Liputan6.com, Washington, D.C - Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat secara resmi mengutuk Presiden AS Donald Trump atas serangan xenophobia terhadap empat anggota parlemen Demokrat minoritas.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (17/7/2019) sejumlah anggota dewan dari partai Republik pun melakukan kecaman dan ada yang memberikan suara penolakan atas komentar rasis tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Komentar Donald Trump ini dinilai rasis dan melegitimasi, meningkatkan ketakutan dan kebencian terhadap orang Amerika berkilit kulit berwarna.
Sementara itu, Donald Trump telah berkomentar di Twitter dan membantah segala tuduhan yang arahkan kepadanya.
Those Tweets were NOT Racist. I don’t have a Racist bone in my body! The so-called vote to be taken is a Democrat con game. Republicans should not show “weakness” and fall into their trap. This should be a vote on the filthy language, statements and lies told by the Democrat.....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 16 Juli 2019
"Twit itu bukan rasis. Saya tidak punya tulang rasis dalam tubuh saya," tulis Trump dalam twitnya, saat anggota parlemen AS bersiap memberi suara untuk resolusi yang mengecam komentar rasialnya di media sosial.
Beberapa waktu lalu, Trump disebut telah secara tak langsung menyerang empat perempuan anggota parlemen AS, yang berasal dari komunitas Hispanik, Arab, Somalia, dan Afro-Amerika.
Dalam sebuah cuitan, Donald Trump melontarkan kritik ke anggota Kongres yang seolah mengatur pemerintahan dan mendesak mereka untuk "kembali" ke negara asal mereka.
Kecaman dari Negara Lain
Kecaman terhadap twit Donald Trump tidak hanya datang dari dalam negeri. Sejumlah tokoh sentral dari negara lain juga turut mengutuk pernyataan berbau rasis sang presiden nyentrik.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan, komentar Trump tentang wanita kongres adalah "bukan bagaimana kita melakukan sesuatu di Kanada".
"Orang Kanada dan orang-orang di seluruh dunia tahu persis apa yang saya pikirkan tentang komentar khusus itu," kata Trudeau, Senin.
Seorang juru bicara untuk Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan dia berpikir "bahasa yang digunakan ... benar-benar tidak dapat diterima".
Advertisement