Melawan Maksiat ala Kiai Alim Tak Harus Tahajud dan Witir, Caranya Begini Kata Gus Baha

Kiai yang alim bisa bercanda dengan tamu sampai subuh, ini alasannya, menuurt Gus Baha.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jul 2024, 01:30 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2024, 01:30 WIB
gus baha 23
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Melawan maksiat adalah bagian penting dari menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim yang taat. Maksiat dalam Islam merujuk pada segala perbuatan atau perilaku yang dilarang oleh Allah SWT dalam Al-Quran dan hadits Rasulullah SAW.

Hal ini termasuk tindakan seperti berbuat zina, mencuri, berbohong, meminum alkohol, dan lain sebagainya yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Sosok kiai yang alim, kadang bergurau dengan tamu atau dengan santrinya hingga menjelang waktu subuh tiba. Apakah hal semacam ini bisa dikategorikan melawan aksiat.

Berikut penjelasan KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengenai melawan maksiat yang dilakukan sosok kiai alim. Ceramah ini sangat inspiratif mengenai kehebatan meninggalkan yang haram dalam kehidupan sehari-hari.

Menukil laman YouTube channel @NgajiGusbaha, Gus Baha menjelaskan bahwa aktivitas sehari-hari yang mubah (dibolehkan) memiliki nilai yang luar biasa ketika dilakukan dengan niat menghindari hal-hal yang haram.

Gus Baha memulai ceramahnya dengan menekankan pentingnya kesederhanaan dan ketenangan dalam menjalani kehidupan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Banyak Kiai Guyon sampai Malam

Gus Baha dikaplok Kiai Agus Ali Mashuri, saking lucunya. (Foto: SS YT Progresif TV)
Gus Baha dikaplok Kiai Agus Ali Mashuri, saking lucunya. (Foto: SS YT Progresif TV)

"Keseharian yang mubah saat anda lakukan itu ada kehebatan yang luar biasa, yaitu meninggalkan haram," ujarnya. Ia menekankan bahwa dengan menjauhi perbuatan haram, seseorang sudah melakukan pencapaian yang sangat besar dalam pandangan Islam.

Gus Baha memberikan contoh tentang orang-orang alim di masa lalu yang bisa bercanda dengan teman-temannya sampai semalaman.

"Makanya dulu banyak orang-orang alim ketemu temannya itu guyon sampai semalaman," kata Gus Baha.

Aktivitas sederhana seperti ini, yang mungkin terlihat sepele, sebenarnya memiliki nilai yang besar jika dilakukan dengan niat yang benar.

Gus Baha juga menyinggung semangat sebagian orang dalam beribadah yang terkadang berlebihan dalam menilai orang lain.

 

'Kiai Kok Gak Tahajud, Kok Gak Witir'

Kiai, ulama, tokoh masyarakat, santri, serta masyarakat se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengatasnamakan Jaringan Ganjar-Mahfud Nusantara (JAGA-NU) Provinsi DIY mengingatkan para pejabat dan aparat untuk dapat menjaga netralitas dalam pelaksanaan pemil
ilustrsi Kiai, ulama, tokoh masyarakat, santri, serta masyarakat (Istimewa)

"Yang semangat Islam itu akan menilai kiai kok gak tahajud, kiai kok gak witir," ujarnya.

Gus Baha menjelaskan bahwa tidak selamanya ketidakmampuan melakukan ibadah sunnah seperti tahajud atau witir menandakan kurangnya keimanan seseorang.

Ia mencontohkan bahwa orang yang mampu menahan diri dari melakukan maksiat, meskipun dalam kondisi mapan dan memiliki banyak uang, sudah melakukan pencapaian yang luar biasa.

"Orang yang sedang mapan, uangnya banyak, malam itu gak kelayaban itu sudah luar biasa," jelas Gus Baha.

Menurutnya melawan nafsu untuk tidak melakukan maksiat adalah bentuk ibadah yang sangat besar.

Menurut Gus Baha, menjaga diri dari perbuatan haram dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari merupakan bentuk jihad melawan nafsu yang sangat mulia.

"Melawan nafsu supaya tidak maksiat itu sudah luar biasa," tambahnya.

Dengan demikian, setiap Muslim diharapkan untuk selalu berhati-hati dan menjaga diri dari hal-hal yang haram, meskipun itu terlihat sederhana.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya