Perekrut ISIS: Saya Tak 100 Persen Bersalah atas Teror Australia

Militan paling dicari di Australia, Neil Prakash, mengaku bertanggug jawab sebagian atas adanya aktivitas ISIS di Negeri Kanguru.

oleh Citra Dewi diperbarui 29 Sep 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2017, 14:00 WIB
Neil Prakash
Militan ISIS paling dicari di Australia, Neil Prakash.

Liputan6.com, Kilis - Militan paling dicari di Australia, Neil Prakash, mengaku bertanggung jawab sebagian atas teror ISIS di Negeri Kanguru.

Pria berusia 27 tahun tersebut, ditangkap di Turki pada 2016. Kala itu ia sedang berusaha menyeberang perbatasan dari Suriah menggunakan nama samaran.

Dalam pengadilan di Turki pada 28 September 2017 atas tuduhan bergabung dengan ISIS, Prakash mengklaim bahwa dirinya telah didesak melakukan propaganda untuk melakukan sejumlah serangan di Australia.

Australia telah meminta agar Prakash diekstradisi untuk menghadapi hukuman di Negeri Kanguru.

Dikutip dari BBC, Jumat (29/9/2017), Prakash dituduh terlibat dalam serangkaian rencana teror di Australia. Ia juga menyerukan serangan seorang diri ke Amerika Serikat.

Ketika ditanya apakah ia bertanggung jawab atas rencana ISIS di Australia, Prakash mengaku bahwa hal itu bukan sepenuhnya berasal dari dia.

"Saya memang melakukan beberapa hal, tapi saya tak 100 persen bertanggung jawab," ujar Prakash. "Saya meminta maaf atas kesalahan yang telah saya perbuat," imbuh dia.

Di persidangan yang dilangsungkan di kota Kilis, Prakash memilih melarikan diri dari ISIS setelah melihat wajah asli kelompok militan itu. Ia juga menyadari bahwa apa yang mereka ajarkan kepadanya salah.

Pihak berwenang Australia menggambarkan bahwa Prakash adalah perekrut yang paling berbahaya di Timur Tengah yang terkait dengan jaringan teror di Melbourne dan Sydney.

Ia juga muncul dalam sejumlah video propaganda ISIS, termasuk saat ia memuji seorang laki-laki bernama Numan -- kemungkinan nama seorang remaja yang ditembak mati di Melbourne pada 2014 setelah menikam dua petugas polisi.

Prakash meninggalkan Australia ke Suriah pada 2013. Ia pun mengganti namanya menjadi Abu Khaled al-Cambodi dan dilaporkan tewas dalam serangan udara AS di Mosul, Irak, pada 2015 -- laporan itu ternyata salah.

Pada Mei lalu, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull berharap bahwa Prakash dapat diekstradisi dalam beberapa bulan ke depan.

Persidangannya di Turki akan dilanjutkan pada November 2017.

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya