Korban Banjir Korut Terancam 'Membeku' di Musim Dingin

Kondisi musim dingin di Korut berlangsung di atas rata-rata. Karenanya, korban banjir sangat membutuhkan berbagai kebutuhan mendasar.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 13 Des 2016, 18:30 WIB
Diterbitkan 13 Des 2016, 18:30 WIB
Banjir Korut (1)
Potret-potret merupakan bagian penting kultus kepribadian yang diciptakan oleh dinasti Kim sejak pendirian Republik Rakyat Demokratik Korea. (Sumber IFRC)

Liputan6.com, Pyongyang - Ribuan korban banjir di sebuah area terpencil di Korea Utara (Korut) membutuhkan bantuan mendesak berupa berbagai kebutuhan di musim dingin. Hal tersebut disampaikan oleh seorang pejabat dari lembaga bantuan internasional.

Banjir yang disebut terburuk dalam 70 tahun terakhir itu melanda perbatasan timur laut dengan China dan Rusia. Menurut Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), setidaknya 600.000 warga Korut terkena dampak sementara 70.000 lainnya terpaksa menjadi tunawisma.

"Masih banyak yang harus dilakukan. Banyak orang telah kehilangan segalanya," ujar Presiden IFRC, Tadateru Konoe setelah mengunjungi Korut selama 10 hari seperti dikutip dari Reuters, Selasa (13/12/2016).

"Mereka membutuhkan bantuan perlengkapan dasar selama musim dingin serta lebih banyak investasi untuk memulihkan layanan kesehatan, penyediaan air dan sistem sanitasi yang disertai dengan kampanye untuk melindungi diri dari penyebaran penyakit menular," tambahnya.

Wilayah pedesaan Korut itu disebut tertinggal dari sisi infrastruktur. Sementara banyak daerah pegunungan yang telah dibuka untuk menyediakan lahan pertanian. Hal ini menyebabkan hilangnya "penahan" banjir alami.

Negeri pimpinan Kim Jong-un tersebut mengalami musim dingin yang teramat dingin. Kondisi ini mengancam para korban banjir.

Pada September lalu, IFRC telah menyalurkan bantuan darurat senilai US$ 15,5 juta kepada Palang Merah Korut. Namun hanya 25 persen target yang berhasil dicapai.

Menurut badan PBB untuk urusan kemanusiaan, banjir menewaskan 133 orang dan menyebabkan 395 lainnya hilang. Data ini mengutip pernyataan pemerintah Korut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya