Liputan6.com, Perth - Ilmuwan Australia meyakini gunung berapi raksasa atau biasa disebut supervulcano, meletus sekitar 100 juta tahun lalu di daratan Australia dan menyemburkan kristal kecil di seluruh bagian benua.
Awalnya peneliti belum mengetahui dari daerah mana kristal tersebut berasal, namun baru-baru ini mereka menemukan sesuatu yang menarik.
Baca Juga
Pemimpin studi dari Departemen Geologi Terapan di Curtin University, Milo Barham, awalnya berusaha memeriksa lapisan Bumi di Nullarbot Plain yang berada di daerah terpencil tenggara Australia Barat. Di sana mereka mempelajari bagaimana batas negara itu berkembang setelah berpisah dari Antartika.
Advertisement
Namun mereka menemukan kristal zirkon yang sebelumnya tidak tampak di Australia Barat. Hal tersebut membuat ilmuwan menemukan arah baru dalam penelitian.
"Saya kira itu merupakan sesuatu yang tak disengaja," ujar Barham seperti dikutip dari News.com.au, Senin (22/8/2016).
Para peneliti menarik bahan inti dari pengeboran dengan jumlah besar untuk memeriksa sedimen dan fosil-fosil tertentu. Mereka juga mengambil sampel tanah guna melihat kristal zirkon dan mempelajari kandungan kimia serta usia untuk melihat dari batuan mana kristal itu berasal.
"Dan tiba-tiba terdapat sejumlah kristal yang tidak dapat ditemukan di Australia Barat. Kita melihatnya dengan lebih hati-hati bahwa kandungan kimia dan usianya cocok dengan apa yang kita duga dengan wilayah vulkanik di Australia Timur,"
Dengan menggunakan sidik jari geokimia canggih dari setiap kristal, serta analisis mendalam dari sedimen dan fosil mereka, para ilmuwan mampu menentukan bahwa kristal tersebut merupakan produk vulkanik yang jatuh dari udara--meski terletak 2.300 kilometer dari sumber aslinya di sisi lain negara.
Menurut penjelasan Barham, dengan melihat usia material dan aspek kimia para ilmuwan dapat mengatakan bahwa materi tersebut berasal dari gunung berapi di pantai timur Australia.
Menurut peneliti di Curtin University, erupsi tersebut memiliki magnitudo puluhan hingga ratusan kali lebih besar dari apa pun yang pernah didokumentasikan manusia.
"Proyeksi terpencil dari populasi mineral vulkanik unik menunjukkan, letusan besar terjadi di Australia bagian timur sekitar 106 juta tahun lalu, selama pecahnya superkontinen Gondwana--benua raksasa di belahan bumi selatan yang tersusun dari daratan benua Antartika, Afrika, Amerika Selatan, Australia, pulau Irian, Selandia Baru, Kaledonia Baru, India dan Madagaskar pada masa kini," jelas Barham.
"Namun mencoba membuktikan letusan luar biasa ini benar-benar sulit karena sukar untuk dibuktikan," ujarnya.
Namun mengingat penggunaan teknologi sidik jari, tim peneliti sangat percaya diri dengan hasil yang mereka lakukan.
"Hal itu memberi tahu kami bagaimana dahsyatnya letusan di Australia timur terjadi pada waktu itu," ujar Barham.