Kapal Tanker Sering Diserang, AS Bangun Koalisi Militer di Lepas Pantai Iran

Negeri Paman Sam akan membentuk koalisi militer demi lindungi pelayaran komersial di lepas pantai Iran.

oleh Siti Khotimah diperbarui 11 Jul 2019, 11:26 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2019, 11:26 WIB
Kapal tanker Iran Sanchi kembali terbakar dan kemudian tenggelam (14/1/2018) di laut lepas China. Otoritas menyebut tak ada korban selamat (AFP)
Kapal tanker Iran Sanchi kembali terbakar dan kemudian tenggelam (14/1/2018) di laut lepas China. Otoritas menyebut tak ada korban selamat (AFP)

Liputan6.com, Teheran - Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat di kawasan Teluk semakin meningkat. Serangan terhadap tanker minyak pun tak jarang terjadi.

Negeri Paman Sam baru saja mengatakan, pihaknya tengah bekerja untuk membentuk koalisi militer demi melindungi pelayaran komersial di lepas pantai Iran dan Yaman Tengah.

Dalam rencana itu, koalisi Washington akan berpatroli di perairan strategis wilayah Teluk, serta laut antara Semenanjung Arab dan Afrika; kata ketua Kepala Staf Gabungan AS pada Selasa, 9 Juli 2019 dikutip dari Al Jazeera, Kamis (11/7/2019).

"Kami sekarang terlibat dengan sejumlah negara untuk ... memastikan kebebasan navigasi baik di Selat Hormuz dan Bab al-Mandab," kata Jenderal Marinir Joseph Dunford, kepala staf gabungan.

Dunford mengatakan, Pentagon telah mengembangkan rencana spesifik. Ia percaya dalam beberapa minggu ke depan sudah akan jelas negara mana yang bersedia bergabung.

Langkah ini sehubungan dengan adanya beberapa serangan terhadap tanker di Teluk. Padahal, seperlima dari ekspor minyak dunia melewati daerah tersebut. Presiden nyentrik AS Donald Trump telah menyalahkan Iran atas insiden itu.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Hubungan Washington - Teheran Memburuk Sejak Tahun Lalu

Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senn, 5 November 2018  (AFP).
Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senn, 5 November 2018 (AFP).

Ketegangan antara Washington dan Teheran telah meningkat sejak tahun lalu, ketika Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 yang membatasi ambisi nuklir Teheran dengan imbalan pengurangan sanksi ekonomi.

Krisis telah meningkat dalam beberapa hari terakhir karena Washington dan Teheran telah terlibat dalam perang kata-kata atas keputusan Iran untuk melewati batas pengayaan uranium yang ditetapkan oleh perjanjian 2015.

Teheran telah meminta pihak-pihak lain dalam perjanjian nuklir - Prancis, Inggris, Cina, Rusia, Uni Eropa dan Jerman - untuk menemukan cara untuk mengekspor minyaknya, sumber utama pendapatan bagi perekonomiannya yang lumpuh.

Trump mengatakan AS tidak akan mengizinkan Teheran memperoleh senjata nuklir, dengan sekutu dekatnya di wilayah itu, Israel, mengancam akan mengebom Iran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya