Liputan6.com, Singapura City - Singapura diidentifikasi oleh pendukung kelompok ISIS sebagai bagian dari "Asia Timur versi ISIS". Menurut para analis, pengategorian itu dapat memberi semangat kepada militan asing untuk melakukan serangan di negara tersebut.
Terpilihnya Singapura sebagai "Asia Timur" versi ISIS itu mengejutkan analis senior Jasminder Singh yang ia tuangkan dalam sebuah makalah yang diterbitkan oleh S. Rajaratnam School of International Studies minggu lalu.
Baca Juga
Negara lain yang merupakan satu kawasan dengan Singapura menurut versi ISIS adalah Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand selatan, Myanmar, dan Jepang.
Advertisement
"Bagi militan asing yang datang ke wilayah tersebut, ini memberi mereka gagasan tentang apa tujuan mereka, dan apa targetnya," kata Singh kepada The Straits Times yang dikutip Kamis (22/6/2017).
Menurut Singh, obrolan di media sosial bulan ini menyebutkan negara-negara tertentu sebagai bagian dari "wilayah" tersebut bisa jadi untuk pertama kalinya terekspos.
Analis keamanan lainnya mengatakan wilayah itu bisa membuat individu-individu yang teradikalisasi melakukan serangan di area tersebut, jika mereka tidak dapat melakukan perjalanan ke Timur Tengah untuk bertarung.
Perkembangan tersebut muncul saat ancaman terorisme yang dihadapi Singapura berada pada level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Dan, negara tersebut mendapati beberapa individu yang teradikalisasi.
Pada Selasa 21 Juni 2017, Ministry of Home Affairs (MHA) atau Kementerian Dalam Negeri Singapura mengumumkan bahwa dua petugas keamanannya ditangkap karena tindak pidana terkait terorisme berdasarkan Internal Security Act atau Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri (ISA).
Salah satunya yang sudah diamankan adalah Muhammad Khairul Mohamed. Pria 24 tahun itu ditahan karena berencana melakukan perjalanan ke Suriah untuk berperang melawan Pemerintah Suriah.
Pekan lalu, MHA juga mengumumkan bahwa asisten perawat bayi bernama Syaikhah Izzah Zahrah Al Ansari diketahui berencana ke Suriah bersama anaknya. Wanita 22 tahun itu ingin menjadi "janda martir", yang mengabdi kepada ISIS.
Peringatan dari Ahli
Para ahli telah memperingatkan pada 2016 lalu bahwa ISIS ingin menciptakan sebuah wilayah atau negara bagian di Asia Tenggara karena telah kehilangan kekuasaan di Timur Tengah.
Dr Rohan Gunaratna selaku kepala Pusat Internasional untuk Penelitian Kekerasan dan Terorisme Politik mencatat bahwa batas-batas wilayah di "Asia Timur versi ISIS" itu belum dikonfirmasi, karena kelompok militan itu belum membuat pernyataan resmi.
Namun, Gunaratna menambahkan bahwa kemungkinan wilayah tersebut mencakup Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
"Pertumbuhan ancaman ISIS di lingkungan terdekat Singapura merupakan ancaman bagi keamanan dan stabilitas di sini," ujar Dr. Gunaratna.
Dalam makalahnya, Singh telah membahas implikasi keamanan dari pengepungan Kota Marawi yang sedang berlangsung di Mindanao, di mana pasukan Filipina berjuang untuk merebut kembali kota tersebut dari militan yang berafiliasi dengan ISIS.
Menurut Singh, serangan di sana bisa "memotivasi kelompok lain" di wilayah tersebut untuk melakukan aksi serupa.
Remy Mahzam, rekan peneliti di Pusat Internasional untuk Penelitian Politik Kekerasan dan Terorisme, mengatakan bahwa indikasi batas-batas wilayah masa depan dapat mendorong orang-orang yang teradikalisasi kesulitan dalam melakukan perjalanan ke Syria untuk melakukan serangan di wilayah tersebut.
"Bahaya ini sangat relevan, mengingat penangkapan ISA baru-baru ini terhadap mereka yang berencana bepergian ke Suriah untuk bertarung," kata Remy.
Associate Professor Antonio Rappa, yang memimpin program studi pengelolaan dan keamanan Universitas Singapura, mengatakan Singapura harus lebih khawatir tentang serangan oleh "pelaku tunggal dan kelompok teroris kecil", yang dapat memasuki negara tersebut dari Malaysia atau Indonesia.
Rappa menunjukkan bahwa perkembangan di kawasan yang menarik perhatian media--seperti serangan di Marawi-- akan "meningkatkan tingkat kepercayaan" calon teroris.
Seorang juru bicara MHA mengatakan kepada The Straits Times bahwa badan keamanan mengawasi dengan saksama situasi di Marawi, karena perkembangan di sana dapat memiliki "konsekuensi serius" untuk keamanan Singapura.
Dia menambahkan bahwa badan-badan keamanan tengah mencari upaya militan menggunakan Singapura, sebagai titik transit untuk pergi ke Marawi dan bergabung dalam pemberontakan di sana.
"Kami tak akan main-main dengan orang Singapura manapun yang mencoba masuk ke zona konflik, untuk bergabung dalam kekerasan bersenjata," kata juru bicara tersebut.
Saksikan juga video menarik berikut ini: