Liputan6.com, Ankara - Pemerintah Turki dilaporkan tengah menjajaki pembelian sistem pertahanan rudal Rusia, meskipun hal itu berarti menentang ancaman sanksi dari Amerika Serikat (AS).
Menurut beberapa pejabat Turki, upaya penjajakan itu dilakukan karena Washington dinilai telah menggantungkan ketertarikan Ankara terhadap teknologi persenjataan AS, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Kamis (20/6/2019).
Turki menyimpulkan bahwa AS bertindak lebih seperti musuh daripada sekutu, dan Presiden Recep Tayyip Erdogan telah memutuskan untuk berdiri teguh, kata para pejabat yang enggan disebut namanya.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, dari perspektif Erdogan, ada beberapa keluhan yang diajukan kepada AS.
Pertama, Ankara menuding Pentagon sengaja mempersenjatai pasukan Kurdi Suriah yang dianggap Turki mengancam integritas teritorialnya.
Kedua, AS membuat marah Turki karena menolak mengekstradisi seorang ulama yang dituding Ankara bertanggungjawab atas kudeta yang gagal.
Ketiga, ekonomi Turki telah terpukul oleh sanksi AS terhadap Iran yang menaikkan harga energi di banyak kawasan di seluruh dunia.
Keempat, AS dituding mendukung saingan Turki dalam perselisihan gas alam dengan Siprus dan dalam konflik regional lainnya.
Turki, tambah para pejabat itu, yakin AS tidak dapat menggantikannya secara strategis dengan sekutu lain, jika mereka meneruskan pembelian sistem anti-rudal S-400.
AS Punya Perspektif Sangat Berbeda
Smeentara di lain pihak, AS memiliki perspektif sangat berbeda.
Sementara Donald Trump sempat memuji Erdogan sebagai pemimpin dan sekutu yang kuat dalam memerangi terorisme, AS mengatakan mereka harus memutuskan Turki untuk membeli --dan membantu membangun-- jet tempur F-35, jika membeli sistem anti-rudal Rusia yang dirancang untuk menembak jatuh pesawat sejenis.
Pemerintahan Trump menimbang tiga paket sanksi, termasuk satu yang akan melumpuhkan ekonomi Turki yang sudah bermasalah, dengan hukuman mungkin pada awal Juli, kata beberapa sumber internal.
Seperti pemerintahan Obama sebelumnya, Trump mengatakan hukum AS tidak akan membiarkannya mengekstradisi Fethullah Gulen, mantan sekutu Erdogan yang diasingkan, kecuali Turki dapat memberikan bukti kuat bahwa ia berada di balik kudeta yang dituduhkannya.
AS juga mengatakan bahwa pihaknya membantu persenjataan Kurdi karena berutang budi atas dukungan membasmi ISIS dan berbagai kelompok teroris Suriah.
Advertisement
Kemungkinan Kedua Negara Merugi
Menurut beberapa pengamat, jika AS dan Turki tidak bisa mencapai kesepakatan, hubungan keduanya mungkin akan saling merugi karena adanya sentimen satu sama lain.
AS akan berisiko kehilangan mitra penting di Timur Tengah yang bergejolak, dan Turki akan berisiko kehilangan sekutu Barat terkuatnya, yang juga telah bertahun-tahun menajdi pemasok senjata utama negara itu.
Pada awal bulan ini, mantan pelaksana tugas Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan, mengatakan dalam sepucuk surat kepada mitra Turki, bahwa: "selain mengancam keamanan platform seperti F-35, pengadaan S-400 Turki akan menghambat kemampuan negara Anda untuk meningkatkan atau mempertahankan kerja sama dengan Amerika Serikat dan di dalam NATO."
Sementara itu, Erdogan dikabarkan berencana membahas pembelian S-400 dengan Trump di KTT G-20 bulan ini.
Dia mengandalkan hubungan pribadinya dengan pemimpin AS untuk menangkis sanksi menyengat.
nkara masih bersiap menghadapi skenario terburuk karena oposisi yang kuat di Kongres, sementara tetap yakin memegang kartu yang kuat, kata para pejabat setempat.