Pisang dan Kopi RI Berpotensi Besar Kuasai Pasar Jepang

Tiap tahunnya, Jepang mengimpor pisang dan kopi dari negara lain. Sayangnya, yang berasal dari Indonesia jumlahnya masih sangat kecil.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Feb 2019, 09:45 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2019, 09:45 WIB
Biji Kopi
Ilustrasi Foto Biji Kopi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia berpotensi besar untuk meningkatkan ekspor ke Jepang. Salah satunya produk buah-buahan seperti pisang.

Duta Besar Indonesia untuk Jepang dan Federasi Mikronesia, Arifin Tasrif mengatakan, tiap tahunnya, Jepang mengimpor pisang dan kopi dari negara lain. Sayangnya, yang berasal dari Indonesia jumlahnya masih sangat kecil.

"Jepang impor pisang 1 juta ton dari Filipina, sisanya Amerika Latin. (Dari Indonesia) hanya 3.000 ton per tahun. Kopi juga, kopi Indonesia top, tapi produk ke sini dari Vietnam. ‎Padahal kopi kita spesifik, ada Gayo, Toraja, Kintamani," ujar dia di Osaka, Jepang, seperti ditulis Rabu (6/2/2019).

Selain itu, kebutuhan anak produk nanas di Jepang juga besar. Namun sayangnya, nanas asal Indonesia belum banyak memenuhi standar yang ditetapkan Negeri Sakura.

"Nanas kita besar-besar. Tapi di sini harus di bawah 800 gram, yang kecil-kecil, agar bisa masuk supaya sesuai dengan pabrik yang memprosesnya," kata dia.

Melihat hal tersebut, lanjut Arifin, sebenarnya Indonesia punya potensi besar untuk meningkatkan ekspor ke Jepang. Namun syaratnya, harus ada peningkatan kualitas produk dan memenuhi standar yang ditetapkan otoritas di Negeri Sakura.

"Yang harus diperbaiki yaitu kemauan untuk ekspor. Karena market gede kita happy di dalam negeri. Untuk masuk ke Jepang harus memenuhi standar tertentu, kesehatan, rasanya seragam, warnanya harus bagus," tutur dia.

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan Indonesia memang butuh untuk meningkatkan ekspor produk.

Selain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, ekspor juga guna memenuhi kebutuhan valuta asing.

"Ekspor perlu didorong dan ini perlu waktu. Sekarang Presiden sudah dorong ekspor. Intinya kalau kita tidak punya suatu barang, sedangkan kita butuh maka perlu impor. Impor itu pembayarannya pakai valuta asing. Kita hanya bisa punya valuta asing kalau kita bisa ekspor," tandas dia.

Vietnam Jadi Pesaing Terberat RI buat Tarik Investor Jepang

Vietnam menjadi persaing terberat Indonesia dalam menarik investor asal Jepang. Salah satu kelebihan Vietnam di mata investor asal Negeri Sakura tersebut yaitu soal tenaga kerja.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tokyo, Puji Atmoko mengatakan, dari hasil survei yang dilakukan Japan Bank for International Corporation (JBIC), Indonesia selalu bersaing dengan Vietnam soal negara tujuan investasi perusahaan Jepang di luar negaranya. Indonesia dan Vietnam berada di posisi 3 dan 4 dalam survei tersebut.

"Yang jangka panjang, Indonesia itu di nomor 3, sempat turun dari sebelumnya tiga jadi empat. Kalah bersaing dari Vietnam. Saingan terberat kita di ASEAN itu Vietnam, sama Thailand," ujar dia di Tokyo, Jepang, Kamis (31/1/2019).

Menurut Puji, masalah infrastruktur, sebenarnya Indonesia lebih baik ketimbang Vietnam. Namun demikian, untuk masalah Sumber Daya Manusia (SDM), Vietnam dianggap lebih unggul.

"Infrastruktur kita masih jauh lebih baik, cuma kualitas SDM lebih unggul dari pada kita. (Dalam survei) Vietnam nilainya sama dengan Indonesia, tapi kualitas SDM-nya lebih unggul," kata dia.

Selain soal kualitas, upah pekerja Vietnam juga dianggap lebih stabil dan rendah ketimbang Indonesia. Hal ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi para investor Jepang.

‎"Orang Vietnam dibayar tidak tinggi. Tapi kualitasnya lebih tinggi. Upah masih murah. Upah memang masalah sensitif," ungkap dia‎.

Kemudian, lanjut Puji, ada juga faktor lain yang membuat investor Jepang mau menanamkan modalnya di Vietnam. Contohnya soal regulasi dan lahan.

"Di Vietnam, (investor) di UMKM bisa masuk, tidak ada unsur protektif. Tanah juga itu bisa mudah dibebaskan," tandas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya