Palestina Akan Minta Dewan Keamanan PBB Bahas Serangan Israel di Gaza

Palestina akan meminta Dewan Keamanan PBB mmelakukan pertemuan membahas penghentian agresi Israel terhadap orang Palestina di Jalur Gaza.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 07 Mei 2019, 07:20 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2019, 07:20 WIB
Ruang Sidang Dewan Keamanan PBB di New York (Kena Betancur / AFP PHOTO)
Ruang Sidang Dewan Keamanan PBB di New York (Kena Betancur / AFP PHOTO)

Liputan6.com, Ramallah - Presiden Palestina Mahmoud Abbas menginstruksikan Wakil Tetap Palestina untuk PBB Riyad Mansour agar mempertimbangkan permintaan bagi pertemuan Dewan Keamanan PBB guna menghentikan agresi Israel terhadap orang Palestina di Jalur Gaza.

Rencana itu datang setelah gerilyawan Gaza dan Israel melaksanakan saling balas serangan roket dan artileri udara sepanjang akhir pekan lalu, menewaskan hampir 30 orang Palestina dan 4 Israel.

Juru Bicara Presiden Abbas, Nabil Abu Rudeineh mengatakan, "Kebungkaman masyarakat internasional, yang mengerikan, menjadi dorongan buat Israel untuk melanjutkan kejahatannya terhadap rakyat kami," kantor berita WAFA melaporkan, seperti dikutip dari Antara, Selasa (7/5/2019).

Rudeineh menyatakan, Presiden Abbas mengeluarkan seruan kepada berbagai pihak untuk menghentikan serangan Israel yang terus berlangsung dan jaminan perlindungan internasional buat rakyat Palestina.

Secara terpisah, anggota Komite Pelaksana Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi, mengatakan peningkatan agresi Israel terhadap rakyat Palestina yang terkungkung di Jalur Gaza adalah kejahatan perang yang terus dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina selama setengah abad terakhir.

"Israel telah mengubah Jalur Gaza menjadi tahanan terbuka di dunia, mencekik kehidupan dan harapan rakyat wilayah yang diduduki dan diblokade sementara secara membabi-buta membom penduduk daerah penduduk sipil, termasuk tujuh bangunan yang rusak seluruhnya, empat rumah, tiga kantor media dan satu masjid," kata Ashrawi di dalam satu pernyataan.

Perempuan pejabat Palestina itu menambahkan, kampanye serangan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah upaya untuk menyebar rasa sakit dan meneror orang Palestina yang terperangkap di Jalur Gaza untuk kepentingan politik selama perundungan pembentukan koalisinya.

"Menyerang warga sipil yang tak berdaya adalah kejahatan dan secara moral menjijikkan dan harus dikutuk dengan keras."

Gencatan Senjata

Roket Israel menghantam Jalur Gaza (Thomas Coex / AFP PHOTO)
Roket Israel menghantam Jalur Gaza (Thomas Coex / AFP PHOTO)

Kelompok gerilyawan di Jalur Gaza dan Israel dikabarkan telah menyepakati gencatan senjata menyusul eskalasi terbaru. Hal itu dilakukan demi masuknya hari pertama Ramadan 2019 dan memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk mengubur jenazah korban tewas.

Laporan yang belum terkonfirmasi dari stasiun televisi di Gaza yang dikendalikan Hamas mengatakan bahwa gencatan senjata telah disepakati antara kedua belah pihak, tetapi sejauh ini belum ada kabar dari Israel, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (6/5/2019).

Kabar gencatan senjata itu datang setelah komunitas internsional, termasuk PBB menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri.

Laporan yang beredar pada Minggu 5 Mei 2019 malam juga mengindikasikan bahwa Qatar dan Mesir berusaha untuk menengahi gencatan senjata.

Dan pada Senin 6 Mei 2019 dini hari, para pejabat Palestina mengatakan bahwa sebuah kesepakatan telah dicapai, yang akan dimulai pukul 04.30 waktu setempat (01.30 GMT).

Sementara itu, sumber dari Hamas dan seorang pejabat Mesir juga mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa gencatan senjata telah disepakati.

Israel memang belum berkomentar soal kabar gencatan senjata itu, namun pada Minggu kemarin, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israeli Defence Forces (IDF) bergerak maju ke perbatasan kedua wilayah demi mengantisipasi serangan lanjutan.

Di sisi lain, kelompok gerilyawan di Gaza menyatakan siap melakukan aksi balasan jika tentara Israel membuka serangan lebih dulu.

Tanggapan Internasional soal Eskalasi Terbaru

Roket Israel menghantam Gaza City, Jalur Gaza (AFP PHOTO)
Roket Israel menghantam Gaza City, Jalur Gaza (AFP PHOTO)

Nickolay Miadenov, Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah telah mengutuk kekerasan baru-baru ini dan mengatakan PBB bekerja sama dengan kedua belah pihak untuk menenangkan kekerasan.

Sementara dalam sebuah pernyataan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk "dalam istilah terkuat" terhadap serangan roket yang diluncurkan ke Israel.

"Dia mendesak semua pihak untuk menahan diri secara maksimal, segera mengurangi dan kembali ke pemahaman beberapa bulan terakhir," tambah pernyataan dari kantor sekretaris jenderal.

Berbicara di Fox News pada Minggu 5 Mei 2019, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, Israel memiliki "hak untuk membela diri" dari serangan roket.

"Saya harap kita dapat kembali ke gencatan senjata yang telah berlangsung selama berminggu-minggu dan telah berperan secara signifikan sebelum ini," tambahnya.

Uni Eropa pada Minggu 5 Mei 2019 menyerukan tembakan roket untuk "segera berhenti".

Di sisi lain, menteri luar negeri Iran, mengecam apa yang ia sebut sebagai serangan "biadab" Israel terhadap Gaza, dan juga mengkritik "dukungan Amerika yang tak terbatas" terhadap Israel.

Komentar senada juga datang dari Turki dan Indonesia yang mengecam keras aksi kekerasan Israel terhadap Gaza.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya