Memimpin Penguatan di Asia, Rupiah Tembus 13.888 per Dolar AS

Sepanjang Rabu pekan ini, rupiah bergerak di posisi 13.895-13.950 per dolar AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Feb 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2019, 13:00 WIB
Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat usai rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,17 persen pada 2018.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah bergerak di kisaran 13.895 per dolar AS. Pada pembukaan Rabu pekan ini, rupiah menguat 16 poin ke posisi 13.945 per dolar AS dari penutupan perdagangan 13.961 per dolar AS. Sepanjang Rabu pekan ini, rupiah bergerak di posisi 13.895-13.950 per dolar AS.

Data RTI menunjukkan, nilai tukar rupiah berada di posisi 13.888 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di kisaran 13.947 per dolar AS dari periode 4 Februari 2019 di kisaran 13.976 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong rilis data ekonomi Indonesia pada 2018. Hal tersebut direspons positif oleh pelaku pasar.

"Data BPS cukup positif. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV melampaui harapan pasar. Full year sesuai dengan forecast pemerintah kalau dibulatkan menjadi 5,2 persen," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, pergerakan rupiah yang menguat memberikan kepercayaan investor. Apalagi dengan rilisnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018. Selain itu, bursa saham Asia juga sebagian besar libur untuk peringati hari raya Imlek sehingga sentimen domestik mempengaruhi pasar keuangan Indonesia.

"Sentimen dari eksternal tidak terlalu pengaruhi. Sentimen domestik membuat rupiah menguat signifikan sehingga memimpin penguatan di Asia,” kata dia.

Akan tetapi, Josua mengingatkan, pergerakan nilai tukar rupiah masih dipengaruhi sentimen global. Hal itu terutama dari kebijakan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve, perang dagang dan Brexit.

"Selain itu, harga batu bara juga agak menguat. Sebelumnya dolar AS agak menguat usai data PMI AS menurun. Namun, sentimen dalam negeri GDP cukup kuat," kata dia.

Sedangkan dari dalam negeri, pelaku pasar juga menunggu data neraca transaksi berjalan yang rilis pada Jumat pekan ini. Diperkirakan defisit neraca transaksi berjalan melebar pada kuartal IV 2018.

Josua prediksi, pergerakan nilai tukar rupiah masih akan menguat dalam jangka menengah. "Rupiah akan bergerak di kisaran 13.800 per dolar AS," ujar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


IHSG Menguat 61,66 Poin pada Sesi Pertama

20160801-IHSG-Melesat-Jakarta-AY
Pekerja melintas di layar sekuritas di Jakarta, Senin (1/8). IHSG mengakhiri perdagangan hari ini ditutup di teritori positif. Seharian, IHSG bergerak di zona hijau dan ditutup melesat hingga nyaris 3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 61,66 poin atau 0,95 persen ke posisi 6.543,11 pada sesi pertama.

Sebagian besar indeks saham acuan menguat kecuali indeks saham DBX turun 0,15 persen. Sementara itu, indeks saham LQ45 mendaki 1,21 persen.

Sebanyak 261 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 129 saham melemah dan 126 saham diam di tempat.

Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.547,84 dan terendah 6.503,57.

Total frekuensi perdagangan saham 246.503 kali dengan volume perdagangan 8,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5 triliun. Investor asing beli saham Rp 146,17 miliar di pasar regular.

Saham-saham yang menguat antara lain saham KONI mendaki 20,19 persen ke posisi 500 per saham, saham WIIM melonjak 19,73 persen ke posisi 352 per saham, dan saham FREN menanjak 16,31 persen ke posisi 164 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham OCAP melemah 34,12 persen ke posisi 112 per saham, saham MABA merosot 24,73 persen ke posisi 70 per saham, dan saham ARTA tergelincir 15,28 persen ke posisi 970 per saham.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya