Liputan6.com, Pyongyang - Presiden Korea Selatan Moon Jae In tiba di Pyongyang pada Selasa pagi untuk bertemu dengan mitranya, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dengan harapan menciptakan perjanjian lebih lanjut tentang perdamaian di Semenanjung Korea.
Beberapa pengamat menduga bahwa pertemua ketiga kalinya antar kedua pemimpin negara, adalah upaya menghidupkan kembali perundingan denuklirisasi yang goyah antara Pyongyang dan Washington.
KTT yang digelar selama tiga hari ke depan itu muncul ketika perundingan AS-Korea Utara mencapai kebuntuan, sejak pertemuan penting antara Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un pada bulan Juni lalu di Singapura, demikian sebagaimana dikutip dari Time.com pada Selasa (18/9/2018).
Advertisement
Baca Juga
Presiden Moon dan Pemimpin Kim memuji "era baru perdamaian" ketika mereka pertama kali bertemu di "desa gencatan senjata" Panmunjom pertengahan April.
Selain itu, pertemuan terkait menjadikan Kim Jong-un sebagai pemimpin Korea Utara pertama yang memasuki wilayah Selatan sejak gencata senjata Perang Korea pada 1953 silam.
Adapun pertemuan antar-Korea kedua digelar pada bulan Mei, beberapa waktu menjelang pertemuan bersejarah antara Kim Jong-un dan Donald Trump.
Pembicaraan pekan ini digelar tidak lama setelah perayaan HUT Korea Utara ke-70, di mana parada militer tahunannya dipuji oleh Presiden Trump karena tidak menampikan rudal balistik antarbenua.
Lantas, apa saja yang kemungkinan akan dibahas dalam pertemua ketiga antara Kim Jong-un dan Moon Jae-in di Pyongyang? Berikut adalah rangkuman dari prediksi beberapa pengamat.
Â
Simak video pilihan berikut:
Kemungkinan Perjanjian Damai yang Mengikat
Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan pada Senin 17 September bahwa ia bermaksud mendorong "perdamaian permanen yang tak dapat diubah" dengan Korea Utara, selama "pembicaraan dari hati ke hati" dengan Kim Jong-un di KTT kali ini, tulis laporan kantor berita Associated Press.
"Apa yang ingin saya capai adalah perdamaian," kata Presiden Moon.
Kedua negara telah mengisyaratkan dukungan terhadap penandatanganan perjanjian damai secara permanen, untuk mengakhiri Perang Korea segera. Namun hal itu terhalang oleh sikap AS yang menuding adanya indikasi perlucutan senjata nuklir Pyongyang belum dijalankan sepenuhnya.
Meski begitu, ada harapan bahwa pembicaraan antara Korea Utara dan AS akan kembali berlanjut dalam pertemuan kedua antara Donald Trump dan Kim Jong-un, yang kemungkinan besar akan digelar di Gedung Putih.
Washington menegaskan bahwa kedua negara sedang bekerja menuju pertemuan lanjutan setelah menerima surat dari Kim Jong-un pada awal bulan ini, meskipun tidak ada rincian yang telah diselesaikan.
Advertisement
Denuklirisasi ditangguhkan
Kemajuan pada kesepakatan perdamaian Korea kemungkinan bisa mendorong kembali perundingan denuklirisasi yang goyah antara Washington dan Pyongyang.
Presiden Moon menambahkan bahwa ia berharap "menemukan jalan tengah" antara tuntutan denuklirisasi oleh AS, dan permintaan Korea Utara tentang "jaminan keamanan" yang telah dijanjikan Washington sebagai imbalannya.
Kim Jong-un menegaskan kembali komitmennya untuk mengurangi persediaan nuklir pada awal bulan ini, tetapi Washington telah mengeluh bahwa Korea Utara masih memproduksi bahan fisil nuklir, dan belum sepenuhnya membongkar fasilitas pengujian senjata terkait.
Pyongyang membalas dengan menuduh AS "membesar-besarkan masalah" dan "memaksa seperti gangster" dalam membahas perlucutan senjata.
Â
Insentif ekonomi
KTT ini juga disebut membuka jalan bagi hubungan antar-Korea yang lebih erat melalui berbagai kerjasama.
Pekan lalu, kedua pemimpin Korea membuka kantor hubungan langsung pertama mereka, yang terletak di kota perbatasan Kaesong di wilayah utara, setelah sebelumnya mereka hanya melakukan kontak via saluran telepon dan faks.
Kantor tersebut merupakan simbol rekonsiliasi terbaru antara musuh-musuh bersejarah, dan terletak di sebuah taman industri yang dioperasikan bersama sebelum ditutup pada tahun 2016.
Kebijakan Presiden Moon tentang pemulihan hubungan dengan Korea Utara juga mencakup proyek-proyek ekonomi bersama untuk meningkatkan infrastruktur negara pariah yang miskin, seperti jalan, kereta api, dan pasokan listrik, menurut laporan kantor Associated Press.
Advertisement