Anwar Ibrahim Temui Raja Malaysia, Buktikan Klaim Didukung Mayoritas Parlemen

Anwar Ibrahim tiba di Istana Negara untuk melakukan pertemuan dengan Raja Malaysia.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Okt 2020, 11:36 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2020, 11:30 WIB
Anwar Ibrahim.
Anwar Ibrahim. (AP Images/Vincent Thian)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim tiba di Istana Negara pada Selasa 13 Oktober 2020 pagi, untuk melakukan audiensi dengan raja untuk membuktikan suara mayoritas parlemen yang diraihnya. 

Mengutip laman Channel News Asia, Selasa (13/10/2020), sebuah kendaraan yang membawanya terlihat tiba di Istana Negara pada pukul 10.25 pagi, menurut Bernama.

Sebelumnya, Anwar memposting foto dirinya dan istrinya Dr Wan Azizah Wan Ismail di halaman Facebook-nya dengan tulisan: "Semoga semua tugas hari ini dipermudah." 

Jadwal audiensi Anwar Ibrahim hari ini merupakan jadwal yang diundur dari yang seharusnya lantaran raja sehari sebelumnya harus ditunda karena raja dirawat di rumah sakit karena keracunan makanan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Buktikan Suara Mayoritas Parlemen

Anwar Ibrahim.
Anwar Ibrahim. (AFP)

Pertemuan Anwar Ibrahim dengan Raja Malaysia hari ini bertujuan untuk membuktikan suara mayoritas parlemen yang ia klaim sebelumnya.

Pertemuan Anwar dengan Raja Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah terjadi setelah ia mengumumkan pada 23 September bahwa ia memiliki "mayoritas yang kuat, tangguh, dan meyakinkan" dari Anggota Parlemen (MP) untuk membentuk pemerintahan baru.

Anwar, yang merupakan presiden Parti Keadilan Rakyat (PKR), terpilih sebagai anggota parlemen untuk Port Dickson dalam pemilihan sela pada Oktober 2018, lima bulan setelah Pakatan Harapan (PH) mencopot Barisan Nasional (BN) dalam pemilihan umum untuk membentuk pemerintah federal. 

Anwar, yang menjalani hukuman penjara karena kasus dugaan sodomi pada saat pemilihan umum diadakan, diberikan pengampunan kerajaan beberapa hari setelah kemenangan PH. 

Dia dianggap sebagai penerus Mahathir untuk jabatan perdana menteri di bawah rezim PH, tetapi posisinya runtuh awal tahun ini ketika sekelompok anggota parlemen dari PKR dan Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) membelot untuk bergabung dengan anggota parlemen saingan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya