Liputan6.com, Seoul - Otoritas kesehatan Korea Selatan menemukan tiga kasus penggumpalan darah usai menerima vaksin AstraZeneca. Usia pasien mulai dari 20 tahunan hingga lansia.
Dilaporkan The Korea Herald, Rabu (7/4/2021), salah satu yang mengalami penggumpalan darah usai disuntik AstraZeneca adalah anggota paramedis berusia 20 tahunan.
Advertisement
Baca Juga
Ia mengalami penggumpalan darah di sel otak bernama trombosis sinus vena serebri (cerebral venous sinus thrombosis). CDC Korsel berkata tidak tahu apa yang memicu kondisi tersebut, sebab ia tidak punya kondisi medis maupun riwayat penyakit itu di keluarganya.
Ada pula seorang lansia berusia awal 60-an yang tinggal di nursing home yang meninggal 8 hari setelah ada penggumpalan darah di kakinya. Namun, CDC Korsel menyimpulkan vaksinnya tidak menyebabkan kematian dan penggumpalan darah pada wanita itu.
Yang ketiga adalah seorang perempuan yang juga berusia 20 tahunan. Ia awalnya mengalami gangguang napas, namun ternyata ada penggumpalan darah di paru-paru, serta trombosis urat dalam di kakinya.
Kondisi wanita itu sudah dalam pemulihan. Otoritas kesehatan Korsel masih tetap melanjutkan penggunaan AstraZeneca. Sudah ada 800 ribu orang yang mendapat dosis vaksin tersebut.
Korea Selatan sedang melakukan vaksinasi dengan AstraZeneca dan Pfizer. Presiden Moon Jae-in juga disuntik dengan AstraZeneca.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
AstraZeneca di Indonesia
Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) merekomendasikan agar dua dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca disuntikan dalam jarak waktu delapan minggu
Menurut Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro, vaksin AstraZeneca sendiri dapat digunakan bagi mereka yang berusia di atas 18 tahun, termasuk lansia.
"Untuk lansia sangat baik, sangat aman. Imunogenisitasnya cukup tinggi," kata Sri Rezeki dalam konferensi pers secara virtual pada Selasa (30/3/2021) sore.
Sri Rezeki mengatakan, vaksin COVID-19 AstraZeneca diberikan dalam dua kali dosis penyuntikan. Ia mengungkapkan, World Health Organization (WHO) memberikan saran rentang waktu penyuntikan pertama dan kedua adalah empat sampai delapan minggu.
"Tetapi ITAGI menyarankan, sebaiknya delapan minggu. Mungkin itu lebih baik, karena melihat efek sampingnya lebih rendah dan imunogenisitasnya lebih baik," kata Sri Rezeki.
Advertisement
Mengenai Pembekuan Darah
ITAGI menyebutkan bahwa vaksin AstraZeneca sendiri telah diuji klinis terhadap lebih dari 20 ribu sukarelawan, di banyak negara seperti Inggris, Afrika Selatan, Brasil, Amerika Serikat, dan Jepang.
"Di dalam uji klinis itu, efek sampingnya ada tetapi ringan. Dan ini tidak sampai masuk ke rumah sakit, tidak ada yang meninggal. Ini sangat penting untuk kita memakai vaksin yang aman."
Selain itu, terkait pembekuan darah usai vaksinasi yang terjadi di Eropa, Sri Rezeki mengatakan bahwa hasil kajian yang telah dilakukan beberapa lembaga menyebutkan bahwa manfaat vaksin masih lebih tinggi ketimbang risikonya.
"Gangguan pembekuan darah sebetulnya secara alami cukup tinggi. Dengan adanya vaksinasi ini tidak bertambah. Kalau dia disebabkan oleh vaksin pasti angka kejadiannya akan naik. Ini tidak terjadi," ujar Sri Rezeki.
Walaupun begitu, ITAGI tetap mengatakan bahwa pemantauan pelaksanaan vaksinasi secara berkala haruslah terus dilakukan. "Kita harus berhati-hati memantau secara serius dan berkala. Ini yang kita anjurkan untuk dikerjakan oleh Kementerian Kesehatan."
Infografis Vaksin COVID-19:
Advertisement