Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri China (MFA) melayangkan protes keras terhadap Amerika Serikat atas penembakan pesawat sipil nirawak China yang disebut sebagai balon mata-mata.
Pihak China telah memverifikasi situasi itu dan beberapa kali mengomunikasikannya dengan pihak AS, demikian pernyataan tertulis MFA di Beijing, Minggu.
Baca Juga
MFA menyampaikan bahwa apa yang disebut oleh AS sebagai balon mata-mata itu adalah pesawat sipil yang tidak disengaja dan di luar dugaan terbang di wilayah udara AS.
Advertisement
"Juru bicara Kementerian Pertahanan AS mengatakan bahwa balon tersebut tidak menghadirkan ancaman militer atau fisik kepada orang-orang di darat. Meskipun demikian, reaksi AS sangat berlebihan dengan menggunakan kekuatan sehingga melanggar praktik-praktik internasional secara serius," demikian lanjut MFA, seperti dikutip dari Antara, Minggu (5/2/2023).
MFA akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk melindungi hak dan kepentingan sah pascapenembakan tersebut.
Jet tempur militer AS telah menembak jatuh balon mata-mata tersebut di atas perairan Samudra Atlantik pada Sabtu (4/2) atas persetujuan Presiden AS Joe Biden.
Pihak China pada Sabtu mengeluarkan pernyataan bahwa pesawat nirawak yang memasuki wilayah udara AS itu adalah pesawat sipil yang digunakan untuk penelitian, terutama terkait dengan meteorologi.
Atas insiden tersebut Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menunda kunjungannya ke China yang rencananya dilakukan pada Jumat (3/2).
Kunjungan Blinken yang agenda utamanya bertemu Menlu China Qin Gang sebagai upaya menindaklanjuti pertemuan kedua kepala negara AS dan China di sela-sela KTT G20 di Bali pada November 2022.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement
Insiden Balon Mata-Mata Bikin Ketegangan AS dan China Kian Meningkat
Bahkan sebelum diplomat top Amerika Serikat Anthony Blinken menunda kunjungannya ke Beijing, hubungan AS-China berada pada titik terendah sepanjang masa.
Betapa rendahnya menjadi sangat jelas ketika sehari sebelum kepergiannya, balon mata-mata China yang tampaknya di atas negara bagian Montana memicu ketegangan yang dia coba atasi.
Akhirnya, kementerian luar negeri China mengklaim pesawat tak berawak itu digunakan untuk penelitian cuaca dan telah keluar jalur.
Ekspresi penyesalan yang menyertainya menunjukkan Beijing tidak ingin insiden itu merusak kunjungan menteri luar negeri - yang pertama dari jenisnya dalam lima tahun.
Tapi kerusakan telah terjadi, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (5/2/2023).
Beberapa jam setelah permintaan maaf China, Kementerian Luar Negeri AS membatalkan perjalanan.
Mengingat betapa luasnya keretakan itu, fakta bahwa perjalanan itu terjadi sejak awal telah menjadi alasan untuk perayaan.
Tapi sekarang yang tersisa adalah rasa peluang besar yang terlewatkan.
Selama ini, para pejabat AS telah menjelaskan bahwa ini bukan tentang terobosan. Itu tentang berbicara.
Mr Blinken ingin "menghindari persaingan yang membelok ke dalam konflik".
"Salah satu cara Anda melakukannya adalah memastikan bahwa Anda benar-benar memiliki jalur komunikasi yang baik," katanya dalam sebuah pidato bulan lalu, menyerukan "menempatkan beberapa pagar pembatas ke dalam hubungan."
Â
Bukan Perjalanan Mudah
Ini bukan perjalanan yang mudah bagi dua ekonomi terbesar dunia.
Perang dagang era Trump, ketegangan atas Taiwan, dan China yang semakin tegas di bawah Xi Jinping menggagalkan hubungan itu dalam beberapa tahun terakhir. Dan itu anjlok lebih jauh karena China menolak untuk mengutuk Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Kemudian terjadi pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada November lalu.
Kedua pemimpin menyatakan keinginan untuk menghindari konflik dan mengurangi panasnya retorika mereka.
Dan Mr Blinken ingin membangun di atas itu.
Bahkan sebelum insiden balon mata-mata terjadi, niatan itu terlihat sangat ingin direalisasikan oleh pemerintahan Joe Biden.
Advertisement