Liputan6.com, Washington DC - Sudah saatnya Presiden Amerika Serikat punya pesawat baru -- itu menurut pihak pemerintah. Maka pemerintah AS memesan Boeing 747 untuk disulap jadi Air Force One.
Bukannya girang, Presiden ke-45 AS, Donald Trump justru menentangnya. Kata dia,
harga pemesanan kapal terbang pabrikan Boeing itu kelewat mahal.
Baca Juga
"Boeing tengah membangun sebuah Air Force One 747 untuk presiden berikutnya,
namun harganya di luar kontrol, lebih dari US$ 4 miliar. Batalkan pesanan!," cuit
Trump melalui media sosial Twitter seperti dikutip dari The New York Times.
Advertisement
"Program Air Force One ini akan bernilai lebih dari US$ 4 miliar. Dan menurutku ini
konyol. Aku pikir Boeing menaikkan angkanya. Kita ingin Boeing menghasilkan
banyak uang, tapi tidak sebanyak itu juga," kata Trump.
Meski sang miliarder nyentrik menilai, harga sebesar itu 'konyol', lainnya
berpendapat berbeda. "Kau bisa menggantungkan mesin-mesin baru, menjejalkan
segala macam teknologi baru, namun itu (Air Force One) adalah pesawat yang
sangat tua," kata Joseph W Hagin, mantan Wakil Kepala Staf Gedung Putih kepada
New York Times.
Pesawat Kepresidenan AS dibangun pada saat mesin faks di dalam pesawat masih
dianggap sebuah terobosan. Dan mungkin Donald Trump tak sadar, segala
teknologi canggih -- termasuk yang berfungsi melindungi nyawa orang nomor satu
di AS itu -- sama sekali tak murah.
Dari luar, Air Force One baru -- yang sejatinya adalah dua pesawat terbang yang
identik -- akan mempertahankan warga ikoniknya, biru dan putih. Namun, bagian
dalamnya niscaya tak akan bisa dikenali.
Meski sejumlah fitur terbaru Air Force One dirahasiakan, berikut 3 fakta terkait tunggangan kepresidenan AS itu:
1. Keistimewaan Air Force One
Seperti dikutip dari News.com.au, pesawat bermesin ganda (twin jet) tersebut
memiliki tinggi setara gedung berlantai enam, memiki tiga tingkat, dan ruang kabin
seluas 370 meter persegi.
Air Force One yang dinaiki Presiden Barack Obama memiliki 26 awak dan makan
biaya 276.589 dolar Australia untuk sejam perjalanan.
Boeing 747-200 punya daya jelajah 12.550 kilometer. Meski demikian, pesawat
tersebut mampu mengisi bahan bakar di udara dan dapat tinggal di atas permukaan tanah tanpa batas waktu.
Empat mesin besarnya mampu memberikan daya dorong semburan jet 56.000 pon
dan mampu terbang dengan kecepatan Mach 0.855 atau 1.092 km/jam. Boeing
mengklaim, jet pesanan itu adalah yang pesawat penumpang tercepat di dunia.
Menurut Gedung Putih, peralatan elektronik di dalam pesawat lah yang paling
menantang -- yang sulit dilindungi terhadap gelombang elektromagnetik.
Peralatan komunikasi canggih yang ada di dalamnya bahkan memungkinkan
presiden untuk mengobarkan perang jika Amerika Serikat diserang pihak luar.
Meski impresif, namun Air Force One yang dipakai Obama sudah uzur. Pesawat yang kini masih dipakai itu dipesan pada masa pemerintahan Ronald Reagan, dan mulai digunakan pada masa George HW Bush.
Pada masa itu, adalah hal istimewa memililki akses mesin faks di pesawat.
Keberadaan pesawat telepon putih untuk perbincangan rutin, dan pesawat telepon
putih warga beige -- antara abu-abu dan cokelat -- untuk pembicaraan rahasia
masih dianggap hal luar biasa.
Namun, teknologi semacam itu kini tak lagi bisa bersaing di era ponsel pintar dan
kecanggihan internet.
Advertisement
2. Benteng Pertahanan di Udara
Tua-tua begitu, dalam hal keamanan, Air Force One tak ada tandingannya. Situs
Business Insider bahkan mendeskripsikannya sebagai 'benteng terbang yang tak
ada tandingannya'.
Cermin pada bagian sayapnya bisa mengacak sistem pengarah misil infra merah.
Juga ada kilau (flare) yang bisa membuat bingung rudal musuh.
Tak hanya itu, juga ada sistem pertahanan elektronik yang berada di bagian atas
pesawat -- yang bisa menjebak radar musuh.
Selain punya jendela anti-peluru, badan pesawat juga didesain tahan dari efek
ledakan nuklir yang ada di permukaan tanah di bawahnya.
Meskipun Anda tak akan melihat dek parasut seperti yang ditampilkan dalam film
'Air Force One' yang dibintangi Harrison Ford, ada pintu keluar darurat tambahan
yang ada di bagian bawah pesawat, di depan sayap, dengan tangga yang bisa
ditarik.
Sang presiden memiliki kantor di ujung pesawat yang rucing. Juga ada kamar
istimewa atau private suite bagi sang penguasa dan ibu negara.
Juga 'Situation Room' di dalam pesawat. Pun dengan ruangan untuk para anggota
pasukan pengawalan presiden atau Secret Service, tamu, juga kantor yang
berfungsi sebagai ruang medis dan ruang operasi -- yang digunakan oleh dokter
yang bertugas di dalam Air Force One.
Dua dapur yang ada di sana bisa memberi makan hingga 100 orang sekaligus.
3. Kemewahan Kelas Utama
Katie Zezima, wartawan Washington Post mengatakan, berada di Air Force One seperti berada di pesawat komersial.
"Di dalam kabinnya, ya seperti di kabin pesawat lainnya, namun dengan sentuhan yang lebih apik, seperti tersedianya handuk sungguhan (bukan tisu) dan lotion di dalam toilet," tulis dia.
"Kursi duduk untuk pers mirip dengan yang ada di kabin kelas utama (sofa kulit yang nyaman dan empuk)."
Dan yang paling menonjol, tambah Zezima, adalah penganan yang tersedia di dalamnya.
"Bahkan dalam penerbangan pendek ke New York, kami mendapatkan makanan ringan (bawang goreng dengan saus celup dan roti dioles keju yang lumer di mulut), keranjang buah, dan permen untuk diisap."
Sementara, Peter Marquez di Quora menggambarkan kenyamanan di Air Force One. "Kursi besar, lemari, meja untuk bekerja. Ruang konferensi dengan televisi layar datar dan video telekonferensi. Ada ruang komputer yang dilengkapi akses internet."
Nantinya, ketika Air Force One masa Obama digantikan yang baru -- yang bakal digunakan Donald Trump -- dua pesawat tersebut akan dirumahkan di museum nasional US Air Force One di Ohio, di mana sembilan dari kapal terbang kepresidenan disimpan.
Kecuali, Donald Trump punya rencana lain.
Advertisement