Bukit Asam Bakal Bangun PLTS di Area Bekas Tambang Batu Bara

Bukit Asam memiliki lahan bekas tambang seluas 2.000 hektar.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Okt 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2020, 16:00 WIB
Bukit Asam
Bukit Asam

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arviyan Arifin mengatakan sebagian besar energi baru terbarukan (EBT) yang dihasilkan saat ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dari 440 gigawatt (GW) yang dihasilkan sebanyak 273 GW di antaranya merupakan potensi dari tenaga surya.

"Dari presentasi EBT itu, potensi terbesarnya berasal dari surya yaitu 273 GW. Itu artinya lebih dari 50 persen," kata Arviyan dalam Webinar Potret Energi Indonesia di acara Tempo Energy Day 2020, Jakarta, Rabu (21/10).

Dari data tersebut, membuat Bukit Asam ini ingin turut andil dalam menciptakan sumber energi baru untuk kebutuhan nasional. Dia mengaku perusahaanya bakal mengembangkan PLTS di berbagai lahan bekas tambang. Semisal di Tambang Batubara Ombilin, Sawahlunto, Sumatera Barat dan Tanjung Enim, di Muara Enim, Sumatera Selatan.

"Kita sudah punya persiapan untuk kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya kita di bekas tambang kita itu ada di Ombilin dan Tanjung Enim," kata dia.

Di Ombilin, PT Bukit Asam memiliki lahan bekas tambang seluas 2.000 hektar. Bila untuk menghasilkan 1 MG membutuhkan lahan 1 hektar, maka ada potensi EBT sebanyak 1000 megawatt.

Begitu juga dengan di Tanjung Enim, pihaknya memiliki lahan 95 ribu hektar. Jika 5000 hektar dijadikan sebagai PLTS, maka akan ada tambahan 5000 megawatt.

Hanya saja, masalah yang dihadapi perusahaan terkait insentif yang diberikan pemerintah untuk program PLTS ini. Menurutnya pemerintah harus memberikan insentif bagi perusahaan yang mengembangkan PLTS ini.

"Masalahnya adalah bagaimana insentif atau suppport pemerintah untuk mengembangkan tenaga surya ini karena kalau tenaga surya ini kan harus ada lahan yang luas," kata dia.

Sejauh ini, Bukit Asam sudah bekerja sama dengan Angkasa Pura II untuk membuat PLTS di kawasan Bandar Udara Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten. Penggunaan surya panel di bandara internasional ini diklaim sudah bisa memenuhi setengah kebutuhan listrik yang diperlukan.

"Sebagian penggunaan listrik di Cengkareng akan gunakan PLTS yang dikerjakan PTBA," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bukit Asam Prediksi Laba Bersih Anjlok Hingga 50 Persen

Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Penurunan permintaan batubara akibat pandemi virus corona baru (Covid-19) berimbas pada kinerja keuangan PT Bukit Asam. Perusahaan tersebut pun memprediksi penurunan laba bersih 2020 mencapai 50 persen.

Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie mengatakan, pandemi Covid-19 membawa dampak pada perlamabatan perekonomian, hal ini berujung pada menurunya permintaan batubara dari pasar.

"Pasar potensial paling besar kan india itu terdampak Covid cukup parah sehingga beberapa pelabuhan di lockdown dan itu sempat mengganggu juga pasar kita," kata Appllonius, di Jakarta, Selasa (14/7/2020).

kondisi ini berpengaruh pada kinerja perusahaan, manajemen memprediksi penurunan perolehan pendapatan usaha sebesar lebih rendah 25 persen dibandingkan tahun 2019sebesar Rp 21,8 triliun.

Selain itu juga perolehan laba bersih diprediksi turun sekitar 25 persen hingga 50 persen dibandingkan dengan perolehan laba bersih 2019 sebesar Rp 4,1 triliun.

Selain permintaan batubara yang menurun, harga batubara yang anjlok juga membuat keuangan Bukit Asam tertekan. Pasalnya, harga yang ditetapkan saat itu jauh dari prediksi dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).

Berdasarkan Indeks Newcastle rata-rata, pada Mei 2020 mengalami penurunan 37 persen dibanding Mei 2019 dan 28 persen dibawah RKAP awal sebesar USD 73,5 per ton dan 11 persen di bawah rata-rata RKAP-P yang ditetapkan sebesar USD 59,2 per ton.

"Adanya penyebaran Covid-19 di seluruh belahan dunia menjadi penyebab utama penurunan harga batu bara dunia saat ini," jelas Apollonius.

Bukit Asam telah melakukan skenario kondisi tersulit untuk mengukur sejauh mana perusahaan bisa bertahan. Selain itu, juga menerapkan efisiensi. "Kami juga melakukan efisiensi di setiap lini operasional perusahaan," tutup Apollonius. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya