Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia, Vladimir Putin, merilis rekaman uji coba misil barunya pada Senin, 2 April 2018, tepat sehari setelah perayaan Paskah.
Rekaman itu menunjukkan senjata yang diklaim sebagai "pembunuh satelit", dengan kemampuan melenyapkan mata-mata NATO dari orbitnya.
Baca Juga
Uji terbaru menunjukkan, rudal anti-balistik yang diperbarui itu seolah-olah dirancang untuk melindungi Moskow dan Kremlin dari serangan musuh. Namun, Vladimir Putin menyebut kemampuannya lebih maju.
Advertisement
Sumber di militer Rusia menjuluki roket tersebut sebagai "pembunuh satelit", karena sistem yang disematkan di dalamnya disebut mampu menembak segala jenis pesawat dan rudal musuh.
Uji coba itu dilakukan di Sary Shagan, sebuah tempat pengujian rudal anti-balistik yang terletak di Kazakhstan.
"Sebuah rudal anti-balistik baru berhasil menyelesaikan tugasnya dan mencapai target konvensional pada waktu yang ditentukan," kata Mayor Jenderal Andrey Prikhodko dari Angkatan Udara Rusia, seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (3/4/2018).
Meski video tersebut telah beredar di dunia maya, Kementerian Pertahanan Rusia menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut mengenai sistem rahasia "si pembunuh" tersebut, termasuk jenis rudal dan ukurannya.
Di Moskow, rudal itu hanya disebut 53Т6 dan NATO tahu itu adalah Gazelle. Proyektil ini dilaporkan oleh media Rusia bakal menjadi komponen anti-rudal milik A-135, yang dirancang untuk melindungi Kremlin dari serangan nuklir.
Saksikan juga video berikut ini:
Beredar Rekaman Rusia Menguji Si 'Satan 2'
Sebelumnya, sebuah rudal balistik antarbenua (Intercontinental Mallistic Missile/ICBM), Sarmat, yang jadi andalan Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah diluncurkan untuk kedua kalinya dalam rangka uji coba.
Fox News melaporkan, Kementerian Pertahanan Rusia merilis sebuah video yang menunjukkan Sarmat meledak secara spektakuler dari tempat peluncurannya di Plesetsk Cosmodrome -- fasilitas peluncuran angkasa luar yang terletak sekitar 800 km sebelah utara Moskow dan selatan Arkhangelsk.
Dalam rekaman yang beredar, terlihat rudal tersebut -- yang dijuluki "Satan 2" oleh NATO -- tampak meluncur dari tanah dan dalam hitungan detik melayang di udara. Namun, itu hanya beberapa saat, karena akhirnya Sarmat gagal terbang.
Meski demikian, Vladimir Putin optimistis Satan-2 tak tertandingi.
"Tidak ada sistem pertahanan yang mampu menahannya," tegas sang presiden dalam pidato kenegaraan pada awal Maret, seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (31/3/2018).
Rusia telah berusaha selama bertahun-tahun untuk mengembangkan ICBM terbaru yang bisa menggantikan Voyevoda, rudal rancangan Soviet sekaligus ICBM terberat di dunia yang dijuluki "Si Setan" oleh Barat. Voyevoda dikabarkan mampu membawa 10 hulu ledak nuklir, demikian menurut laporan Associated Press.
Vladimir Putin juga menyampaikan, rudal Sarmat sedang menjalani masa uji coba dan akan memulai debutnya pada bulan Desember 2018. Ia menjelaskan, Sarmat memiliki berat 220 ton dan jangkauan yang lebih tinggi dari Voyevoda, sehingga memungkinkannya untuk terbang di atas Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Dia juga mengklaim, kecepatan Sarmat melebihi pendahulunya. Mustahil bagi musuh untuk mencegatnya di fase yang paling rentan setelah peluncuran. Selain itu, Sarmat mampu membawa lebih banyak hulu ledak nuklir ketimbang "Si Setan".
Menurut EuroNews yang mengutip kantor berita Rusia, TASS, rudal Sarmat akan diproduksi massal pada 2020. Lalu diperkirakan akan beroperasi setahun setelahnya.
"Tidak ada yang mendengarkan kami sebelumnya. Sekarang, Anda paham siapa kami sebenarnya," ucap Vladimir Putin sesumbar terkait Sarmat.
Senjata baru lainnya yang dipaparkan Vladimir Putin saat pidato kenegaraan, yaitu Avangard, rudal hipersonik antarbenua yang kecepatan terbangnya setara 20 kali kecepatan suara dan menyerang sasarannya bak meteorit dan bola api.
Selain itu, ia juga menyebutkan mengenai kecanggihan pesawat tanpa awak (drone) bawah laut, yang dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir. Drone ini diklaimnya cukup kuat menyapu pantai dan kapal induk.
Ia juga menyombongkan rudal jelajah bertenaga nuklir milik Rusia yang katanya kebal terhadap sistem pertahanan udara dan pertahanan rudal mana pun.
Advertisement