Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik ke level tertinggi di tahun ini, seiring pelemahan dolar dan harapan terjadinya penurunan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS).
Melansir laman Wall Street Journal, Rabu (3/6/2015) ini, minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Juli ditutup naik US$ 1,06 (1,8 persen) menjadi US$ 61,26 per barel di New York Mercantile Exchange. Ini menjadi penutupan tertinggi sejak 9 Desember 2014.
Sementara Brent, patokan minyak global, naik 61 sen (0,9 persen) menjadi US$ 65,49 per barel di ICE Futures Europe.
Baca Juga
Harga minyak dikatakan sangat responsif terhadap pergerakan mata uang dalam beberapa pekan terakhir. Komoditas yang dihargakan dalam dolar seperti minyak menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya ketika dolar melemah.
Advertisement
Wall Street Journal Dollar Index, yang mendata nilai tukar dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, mencatat penurunan 1,3 persen pada mata uang ini pada perdagangan Selasa sore.
"Dolar telah mengalah usai adanya berita membaiknya ekonomi Eropa yang mendorong euro dan ini meningkatkan harga minyak," kata Dominick Chirichella, Analis di Energy Management Institute.
Harga minyak AS tercatat naik 41 persen sejak jatuh ke posisi terendah hampir enam tahun pada Maret. Pedagang lebih percaya diri bahwa kelebihan pasokan pasar minyak mentah global akan berkurang, karena permintaan yang meningkat dan anjloknya pengeboran baru di AS.
Persediaan minyak mentah di AS tercatat menyusut selama empat minggu berturut-turut usai mencapai rekor tertinggi pada bulan April.
Analis yang disurvei The Wall Street Journal mengharapkan adanya laporan dari Administrasi Informasi Energi AS bahwa stok minyak mentah turun 1,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 29 Mei.
"Gagasan bahwa kita akan melihat penarikan lain dalam stok minyak mentah telah menempatkan sedikit upaya kembali ke pasar," kata Gene McGillian, Analis Senior di Tradition Energy.
Analis juga mengharapkan EIA melaporkan bahwa stok produk minyak bumi naik dalam sepekan. American Petroleum Institute, sebuah kelompok industri, dijadwalkan akan merilis data persediaan untuk periode yang sama.
Para pedagang kini juga terus memantau berita terbaru dari Wina, di mana Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan bertemu pada tanggal 5 Juni. "Di AS, pasar mungkin akan membaik, tetapi tidak begitu cepat di sisi internasional," lanjut Chirichella.(Nrm/Igw)