Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi di Inggris dari Vision Direct mengungkapkan bahwa enam dari 10 orang dewasa tak mengenakan masker ketika berada di sebuah pub atau restoran. Kurang dari 50 persen orang mengenakan masker saat berbelanja dan hanya 16 persen yang akan mempertimbangkan untuk mengenakan masker saat kencan.
Studi itu juga menunjukkan bahwa masker bersama dengan lockdown dapat menghindari penyebaran virus gelombang kedua. Namun, banyak orang tetap enggan untuk memakai masker.
Advertisement
Baca Juga
Pandemi itu tak berarti bahwa Anda tiba-tiba menjalani perubahan kepribadian. Jadi, jika orang terbiasa melanggar aturan atau memandangnya sebagai zona abu-abu yang dapat berfluktuasi tergantung pada kebutuhan seseorang, ini dapat memengaruhi pilihan orang untuk memakai masker.
"Jika Anda seseorang yang cenderung mematuhi aturan, maka kemungkinan besar Anda siap untuk mengenakan masker untuk patuh pada aturan," Dr Elena Touroni, seorang psikolog konsultan dan salah satu pendiri The Chelsea Psychology Clinic, seperti dikutip dari Metro, Selasa, 7 Juli 2020.
Namun, hal itu tergantung pada seberapa besar orang menganggap Covid-19 sebagai ancaman, baik untuk diri sendiri atau orang lain. "Banyak orang memilih mengenakan masker untuk melindungi orang lain," katanya.
Bila seseorang tidak menganggap Covid-19 sangat mengancam, memakai masker dianggap sebagai pengekangan atau penindasan terhadap kebebasan. Kombinasi faktor-faktor itu kemungkinan membuat seseorang menolak gagasan memakai masker.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kebaikan sebagai Prioritas
Dalam studi itu disebutkan bahwa sepertiga orang tidak percaya bahwa masker melindungi mereka dan bahkan 13 persen mengatakan masker 'tidak ada gunanya'. Sementara, sepertiga dari peserta penelitian juga mengaku merasa malu pakai masker.
Manusia adalah makhluk yang mudah bergaul, dan setengah dari wajah kita tertutup selama berbulan-bulan dan dikelilingi oleh orang-orang yang melakukan hal yang sama sehingga dapat melelahkan psikis. Kesimpulan itu berdasarkan bahwa lebih dari setengah dari semua peserta lebih suka orang lain dapat melihat mereka tersenyum.
Sementara, 17 persen mengkhawatirkan terhadap komunikasi dan 14 persen menilai terlalu sulit untuk membaca ekspresi mereka karena mengenakan masker, terutama bagi seseorang yang memiliki teman atau anggota tuli atau sulit mendengar.
Orang-orang sekarang dinilai mungkin merasa lelah diberi tahu apa yang harus mereka lakukan dan mungkin ingin memulihkan rasa percaya diri dan identitas mereka. Dari studi itu diketahui bahwa, mereka yang mengenakan masker dan tidak masing-masing mencari dan meyakini informasi yang mendukung pandangan mereka. Namun, kebaikan dinilai harus dijadikan pertimbangan prioritas.
Advertisement