'Drama' Penyerangan 10 Jam Kampus AS di Afghanistan

Kampus AS di Afghanistan diserang sekelompok orang bersenjata. Serangan di American University of Afghanistan terjadi Rabu malam.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 25 Agu 2016, 11:04 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2016, 11:04 WIB
Polisi di depan kampus Amerika di Afghanistan. (Reuters)
Polisi di depan kampus Amerika di Afghanistan. (Reuters)

Liputan6.com, Kabul - Kampus AS di Afghanistan diserang sekelompok orang bersenjata. Serangan di American University of Afghanistan terjadi di Kabul pada Rabu pukul 19.50 waktu setempat, ketika siswa berkumpul dan makan malam bersama.

"Polisi berhasil menewaskan dua penyerang yang menyerbu kampus dengan senjata dan bahan peledak," kata Kepala Polisi Departemen Investigasi Kriminal Kabul, Fraidoon Obaidi, seperti dikutip dari CNN, Kamis (25/8/2016).

"Kami telah mengakhiri operasi pembersihan. Dua penyerang ditembak mati," kata Obaidi sekitar 10 jam setelah serangan itu dimulai.

Saksi mata mengatakan orang-orang bersenjata meledakkan bom dan menembakkan senjata, menyebabkan beberapa mahasiswa dan pegawai fakultas melarikan diri. "Lainnya bersembunyi di dalam gedung," ujar seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri kepada CNN.

"Salah satu penjaga keamanan tewas dan 21 siswa terluka," ucap kepala Rumah Sakit Kabul pada Rabu malam berbeda dengan keterangan Obaidi yang menyebut 44 orang terluka, termasuk 35 siswa.

Reuters, mengutip keterangan polisi, melaporkan sebanyak 12 orang, termasuk tujuh siswa, tiga polisi, dan dua penjaga keamanan tewas dalam serangan oleh kelompok bersenjata.

Meskipun namanya universitas Amerika, hanya ada beberapa orang dari Negeri Paman Sam yang mengemban studi di sana. Namun, sejumlah orang Amerika yang mengabdi kemungkinan terperangkap di dalam gedung.

Sekolah ini dianggap sebagai simbol kerja sama antara Afghanistan dan Amerika Serikat.

Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pemerintah Afghanistan yang didukung para pejabat AS telah berjuang memberangus Taliban selama bertahun-tahun. Terakhir saat dua profesor diculik baru-baru ini.

Peristiwa ini terjadi kurang dari tiga pekan setelah sekolah terpaksa menghentikan operasi kampus setelah dua guru-- Amerika dan Australia--diculik di bawah todongan senjata. Sejauh ini keberadaan mereka masih belum diketahui.

Keterangan Saksi Mata

Ahmad Samin mengatakan dia tengah mengajar di kelas kimia pada Rabu malam ketika para penyerang masuk kampus tersebut.

Para penyerang melepaskan tembakan dan meledakkan bom di kampus. Dengan cepat, lampu di kelas Samin pun padam.

"Sangat gelap, (dan) semua orang berlarian. Semua orang mulai berteriak," kata Samin, yang merupakan warga negara AS. "(Itu) adalah saat paling menakutkan dalam hidupku. Aku mendadak memikirkan putra dan putriku di (Amerika Serikat)."

Di tengah kepulan asap hitam, Samin bergegas meninggalkan gedung kampus bersama mahasiswa dan pegawai fakultas lainnya. "Aku menghirup asap saat melarikan diri," katanya.

Salah satu murid yang dirahasiakan identitasnya mengatakan, ia tengah dalam kelas saat mendengar suara dentuman sangat besar dan keras. Sebuah ledakan yang terjadi kira-kira 50 meter dari ruang kelasnya.

"Semua orang melihat ke sekeliling ruangan mencari tempat berlindung. Kami memiliki pintu darurat di sudut kampus. Rasanya seperti sebuah gerbang yang dibuka dan orang-orang berlarian keluar. Semua orang berlari keluar dari sana."

Dia mendengar suara tembakan saat mereka berlari, kemudian ledakan kedua. Kedua ledakan berasal dari pintu masuk sekolah.

"Orang-orang berteriak minta tolong. Semua orang berteriak," ujar murid itu seraya mengaku melihat beberapa orang terluka -- akibat pecahan kaca dan peluru. "Seorang penjaga cedera diduga cedera akibat salah satu ledakan".

Siswa itu mengatakan mendengar teman-temannya terjebak di tiga bangunan.

Bilal Sawary, seorang wartawan di Kabul, mengatakan ia juga mendengar teriakan dari beberapa orang di kampus.

"Salah satu anggota keluarga saya yang ada di sana bilang para penyerang memiliki peta. Mereka minum Red Bulls, jelas bertujuan untuk tinggal selama mereka bisa dan beberapa dari mereka melemparkan granat tangan," ucap Sawary.

Kekhawatiran Keamanan di Kabul

American University of Afghanistan dibuka pada tahun 2006. Ini satu-satunya kampus swasta nirlaba di negeri itu yang memiliki sekitar 1.700 murid.

"Universitas ini merupakan bukti kemitraan sangat dekat antara Amerika Serikat dan Afghanistan, dan merupakan simbol penting dari kemitraan antara kedua negara," kata pejabat Departemen Luar Negeri.

Hal ini dianggap sebuah sekolah elit yang mewakili kaum modern dan moderat Afghanistan, di mana banyak pejabat pemerintah dan organisasi nonpemerintah di sana. Amerika Serikat mendanai banyak beasiswa untuk orang Afghanistan, termasuk bagi kaum wanita.

Serangkaian penculikan dan pengeboman Taliban meningkatkan kekhawatiran keamanan di Kabul, ibu kota Afghanistan. Warga Amerika dan diplomat lainnya pun dilarang bepergian dengan jalur darat dari bandara internasional kota untuk misi diplomatik mereka.

Sebaliknya, mereka akan diangkut dengan helikopter.

Banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, mengeluarkan peringatan untuk perjalanan ke Afghanistan, mengingat situasi keamanan di sana.

"Kami mengamati dengan seksama situasi di Universitas Amerika di Kabul," kata seorang pejabat pertahanan AS CNN. "Sejumlah kecil penasihat dari Resolute Support Mission saat ini membantu pasukan Afghanistan, karena mereka merespon penasihat ini tidak dalam peran tempur. Mereka menasihati rekan-rekan mereka di Afghanistan".

Dewan Keamanan Nasional mengeluarkan pernyataan ini pada hari Rabu.

"Amerika Serikat mengutuk aksi serangan teroris di Universitas orang Amerika di Afghanistan. Kami salut tindakan cepat dari Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional Afghanistan yang menanggapi serangan itu dan segera mengamankan area universitas."

"Kami turut berduka dan mendoakan keluarga dan kerabat yang kehilangan orang tercinta... Kami lebih menegaskan kembali dukungan AS bagi pemerintah Afghanistan dan rakyatnya, ketika mereka terus membangun negeri ini agar lebih stabil, aman, dan sejahtera."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya