Liputan6.com, Changchun - Pemerintah China menerapkan lockdown di provinsi Jilin yang berbatasan dengan Korea Utara. Keputusan ini diambil setelah ada klaster penularan COVID-19 yang terkait seorang pedagang (salesman) produk kesehatan.
Dikutip dari Channel News Asia, Selasa (19/1/2021), provinsi Jilin mencatat adanya 109 kasus baru. Dua kota di provinsi Jilin terdampak lockdown ini.
Advertisement
Baca Juga
Pihak berwenang telah melacak ratusan infeksi di provinsi Jilin yang berujung kepada seorang salesman dari provinsi Heilongjiang yang berbatasan dengan Jilin. Pedagang itu positif namun tanpa gejala.
Provinsi Heilongjiang telah lebih dahulu mengumumkan situasi darurat. Dua kota di Jilin yang kena lockdown sempat dikunjungi salesman keliling itu.
Pedagang itu juga memberikan workshop kepada warga berusia paruh baya dan lansia. Di China, workshop produk kesehatan sering populer di kalangan lansia.
Media pemerintah China, People's Daily, mengecam tindakan workshop seperti itu karena disebut mempertaruhkan nyawa orang demi uang.
Investigasi sedang dilakukan di pusat-pusat kesehatan yang menjadi lokasi workshop tersebut untuk mengetahui apakah ada aktivitas bisnis ilegal.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Lockdown Lagi
Lebih dari 19 juta orang di wilayah timur laut China kini sedang mengalami lockdown. Mereka dilarang meninggalkan rumah dan hanya bisa izin belanja sekali tiap tiga hari.
Kota Harbin yang terkenal atas festival es juga mengalami lockdown.
Lockdown di provinsi Hebei mulai sedikit dilonggarkan, meski 12,5 juta orang masih diperintahkan di rumah saja.
Lebih dari 20 ribu warga desa di daerah kota Shijiazhuang bahkan dikarantina di lokasi terpusat.
Advertisement
China Bangun RS 1.500 Kamar Hanya 5 Hari
China berhasil menyelesaikan pembangunan sebuah rumah sakit dengan 1.500 kamar untuk para pasien yang terinfeksi Virus Corona COVID-19, hanya dalam waktu lima hari.Â
Rumah sakit itu dibangun dalam upaya China menghadapi lonjakan kasus Virus Corona COVID-19 di sebuah kota di selatan Beijing.Â
Dilaporkan Associated Press, Senin (18/1/2021), rumah sakit tersebut adalah satu dari enam fasilitas perawatan dengan total 6.500 kamar yang sedang dibangun di wilayah Nangong, Provinsi Hebei, menurut laporan kantor berita Xinhua.
Pembangunan seluruh rumah sakit itu diperkirakan akan selesai dalam sepekan. Laporan Xinhua juga mengatakan bahwa 645 orang di Nangong dirawat karena COVID-19.
Sementara itu, rumah sakit lainnya dengan 3.000 kamar di wilayah Shijiazhuang, juga dilaporkan dalam proses pembangunan.
Klaster baru COVID-19 telah ditemukan di Beijing, dan Provinsi Heilongjiang, Provinsi Liaoning, dan Provinsi Sichuan.Â
Diketahui bahwa China sebagian besar telah berhasil menangani wabah Virus Corona COVID-19 yang pertama kali terdeteksi di Wuhan pada akhir 2019, tetapi telah kembali mengalami lonjakan kasus sejak Desember 2020.Â
Komisi Kesehatan Nasional China memperingatakan bahwa infeksi COVID-19 di negara itu kini menyebar sangat cepat.
"Lebih sulit untuk ditangani. Penularan antara masyarakat kerap terjadi, sehingga sulit untuk dicegah," demikian pernyataan Komisi Kesehatan Nasional China.Â
"Semuanya datang dari luar negeri. (Infeksi COVID-19) itu disebabkan oleh pekerja yang masuk atau barang impor, termasuk makanan dingin yang terkontaminasi," tambah pernyataan itu.
Pada 16 Januari, pemerintah kota Beijing menghimbau para pelancong yang tiba dari luar negeri agar menjalani "pemantauan medis" tambahan selama sepekan setelah karantina.Â
Infografis COVID-19:
Advertisement