Restoran di China Tambahkan Narkoba ke Hidangan agar Pelanggan Ketagihan

Seorang pemilik warung makan di China belakangan ini ditangkap setelah mengaku menambahkan bunga poppy, sejenis narkotika hidangan untuk membuat pelanggannya ketagihan.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Sep 2021, 20:07 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2021, 21:00 WIB
Bunga poppy (pixabay)
Bunga poppy (pixabay)

Liputan6.com, Luhan - Pada bulan Agustus 2021, kantor polisi Lunan, kota Lianyungang, provinsi Jiangsu China, mendapat informasi bahwa pemilik rumah makan mie lokal mungkin menambahkan bahan-bahan ilegal pada makanannya agar lebih menggugah selera dan membuat candu.

Ternyata, pelapor anonim yang menaruh kecurigaan itu terpicu lantaran menonton video peringatan keselamatan publik tentang pengusaha curang mencampurkan bunga poppy ke dalam makanan jualan mereka untuk membuatnya tampak lebih menggugah selera dan penasaran apakah warung mie lezat yang sangat dicintainya melakukan hal serupa.

Melansir dari laman Oddity Central, Minggu (12/9/2021), didapati bahwa warung mie kesukaannya ternyata menambahkan bubuk bunga poppy ke dalam mie untuk membuat pelanggan ketagihan, begitulah caranya untuk menyokong bisnisnya.

Terinspirasi dari PSA yang ditontonnya di televisi dan popularitas mie yang sangat dicintainya, pelapor membawa sampel hidangan tersebut ke polisi untuk diuji. Hasilnya, mie lezatnya itu nyatanya mengandung tingkat papaverin yang tinggi, sejenis narkotika, dan senyawa asing lainnya.

Polsek Lunan bekerja sama dengan Badan Penyelidikan Lingkungan Makanan dan Obat-obatan untuk melakukan penggeledahan menyeluruh rumah makan mie tersebut. Mereka berhasil menyita satu pot besar berisi minyak cabai yang akhirnya diketahui telah dicampur dengan bahan turunan poppy.

"Bumbu minyak cabai dicampur dengan biji bunga poppy, yang membuatnya jauh lebih enak. Hidangan mie dingin secara keseluruhan rasanya lebih enak, tetapi makanan ini dapat membuat ketagihan dan membahayakan kesehatan dalam jangka panjang, ujar petugas Zhang Kaoshan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Alasannya, Pulihkan Bisnis Karena Pandemi COVID-19

Ilustrasi COVID-19 (pixabay)
Ilustrasi COVID-19 (pixabay)

Saat berhadapan dengan polisi, sang pemilik rumah makan, yakni pria lokal bermarga Li, tak punya lain selain mengakui telah membumbui cabainya dengan bunga poppy. Ia menjelaskan bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk dapat pulih dari kehancuran yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Ia telah kehilangan sebagian besar pelangannya selama kuncitara. Jadi, ia pikir dengan membuat pelanggan ketagihan dengan mienya adalah cara untuk memulihkan bisnis dengan cepat.

Pengusaha curang itu pernah mendengar bahwa dengan menambah bunga poppy ke dalam rempah dapat membuat pelanggan ketagihan, jadi ia bertanya pada pedagang rempah apakah mereka menambahkan bunga poppy dalam produk mereka.

Sesudah itu, seorang pedagang rempah menjual rempah yang mengandung bunga poppy pada Li. Ia pun merebus rempah spesial yang dibelinya bersama dengan cabai dan minyak kedelai, membawanya ke rumah makannya sebagai minyak cabai rahasia, dan mencampurkannya dengan mie dingin. Alhasil, bisnis makannya lekas melejit.

Tak lama kemudian, keuntungan harian rumah makan tersebut naik sekitar 1/3 dan minyak cabai rahasia adalah bahan pokoknya. Sayangnya, Li menjadi tersangka karena memproduksi dan menjual makanan beracun dan berbahaya. Ia akan menghabiskan waktunya dibalik jeruji besi.

Papaver somniferum, atau opium poppy, diproses untuk membuat opium obat adiktif, tetapi sebagian tampaknya digunakan oleh para pembisnis makanan di China untuk membuat makanan mereka adiktif dan dengan demikian dapat mendatangkan lebih banyak keuntungan.

Menurut statistik media, dari 2020 hingga April tahun ini, ada 155 kasus kriminal terkait dengan penambahan opium poppy ilegal ke dalam makanan. Henan, Guizhou, dan Jiangsu adalah tiga provinsi dengan peringkat teratas dalam hal jumlah kasus.

 

Reporter: Ielyfia Prasetio

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya