambahkan pasokan minyaknya ke pasar dalam beberapa bulan mendatang untuk mengimbangi penurunan produksi Iran. Bila ekspor Iran dihentikan, OPEC memiliki kapasitas cadangan yang lebih sedikit. Iran merupakan produsen terbesar ketiga kelompok tersebut.
Harga Minyak Sehari Sebelumnya
Harga minyak turun pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) dipicu meningkatnya persediaan minyak Amerika Serikat (AS). Meski turun, harga minyak Brent tetap bertahan di atas USD 80 per barel ditopang turunnya ekspor minyak Iran akibat sanksi AS.
Dilansir dari Reuters, Kamis (27/9/2018), harga minyak yang jadi patokan global, Brent turun USD 53 sen menjadi USD 81,34 per barel. Pada hari Selasa, Brent naik setinggi USD 82,55, tertinggi sejak November 2014.
Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) turun USD 71 sen menjadi USD 71,57 per barel.
Baca Juga
Stok mentah AS naik 1,9 juta barel dalam seminggu hingga 21 September, menurut data Administrasi Informasi Energi AS (EIA). Analis memperkirakan penurunan 1,3 juta barel.
Investor terus mengawasi sanksi AS yang akan mempengaruhi sektor perminyakan Iran. Sanksi ini mulai berlaku pada November.
Pasar minyak bersiap untuk mendapatkan pasokan tambahan usai sanksi berlaku. Brent tetap di jalur kenaikan selama lima kuartal berturut-turut, bentangan terlama sejak awal 2007 ketika enam kuartal berjalan mengarah ke rekor harga tertinggi USD 147,50 per barel.
Beberapa pembeli besar, seperti sejumlah penyuling India, telah memberi isyarat bahwa mereka akan menghentikan pembelian minyak mentah Iran tetapi dampaknya terhadap pasar global belum jelas.
Pejabat AS, termasuk Presiden Donald Trump, sedang mencoba untuk meyakinkan konsumen dan investor bahwa pasokan yang cukup tersedia di pasar minyak dan telah mendorong Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk meningkatkan produksi.
Â
Advertisement