Liputan6.com, New York - Harga minyak melemah dan kekhawatiran terhadap rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) lebih cepat menaikkan suku bunga membuat harga emas stabil.
Harga emas untuk pengiriman Februari berada di level US$ 1.133,20 per troy ounce di divisi Comex, New York Mercantile Exchange. Sebelumnya harga emas sempat di level tertinggi US$ 1.138,80 per troy ounce di awal sesi perdagangan. Harga perak untuk pengiriman Maret turun 0,9 persen ke level US$ 15,97 per troy ounce.
Sementara itu, harga minyak turun 1,5 persen menjadi US$ 52,49 per barel. Harga minyak cenderung bervariasi. Investor juga fokus apa bila harga logam cenderung tertekan lantaran the Federal Reserve akan lebih agresif untuk memperketat kebijakan moneternya.
Advertisement
Baca Juga
Harga logam cenderung turun pada pekan lalu ketika bank sentral AS menyatakan akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2017. Hal ini lebih agresif dari yang diperkirakan pasar.
Imbal hasil emas cenderung berkompetisi seiring suku bunga meningkat. Harga emas sudah turun hampir 18 persen dari level tertingginya. Tekanan harga emas terjadi ketidakpastian usai pemilihan presiden AS. Pelaku pasar juga lebih optimistis terhadap pemerintahan baru akan mendorong kebijakan memangkas pajak dan meningkatkan fiskal.
"Emas kelihatan defensif. Harga emas mungkin bisa jadi jatuh di bawah US$ 1.100 per troy ounce dalam jangka pendek," ujar James Steel, Strategist HSBC, seperti dikutip dari laman Wall Street Journal, Kamis (22/12/2016).
Sedangkan, permintaan fisik emas meningkat di tengah kenaikan dolar AS dan bunga meningkat. Ekspor emas ke Indonesia mencapai level tertinggi dalam 12 bulan. Bank sentral Rusia juga mengambil keuntungan dari harga emas rendah. Bank sentral Rusia impor 31 ton emas pada November.