Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Senin (22/8/2022) Rupiah harus ditutup melemah 53 poin walaupun sempat melemah 55 poin di level Rp 14.891. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.838..
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah masih berpotensi melemah pada perdagangan Selasa, 23 Agustus 2022.
Baca Juga
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.870 hingga Rp 14.950,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin, 22 Agustus 2022.
Advertisement
Secara internal, hal ini dipengaruhi oleh Rencana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi kian santer terdengar.
"Tingginya harga minyak dunia telah mendorong meningkatnya Gap harga keekonomian dan harga jual Pertalite dan Solar sehingga berdampak pada kenaikan subsidi BBM dan kompensasi energi di APBN 2022,” ujar Ibrahim.
Sebelumnya DPR RI telah sepakat untuk menambah anggaran subsidi BBM dan kompensasi energi sebesar Rp 502 triliun sesuai usulan pemerintah. Sayangnya, penyaluran BBM bersubsidi tak tepat sasaran sehingga gelontoran subsidi tidak optimal.
Badan Anggaran (Banggar) kemudian menyarankan agar Jokowi untuk menaikkan harga BBM dua kali tahun ini.
Agar harga BBM, bisa terjaga di tengah tingginya harga komoditas global. Maka pemerintah akan memperhatikan sejumlah indikator untuk mengukur kecukupan anggaran subsidi energi tersebut, guna untuk menjaga stabilitas harga.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Indeks Dolar AS Menguat
Presiden Joko Widodo akan mengumumkan tentang kenaikan harga BBM bersubsidi dan Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin akan pertahankan terus dalam kondisi saat ini, karena harga BBM jauh lebih murah di kawasan Asia, dan itu beban terlalu besar kepada APBN.
Memang,Jika harga Pertalite dinaikkan, inflasi kemungkinan akan melesat. Saat inflasi semakin meninggi, nilai tukar mata uang semakin tergerus. Rupiah pun tertekan. Namun, pemerintah masih akan mengantisipasi melesatnya inflasi.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter Selasa besok juga akan mempengaruhi pergerakan rupiah.
Dolar AS naik ke tertinggi baru pada Senin, dengan pembuat kebijakan Federal Reserve mempertahankan sikap hawkish atas kebijakan moneter menjelang simposium kunci Jackson Hole bank sentral akhir pekan ini.
Indeks naik lebih dari 2 persen minggu lalu, reli mingguan terbaik sejak April 2020, didorong oleh serangkaian pejabat Fed yang menekankan kenaikan suku bunga yang lebih besar diperlukan untuk memerangi inflasi yang melonjak pada level tertinggi 40 tahun.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Bank Sentral Eropa Bakal Dongkrak Suku Bunga
Bank Sentral Eropa juga diperkirakan menaikkan suku bunga lagi pada September, setelah mengejutkan pasar dengan kenaikan 50 basis poin bulan lalu.
Anggota dewan ECB Isabel Schnabel mengatakan, dalam sebuah wawancara akhir pekan lalu, dia mendukung kenaikan suku bunga besar lainnya bulan depan karena prospek inflasi kawasan belum membaik.
Sedangkan Bank of England diperkirakan akan melanjutkan pengetatan kebijakan moneter dengan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada September, setelah Bank of England memperingatkan ekonomi negara kemungkinan akan memasuki periode yang berkepanjangan.
Resesi pada kuartal keempat, itu terlihat dari kepercayaan konsumen di Inggris telah jatuh ke rekor terendah karena kekhawatiran tentang peningkatan resesi dan inflasi menekan keuangan rumah tangga.
Rupiah Melemah pada Pembukaan Perdagangan Awal Pekan
Sebelumnya, pergerakan tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal pekan ini. Pelemahan nilai tukar rupiah hari ini ini karena dibayangi sentimen kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (The Fed).
Pada Senin (22/8/2022), rupiah pagi ini melemah 57 poin atau 0,38 persen ke posisi 14.895 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.838 per dolar AS.
"Di perdagangan pagi ini, sentimen The Fed terlihat masih bertahan dan memberikan sentimen negatif ke pergerakan harga aset berisiko. Indeks saham Asia terlihat bergerak negatif di awal perdagangan hari ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Menurut Ariston, sentimen The Fed tersebut dipicu rilis notulen rapat The Fed pekan lalu dan komentar beberapa petinggi The Fed yang menginginkan kenaikan suku bunga acuan terus berlanjut hingga akhir tahun karena tingkat inflasi AS yang masih tinggi.
Sejumlah pejabat bank sentral semua menjelaskan bahwa The Fed masih memiliki pekerjaan untuk menaikkan suku bunga guna mengendalikan inflasi di Negeri Paman Sam.
Advertisement
Selanjutnya
Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan dia condong ke arah mendukung kenaikan suku bunga 75 basis poin ketiga berturut-turut pada September 2022.
Sementara Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) atau 75 bps bulan depan akan masuk akal.
Sedangkan Presiden Fed Kansas City Esther George mengatakan dia dan rekan-rekannya tidak akan berhenti mengetatkan kebijakan sampai mereka benar-benar yakin bahwa inflasi yang terlalu tinggi akan turun.
"Dari dalam negeri, rencana kenaikan BBM yang bakal memicu inflasi dan bisa menurunkan daya beli masyarakat sehingga bisa melambatkan pertumbuhan ekonomi, bisa memberikan tekanan ke rupiah," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak ke arah level 14.900 per dolar AS dengan level support 14.800 per dolar AS.