Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada Selasa 13 September 2022, sore. Pelemahan rupiah dipicu ekspektasi tingginya inflasi domestik usai kenaikan harga bahan bakar minyak.
Rupiah ditutup melemah 10 poin atau 0,06 persen ke posisi 14.852 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.842 per dolar AS.
Baca Juga
"Tekanan internal masih mendominasi, dengan ekspektasi inflasi yang akan meningkat ke depannya dari kenaikan harga Pertalite dan capital outflow investor asing melepas obligasi pemerintah," kata analis DCFX Futures Lukman Leong dikutip dari Antara, Selasa (13/9/2022).
Advertisement
Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada September 2022 akan mencapai 0,77 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), dengan penyumbang utama kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Perkiraan tersebut berasal dari Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu kedua September 2022. Komoditas utama penyumbang inflasi September 2022 sampai dengan minggu kedua yaitu bensin sebesar 0,66 persen (mtm) dan telur ayam ras sebesar 0,03 persen (mtm).
Kemudian, ada pula harga beras dan tarif angkutan dalam kota yang masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen (mtm), serta tarif angkutan antarkota, rokok kretek filter, dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Â
Â
Harga BBM
Sebelumnya, pemerintah menaikkan harga Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, solar subsidi dari Rp5.150 per liter jadi Rp6.800 per liter, Pertamax nonsubsidi naik dari Rp12.500 jadi Rp14.500 per liter berlaku mulai 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
Dari sisi eksternal, lanjut Lukman, dolar AS justru kembali melemah hari ini menjelang rilis data inflasi AS yang diperkirakan akan kembali turun.
"Hal ini meredakan ekspektasi akan kenaikan suku bunga oleh The Fed," ujar Lukman.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi 14.853 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran 14.849 per dolar AS hingga 14.877 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke posisi 14.861 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya 14.839 per dolar AS.
Advertisement
Sesi Pembukaan
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa ini dibuka melemah. Namun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpeluang menguat di tengah sentimen kenaikan suku bunga yang agresif oleh bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).
Pada Selasa (13/9/2022), rupiah dibuka melemah 8 poin atau 0,05 persen ke posisi 14.850 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.842 per dolar AS.
"Peluang rupiah menguat hari ini terhadap dolar AS masih terbuka, dengan membaiknya sentimen pasar terhadap risiko," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Ariston menyampaikan, indeks saham Asia bergerak positif pagi ini mengikuti pergerakan positif indeks saham AS dan Eropa semalam.
Dolar AS yang masih berkonsolidasi menjelang pengumuman kebijakan The Fed pekan depan juga bisa membantu penguatan rupiah.
Kendati demikian, lanjut Ariston, memang sentimen The Fed masih besar karena ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 basis poin meninggi.
"Terkini, menurut CME FedWatch tool, probabilitasnya sebesar 91 persen. Jadi, ini menjadi alasan pelemahan rupiah," ujarnya.
Sementara dari dalam negeri, Ariston menilai persoalan kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM yang memicu inflasi masih bisa menjadi penekan rupiah.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 14.820 per dolar AS hingga 14.860 per dolar AS.
Kurs Rupiah Diramal BI Jeblok ke Posisi Rp 15.200 per Dolar AS di 2023, Ini Penyebabnya
Bank Indonesia memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan semakin melemah pada 2023 mendatang. Terdapat sejumlah faktor yang membebani kurs rupiah di tahun depan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi, nilai tukar atau kurs rupiah tahun ini berada di kisaran Rp 14.500-14.900 per dolar AS, dan terDepresiasi hingga Rp 14.800-15.200 per dolar AS pada 2023.
Alasannya, The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat telah menaikan suku bunga acuannya (The Fed Fund Rate) sebanyak empat kali selama 2022 ini, atau sebesar 225 basis poin menjadi 2,25-2,50 persen.
Kebijakan tersebut turut berdampak terhadap kenaikan imbal hasil US Treasury, sehingga berpotensi menyebabkan maraknya modal asing yang keluar (capital outflow) dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.
"Faktor negatifnya tentu saja kenaikan suku bunga tinggi, baik The Fed Fund Rate maupun US Treasury, sehingga capital outflow risikonya masih tinggi. Sehingga keseluruhan 2022 kami perkirakan nilai tukar Rp 14.500-14.900, Di 2023 nilai tukar berada di Rp 14.800-15.200," jabar Perry dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8/2022).
Advertisement