Menanti Kesepakatan Rusia dan OPEC, Harga Minyak Menguat

Harga minyak Brent naik 0,8 persen ke level US$ 51,78 per barel pada akhir pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Okt 2016, 05:27 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2016, 05:27 WIB
Ilustrasi tambang minyak
Ilustrasi tambang minyak

Liputan6.com, New York - Harga minyak naik didorong ada harapan Rusia dan OPEC akan mencapai kesepakatan soal pemangkasan produksi.

Sentimen itu mendorong harga minyak tetap di atas US$ 50 per barel meski pelaku pasar ragu harga minyak bertahan lantaran ada tekanan dari pengeboran minyak di Amerika Serikat (AS).

Menteri energi Rusia Alexander Novak mengatakan, pihaknya akan membuat proposal untuk mendukung harga minyak termasuk pembekuan produksi minyak.

Namun beberapa pelaku pasar skeptis terhadap komitmen Rusia setelah Novak juga mengatakan kalau produksi minyak Rusia akan naik 11 juta barel per hari pada tahun depan. OPEC yang dipimpinan Arab Saudi juga mendorong produksi minyak ke level tertentu.

"Pasar mulai memperhitungkan kredibilitas Rusia soal kesepakatan dengan OPEC sehingga membuat harga minyak di atas US$ 50," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (22/10/2016).

Selain itu, Baker Hughes juga melaporkan pengeboran minyak AS naik 11 pada pekan ini sehingga menekan pasar.

Harga minyak jenis Brent pun naik 40 persen atau 0,8 persen ke level US$ 51,78. Selama pekan ini, harga minyak Brent cenderung mendatar. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 22 sen atau 0,4 persen ke level US$ 50,85 per barel.

WTI cetak level tertinggi sejak Juli 2015 di kisaran US$ 51,93. Selama sepekan ini, harga minyak WTI naik satu persen.

Harga minyak dunia sentuh level terendah dalam 12 bulan pada Februari di kisaran US$ 26 per barel.

Harga minyak telah naik lebih dari 13 persen sejak 27 September usai Organization of the Petroleum Exporting Countries mengumumkan (OPEC) akan memangkas produksi untuk pertama kali dalam delapan tahun. Pada pertengahan tahun 2014, harga minyak pernah di atas US$ 100 per barel.

"Ini yang kami antisipasi. Dengan harga minyak terus naik, pengeboran juga akan naik, dan double digit," ujar Tariq Zahir, Trader Tyche Capital Advisors.

Sejumlah pelaku pasar prediksi pemerintah AS akan umumkan pasokan minyak pada pekan depan,untuk hadapi harga minyak naik secara mengejutkan sehingga sentuh level tertinggi sejak Juli 2015. (Ahm/Ndw)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya