Mendag: Surplus Neraca Perdagangan 2020 Terbesar Sepanjang Sejarah Indonesia

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut neraca perdagangan tahun 2020 memperoleh surplus terbesar sepanjang sejarah Indonesia yakni USD 21,7 miliar.

oleh Tira Santia diperbarui 29 Jan 2021, 15:15 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2021, 15:15 WIB
Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi
Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyebut neraca perdagangan tahun 2020 memperoleh surplus terbesar sepanjang sejarah Indonesia yakni USD 21,7 miliar.

“Total daripada trade nonmigas kita adalah surplus USD 21,7 miliar, seperti saya utarakan ini adalah salah satu surplus terbesar dalam sejarah Indonesia terutama pasca daripada finansial krisis tahun 1998,” kata Mendag dalam konferensi pers Trade Outlook 2021, Jumat (29/1/2021).

Kendati surplus, tetap saja ekspor non migas Indonesia terkoreksi. Jika dilihat hasil dari pada ekspor 2020  nilainya USD 163,3 miliar  yang merupakan perolehan dari ekspor Migas sebesar USD 8,3 miliar dan non migas sebesar USD 155 miliar.

Mendag menjabarkan struktur ekspor non migas kita terkoreksi sekitar 29,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan ekspor daripada non migas terkoreksi hanya 0,58 persen dari pada tahun 2019 yang jumlahnya mencapai USD 155,9 miliar.

“Dengan semua kajian PSBB pandemi, kita merasa bahwa angka USD 155 miliar itu koreksi yang tidak sampai 0,6 persen ini menunjukkan bahwa resilience (ketahanan) daripada ekspor kita,” jelasnya.

Sedangkan untuk total impor tahun 2020 mencapai USD 141,6 miliar, namun terkoreksi sekitar 17,35 persen dibandingkan tahun sebelumnya.  Sehingga bisa diketahui bahwa impor migas lah yang yang membuat neraca perdagangan terseok-seok.

“Jadi kalau kita lihat total daripada impor non-migas kita adalah USD 127,3 miliar atau setara dengan 14,74 persen dibandingkan tahun 2019. Dan ini  mungkin capaian terbesar sejak tahun 2012 tetapi perbedaannya tahun 2012 itu harga komoditas melonjak tinggi menyebabkan mendapatkan pendapatan yang luar biasa,” jelas Mendag.

Lebih lanjut Mendag mengatakan terdapat 10 negara yang menjadi destinasi ekspor utama Indonesia. Diantaranya RRT, Amerika Serikat, Jepang, India, Singapura, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, Vietnam, dan Thailand.

Demikian surplus tertinggi tahun 2020 diperoleh dari negara Amerika Serikat sebesar USD 11,3 miliar, India USD 6,47 miliar, dan Filipina USD 5,26 miliar.     

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Neraca Perdagangan 2020 Surplus USD 21,7 Miliar, Mendag Malah Cemas?

Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi. (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan mencapai USD 21,7 miliar pada 2020 lalu. Namun demikian, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi justru mengkhawatirkan angka tersebut.

Dia lalu membandingkannya surplus neraca perdagangan Indonesia yang terjadi pada 2012 silam. Lutfi memaparkan, perdagangan Indonesia pada waktu itu surplus karena harga komoditas seperti minyak dan batu bara melambung luar biasa.

Sementara pada 2020 ini, surplus terjadi di saat angka ekspor dan impor menukik tajam. "Hari ini surplus USD 21 miliar mengkhawatirkan, kenapa? Karena ekspor turun 2,6 persen, meski non-migas turun setengah persen. Tetapi impor turun lebih jauh jadi 17,3 persen," jelasnya dalam sesi webinar, Selasa (26/1/2021).

Lutfi kemudian coba melihat ke dalam, apa saja koofisien dari surplus neraca perdagangan tersebut. Dia mendapati bahwa terjadi pelemahan karena Indonesia 70,2 persen barang yang diimpor Indonesia merupakan bahan baku dan bahan penolong.

"Jadi kalau impor turun 17,3 persen saya takut akan terjadi pelemahan terhadap sektor-sektor produksi yang dikonsumsi di dalam negeri," ujar Lutfi.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah saat memasuki pertengahan 2020 lalu pun turut berpengaruh pada sektor perdagangan. Lutfi menyampaikan, sektor perdagangan turun 5,3 persen secara tahunan (year on year) pada kuartal III 2020, serta transportasi dan pergudangan juga turun 16,7 persen.

"Artinya perdagangan terganggu, stocking terganggu, kemudian penyedia akomodasi dan makanan/minuman turun 11,86 persen. Ini menunjukkan orang tidak ke mana-mana," sebut dia.

"Jadi penerapan PSBB sukses, tapi perdagangan turun. Satu sektor yang penting bagi saya pribadi yaitu konsumsi otomotif, turun 18,06 persen, dan perdagangan besar bukan eceran mobil turun 2 persen," tukas Lutfi.

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD 2,1 Miliar di Desember 2020

Perdagangan Ekspor Impor di Masa Pandemi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Perbaikan kinerja ekspor dari Kuartal II sebesar minus 11,7 persen menjadi minus 10,8 persen di Kuartal III dan kuartal IV menjdi pijakan untuk perbaikan ditahun 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada periode Desember 2020 mengalami surplus sebesar USD 2,1 miliar. Surplus tersebut berasal dari ekspor dan impor pada bulan lalu.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada Desember 2020, nilai ekspor tercatat USD 16,54 miliar, tumbuh 14,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bulan sebelumnya, ekspor tumbuh 9,54 persen.

"Banyak komoditas yang mengalami penigkatan harga seperti batu bara, minyak kernel, minyak kelapa sawit, tembaga, dan aluminium. Peningkatan harga ini akan berpengaruh besar kepada nilai ekspor pada Desember 2020," ujarnya, Jumat (15/1/2021).

Sementara itu nilai impor Indonesia pada Desember tercatat USD 14,44 miliar. Apabila dibandingkan dengan November 2020, impor tersebut mengalami kenaikan sebesar 14 persen.

"Meskipun secara year on year nilai impor pada Desember 2020 ini turun tipis sekali 0,47 persen. Secara month to month kenaikan impor 14 persen terjadi karena adanya kenaikan impor migas dan non migas," papar dia.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya