Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali bertatap muka di Gedung Putih, Senin 5 Maret 2018 waktu setempat.
Dalam pertemuan kelima tersebut, Donald Trump dan Netanyahu membicarakan berbagai isu terkait politik dan kebijakan luar negeri antara Amerika Serikat dan Israel.
Baca Juga
Berikut 5 topik utama yang disinggung Donald Trump dan Netanyahu dalam pertemuan mereka di Oval Office, Washington D.C., seperti dikutip dari Haaretz, Selasa (6/3/2018).
Advertisement
1. Iran
Saat bertemu dengan Trump, Netanyahu tanpa basi-basi langsung mengadukan soal Iran kepadanya.
"Kami akan membahas agresi Iran di wilayah kami secara umum, terutama yang berkaitan dengan program nuklir Iran," kata Netanyahu sebelum terbang ke Washington pada Sabtu malam, 3 Maret 2018.
Ketegangan antara Israel dan Iran berkobar di perbatasan utara Israel, bulan lalu, ketika milter Iran menerbangkan pesawat tak berawak (drone) di wilayah udara Israel dari Suriah. Israel mengaku telah berhasil menenggelamkan drone tersebut.
Saat berpidato di Munich Security Conference, Netanyahu bahkan membawa benda yang diklaimnya sebagai potongan dari drone tersebut. Ia memperingatkan Iran agar tidak "menguji" mental Israel.
Dia juga mengatakan melalui kuasa hukumnya bahwa Iran melahap sebagian besar wilayah di Timur Tengah.
Advertisement
2. Upaya Perdamaian Palestina - Israel
Pejabat AS didesak untuk mulai membicarakan kesepakatan damai antara Israel dan Palestina minggu ini. Trump sendiri ragu, karena kedua pihak terlihat tak tertarik untuk membahasnya.
"Saat ini, saya tegaskan bahwa orang-orang Palestina tidak mau berdamai, mereka tidak menginginkannya, dan saya belum yakin kalau Israel juga ingin berdamai," kata Trump kepada Israel Hayom.
Satu orang yang mempunyai minat tajam secara pribadi terhadap perundingan perdamaian tersebut adalah Jared Kushner, menantu sekaligus penasihat khusus Donald Trump.
Tahun lalu, suami dari Ivanka Trump ini mengerjakan sebuah proposal perdamaian Timur Tengah, namun jarang terekspos media karena suatu alasan. Usahanya pun dianggap gagal. Jared dituduh telah memanfaatkan cara tersebut untuk keperluan bisnisnya dan kepentingan pribadi lain.
3. Pemindahan Kedubes Baru
Wakil Presiden Mike Pence mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem sebelum akhir tahun 2019. Tetapi bulan lalu, pejabat AS mengatakan bahwa pemindahan akan benar-benar dimulai pada bulan Mei 2018, bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-70 Israel.
Sebelum terbang ke Washington, Netanyahu bahkan mengatakan bahwa ia akan meminta Trump untuk memindahkan kedubes AS sesegera mungkin, tepatnya tanggal 14 Mei 2018.
Kantor kedubes untuk sementara akan ditempatkan di gedung Konsulat AS yang terletak di selatan Yerusalem, sembari menunggu rampungnya pembangunan gedung itu.
Trump pertama kali mengumumkan keputusannya untuk memindahkan kantor kedutaan pada Desember 2017, sesaat setelah ia mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusan Trump jelas menuai protes dari banyak negara di Timur Tengah. Kerusuhan juga pecah di Tepi Barat dan Gaza.
Advertisement
4. Permukiman Israel
Ada satu awan gelap yang masih menggantung di langit biru Amerika Serikat dan Israel, terlebih sejak Donald Trump resmi dilantik pada bulan Januari 2017.
Kala itu, Benjamin Netanyahu pernah mengatakan, kedua belah pihak telah membahas sebuah proposal spesifik mengenai aneksasi Israel untuk permukiman Yahudi di Tepi Barat. Beberapa jam setelahnya, Gedung Putih menanggapi klaim itu dan menyangkalnya.
"Amerika Serikat dan Israel tidak pernah membahas proposal semacam itu, dan presiden tetap berfokus pada perdamaian Israel-Palestina," ucap juru bicara Gedung Putih, Josh Raffel.
Menurut orang kepercayaan Netanyahu, Yerusalem dan Washington telah berkoordinasi mengenai masalah ini dan membicarakannya dengan Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman.
Untuk itulah, Netayahu akan kembali merundingkannya dengan Trump saat mereka bertemu.
5. Gangguan
Polisi menggerebek rumah Netanyahu pada Jumat malam, 2 Maret 2018. Ia kembali dituduh melakukan korupsi terkait dugaan penyuapan dan tindakan curang. Sebelum bertandang ke Washington, ia dan istrinya, Sara Netanyahu, diinterogasi selama lima jam dan dicecar sejumlah pertanyaan oleh tim penyidik.
Netanyahu dicecar tujuh pertanyaan terhadap dua kasus korupsi berbeda, di mana dua-duanya menetapkannya sebagai tersangka. Adapun pertanyaan kedelapan, menyasar pada dua kasus korupsi yang lebih besar, yakni Kasus 3000 dan Kasus 4000.
Kasus 3000 disebut berkaitan dengan dugaan korupsi senilai jutaan dolar AS dalam proyek pembelian kapal perang dari Jerman. Sedangkan Kasus 4000 diduga kuat melibatkan Kementerian Komunikasi dan Perusahaan Telekomunikasi terbesar di Israel, Bezeq, terkait upaya Netanyahu bertarung di pemilu Israel terakhir.
Dalam kasus 4000, para penyidik menyebut kementerian terkait meloloskan Bezeq untuk memonopoli pemberitaan tentang pemerintah Israel. Direktur utama Bezeq, Shaul Elovitch, diketahui merupakan teman dekat Netanyahu dan memiliki situs Walla News, salah satu situs berita terkemuka di Israel.
Permasalahan ini dibawa Netanyahu ke hadapan Trump saat keduanya bertemu di Gedung Putih.
Advertisement