Liputan6.com, Caracas - Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Minggu, 23 Februari 2020 oleh Program Pangan Dunia PBB (WFP), satu dari setiap tiga orang di Venezuela berjuang untuk menyediakan makanan dengan nutrisi yang cukup untuk memenuhi persyaratan nutrisi minimum karena kontraksi ekonomi dan pergolakan politik yang parah di negara itu berlanjut.
Sebuah survei nasional berdasarkan data dari 8.375 kuesioner mengungkapkan gambaran mengejutkan tentang sejumlah besar masyarakat Venezuela yang bertahan dari makanan yang sebagian besar terdiri dari umbi-umbian dan kacang-kacangan karena hiperinflasi.
Dikutip dari AP, Senin (24/2/2020), hal tersebut kemudian membuat uang menjadi tidak berharga lagi.
Advertisement
Baca Juga
Sebanyak 9,3 juta orang - kira-kira sepertiga dari populasi - dikategorikan sebagai cukup atau tidak aman pangan, kata studi Program Pangan Dunia, yang dilakukan atas undangan pemerintah Venezuela. Kerawanan pangan didefinisikan sebagai individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dasar.
"Realitas laporan ini menunjukkan gawatnya krisis sosial, ekonomi, dan politik di negara kita,” kata Miguel Pizarro, seorang pemimpin oposisi Venezuela.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Presiden Enggan Undang Organisasi Internasional
Dalam beberapa tahun terakhir, Presiden Venezuela Nicolás Maduro enggan untuk mengundang organisasi internasional guna memberikan penilaian terhadap masalah kemanusiaan yang terjadi di negara itu. Ia masih tetap berada dalam pendiriannya, meskipun Program Pangan Dunia mengatakan itu diberikan secara "kemerdekaan penuh" dan akan mengumpulkan data di seluruh negara "tanpa hambatan atau rintangan. ”
"WFP menantikan kelanjutan dialognya dengan pemerintah Venezuela dan diskusi yang akan fokus pada jalan ke depan untuk memberikan bantuan bagi mereka yang tidak aman pangan," kata badan itu dalam sebuah pernyataan.
Tidak ada tanggapan langsung terhadap hasil studi tersebut oleh pemerintah Maduro.
Survei menemukan bahwa 74% keluarga telah mengadopsi "strategi koping terkait makanan," seperti mengurangi variasi dan kualitas makanan yang mereka makan.
Enam puluh persen rumah tangga melaporkan pemotongan porsi dalam makanan, 33% mengatakan mereka telah menerima makanan sebagai bayaran untuk pekerjaan dan 20% melaporkan menjual aset keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Kemungkinan masalah yang terjadi adalah kurangnya ketersediaan makanan dan kesulitan akses untuk mendapatkannya.
Tujuh dari 10 melaporkan bahwa makanan selalu dapat ditemukan tetapi mengatakan sulit untuk membeli karena harga tinggi. 37% melaporkan mereka kehilangan pekerjaan atau bisnis mereka akibat kontraksi ekonomi Venezuela yang parah.
Sulitnya Akses Listrik dan Air
Selain makanan, survei juga melihat gangguan terhadap akses ke listrik dan air. Studi tersebut menemukan bahwa empat dari 10 rumah tangga mengalami pemadaman listrik harian. Empat dari 10 juga melaporkan gangguan berulang dalam pelayanan air, yang semakin memperumit kehidupan sehari-hari.
Memperhatikan bahwa survei itu dilakukan pada bulan Juli hingga September, Carolina Fernández, seorang advokat hak-hak Venezuela yang bekerja dengan wanita-wanita yang rentan, mengatakan ia yakin situasinya telah semakin memburuk. Sementara dulu mungkin bagi banyak keluarga untuk bertahan hidup, mereka mengandapkan uang yang dikirim oleh kerabat di luar negeri, katanya, yang kini telah menjadi lebih sulit karena sebagian besar perekonomian diramalkan dan harga kebutuhan yang terus naik.
"Sekarang tidak cukup untuk memiliki satu orang yang tinggal di luar negeri," katanya.
Fernández mengatakan kerawanan pangan kemungkinan akan berdampak abadi pada generasi muda Venezuela yang kelaparan selama tahun-tahun krusial dalam masa pertumbuhan.
"Kami berbicara tentang anak-anak yang akan memiliki masalah jangka panjang karena mereka tidak makan dengan cukup," katanya.
Advertisement
Situasi Politik di Venezuela
Venezuela telah berada dalam pergolakan krisis politik dan kemanusiaan yang telah menyebabkan lebih dari 4,5 juta orang mengungsi dalam beberapa tahun terakhir. Maduro telah berhasil mempertahankan cengkeramannya di atas kekuasaan meskipun ada dorongan oleh pemimpin oposisi Juan Guaido untuk mencopotnya dari jabatan dan menjatuhkan sanksi AS.
Maduro sering menyalahkan pemerintahan Trump atas kesengsaraan bangsanya, dan pemerintahnya mendesak Mahkamah Pidana Internasional untuk membuka penyelidikan. Pemerintahannya juga menuduh bahwa sanksi keuangan menyebabkan penderitaan dan bahkan kematian. Perjuangan bangsa untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi warga negaranya dan memberikan perawatan medis telah memadai sebelum sanksi AS dijatuhakan terhadap pemerintah Venezuela.