Badai Politik Korea Selatan: Perdana Menteri Dituntut Lengser, Ketua Oposisi Terancam Ditangkap

Lee Jae Myung, pemimpin Partai Demokrat, terancam ditangkap karena kasus korupsi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Sep 2023, 19:30 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2023, 19:30 WIB
Ilustrasi bendera Korea Selatan (unsplash)
Ilustrasi bendera Korea Selatan (unsplash)

Liputan6.com, Seoul - Politik dalam negeri Korea Selatan sedang bergejolak. Partai berkuasa (Partai Kekuatan Rakyat) dan partai oposisi (Partai Demokrat) sedang mengalami badai politik. 

Perdana Menteri Han Duck Soo dituntut lengser, sementara ketua partai oposisi terancam ditangkap.

Ketua Partai Demokrat di Korea Selatan, Lee Ja Myung, terancam ditangkap karena kasus korupsi beberapa tahun lalu. Mosi penangkapannya berhasil lolos dalam voting Majelis Nasional, pasalnya ada anggota Partai Demokrat yang justru ikut mendukung mosi itu.

Partai Demokrat di Korea Selatan baru saja menyelesaikan kekuasaanya di era Presiden Moon Jae In. Kini, situasi berbalik dan Demokrat menjadi oposisi.

Berdasarkan laporan Yonhap, Kamis (21/9/2023), Lee diduga memberikan perlakuan spesial kepada pengembang swasta pada proyek apartemen di kota Seongnam pada tahun 2014-2015. Waktu itu ia merupakan wali kota Seongnam.

The Korea Times menyebut pengembang Seongnam RD PFV meraih untung USD 237,5 juta karena menjadi mitra proyek tersebut.

Juru bicara Partai Demokrat, Lee So Yong, mengaku kaget melihat hasil voting tersebut. Ia berkata pimpinan partai harus segera berkumpul untuk membahasnya.

Kantor presiden Korsel bungkam pada kasus ini.

Lee juga dicurigai menyuruh perusahaan celana dalam untuk mengirim uang sebesar USD 8 juta ke Korea Utara antara 2019-2020 ketika ia merupakan gubernur Gyeonggi. Uang itu digunakan untuk fasilitasi kunjungannya ke Korut dan mendorong proyek smart farm antara provinsinya dan Korut.

Hasil mosi di Majelis Nasional Korea Selatan adalah 149-136.

Anggota dewan di Korea Selatan imun dari penangkapan, kecuali mendapat restu dari Majelis Nasional. Privilege itu kerap dikritik karena dianggap menguntugkan politisi korup.

 

Sementara, Lee Jae Myung sendiri saat ini sedang di rumah sakit. Ia mogok makan karena protes pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol.

PM Terancam Lengser

Wakil Presiden AS Kamala Harris dan Perdana Menteri Korea Selatan Han Duck-soo di Tokyo.
Wakil Presiden AS Kamala Harris dan Perdana Menteri Korea Selatan Han Duck-soo di Tokyo. (AP)

Pada hari yang sama saat voting untuk menangkap Lee, ada juga voting untuk melengserkan Perdana Menteri Han Duck Soo. Ia dianggap tidak kompeten oleh para anggota dewan. 

Total voting terhadap Han Duck Soo mencapai 175 versus 116. Mosi itu diserahkan oleh Partai Demokrat ke majelis pada Senin lalu. Partai Demokrat yang saat ini mengontrol Majelis Nasional menilai PM Han sangatlah tidak kompeten sebagai kepala kabinet.

PM Han juga diminta bertanggung jawab atas kebijakan-kebijakan Presiden Yoon. Ini adalah pertama kalinya mosi terhadap PM berhasil lolos di parlemen Korea Selatan tersebut.

Namun, Presiden Yoon kemungkinan besar akan menolak mosi tersebut. Sebelumnya Partai Demokrat juga telah meloloskan dua mosi terhadap Menteri Luar Negeri Park Jin dan Menteri Dalam Negeri Lee Sang Min. Keduanya ditolak oleh Presiden Yoon.

Menurut laporan The Korea Herald, Menlu Park Jin diminta lengser karena dinilai bertanggung jawab atas perjalanan Presiden Yoon ke luar negeri. Partai Demokrat mengklaim kunjungan-kunjungan Presiden Yoon ke Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat mengecewakan, sehingga menlu harus tanggung jawab.

Korea Selatan Dukung RI Menuju Indonesia Emas 2045 hingga Gandeng Tangan Bangun IKN

Pada tanggal 18 September 2023, bertempat di Fairmont Hotel, Senayan, Jakarta, Indonesia dan Korea merayakan 50 tahun hubungan diplomasi kedua negara.
Pada tanggal 18 September 2023, bertempat di Fairmont Hotel, Senayan, Jakarta, Indonesia dan Korea merayakan 50 tahun hubungan diplomasi kedua negara. (Liputan6/Therresia Maria Magdalena Morais)

Beralih ke hubungan Indonesia-Korsel, pada tanggal 18 September 2023, bertempat di Fairmont Hotel, Senayan, Jakarta, Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) merayakan perayaan penting dalam sejarah hubungan diplomatik kedua negara yang telah berlangsung selama setengah abad.

Acara peringatan hubungan diplomatik ke-50 antara Korea Selatan dan Indonesia ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, yang menunjukkan tekad kedua negara untuk memperkuat persahabatan dan kemitraan yang telah terjalin selama ini.

Closer Friendship, Stronger Partnership' menjadi landasan dari perayaan ini, menggambarkan tekad kedua negara untuk memperdalam hubungan diplomatik mereka serta meningkatkan kolaborasi dalam berbagai bidang.

Duta Besar Lee Sang-deok menggarisbawahi arti penting dari perayaan ini melalui pidatonya, menyoroti sejarah panjang dan prestasi bersama yang telah dicapai oleh kedua negara. Lee Sang-deok juga menekankan komitmen Korea untuk memperluas kerja sama bilateral di masa depan.

"Korea dan Indonesia berupaya meningkatkan tingkat kemitraan mereka ke arah yang berorientasi pada masa depan, memandang ke 50 tahun mendatang, Korea akan mengubah fokusnya dari pengembangan sumber daya alam dan investasi manufaktur menuju bentuk-bentuk kerja sama baru dengan Indonesia dalam arah saling menguntungkan," ujar Dubes Lee Sang-deok.

Lee Sang-deok juga mengungkapkan bahwa Indonesia dan Korea telah menjalin beberapa kerja sama spesial.

"Indonesia adalah negara penanaman modal asing langsung pertama di Korea, negara pertama yang mengekspor pabrik produksi di luar negeri, negara pertama yang mengembangkan ladang minyak di luar negeri, negara di mana Kantor KOICA di luar negeri pertama kali didirikan, dan Indonesia merupakan satu-satunya di negara di Asia Tenggara yang telah mendirikan 'Kemitraan Strategis Khusus dengan Korea Selatan," jelas Lee Sang-deok.

Tak hanya itu, melalui sambutan yang disampaikan oleh Lee Sang-deok, Korea berkomitmen akan menjadi mitra bagi Indonesia dalam menuju Indonesia Emas 2045.

"Saya yakin Korea akan menjadi negara mitra optimal dalam mewujudkan visi 'Indonesia Emas 2045' yang dideklarasikan Presiden Joko Widodo."

Dukungan Korea untuk Transisi Energi di Ibu Kota baru di Indonesia (IKN)

Gala Dinner KTT ASEAN
Presiden Indonesia Joko Widodo atau Jokowi (kedua kanan) dan Ibu Negara Iriana Widodo (kanan) menyambut Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol (kedua kiri) dan Ibu Negara Kim Keon Hee pada gala dinner KTT ke-43 ASEAN di Jakarta, Indonesia, Rabu (6/9/2023). (Mast IRHAM/POOL/AFP)

Meskipun tidak dapat hadir secara fisik, Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Park Jin, menyampaikan sambutannya melalui video. Park Jin mengungkapkan bahwa kerja sama Korea-Indonesia telah meluas hingga ke industri mutakhir, yang membentuk masa depan perekonomian kedua negara.

"The Korea-Indonesia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) juga mulai berlaku tahun ini, ini akan mengantarkan masa depan yang cerah bagi hubungan ekonomi dua negara yang lebih kuat,” ujar Park Jin.

Perjanjian tersebut dianggap sebagai tonggak penting yang akan membawa hubungan ekonomi antara kedua negara menuju tingkat baru yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Park Jin juga mengungkapkan bahwa Korea turut mengulurkan tangan dalam mendukung transisi energi berkelanjutan di Indonesia, mulai dari pembuatan kendaraan listrik hingga pembangunan Ibu Kota Negara Indonesia, Nusantara.

"Kami bergandengan tangan untuk membangun 'Green, Smart City, Nusantara,’ Ibu Kota baru di Indonesia,” lanjut Park Jin.

Dengan kolaborasi yang erat dan komitmen bersama terhadap pembangunan berkelanjutan, Korea dan Indonesia memasuki era baru kerja sama yang bertujuan untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau, cerah, dan berkelanjutan bagi kedua negara.

INFOGRAFIS JOURNAL_ Eksploitasi Alam dan Polusi Udara Berdampak pada Krisis Iklim?
INFOGRAFIS JOURNAL_ Eksploitasi Alam dan Polusi Udara Berdampak pada Krisis Iklim? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya