Liputan6.com, Jakarta Balon mata-mata China yang terbang di atas wilayah Amerika Serikat (AS) pada awal tahun ini berhasil mengumpulkan intelijen dari pangkalan militer selama berhari-hari sebelum ditembak jatuh. Demikian laporan media AS.
NBC News yang mengutip pejabat AS melaporkan bahwa balon mata-mata tersebut mengirimkan data ke Beijing secara real time. Menurut pejabat AS, balon mata-mata tersebut mengambil sinyal elektronik dibanding gambar.
Baca Juga
Gedung Putih belum mengonfirmasi laporan tersebut.
Advertisement
Meski demikian, para pejabat AS mengklaim mereka berhasil membatasi kemampuan pengumpulan intelijen balon mata-mata.
Pada Senin (3/4/2023), seorang juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemenhan) AS mengatakan bahwa FBI masih memeriksa puing-puing balon mata-mata tersebut.
"Kami tahu bahwa balon itu dapat digerakkan dan didorong dengan sengaja di sepanjang jalurnya," ujar juru bicara Kemenhan AS Sabrina Singh, seperti dilansir BBC, Rabu (5/4).
"Kami masih melakukan penilaian tentang apa yang dapat dikumpulkan oleh intel China, tetapi kami tahu bahwa langkah-langkah yang kami ambil memberikan sedikit nilai tambah atas apa yang dapat mereka kumpulkan."
Para pejabat mengatakan kepada media AS bahwa China mampu mengendalikan balon tersebut, sehingga dapat melewati beberapa pangkalan militer. Terkadang, balon itu disebut terbang dalam membentuk angka delapan.
Kemana Balon Mata-mata Itu Terbang?
Pejabat AS mengatakan, mereka melacak balon mata-mata itu di atas Alaska dan Kanada sebelum masuk kembali ke wilayah udara AS pada awal Februari.
Pengakuan publik bahwa balon itu terbang di atas benua AS memicu pelacakan, pengamatan langit, dan spekulasi selama berhari-hari. Balon mata-mata, yang tingginya sekitar 200 kaki, itu ditembak jatuh di lepas pantai Carolina Selatan pada 4 Februari oleh jet tempur AS.
Pejabat AS kemudian mengatakan, mereka telah menemukan puing-puing balon mata-mata tersebut. Sementara itu, China mengklaim bahwa itu adalah balon cuaca sipil dan AS bereaksi berlebihan dengan menembaknya jatuh.
Insiden itu memicu pertikaian diplomatik dan membuat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membatalkan lawatannya ke China.
Dalam minggu-minggu setelah balon mata-mata ditembak jatuh, jet tempur AS menembak jatuh beberapa balon lain yang mereka duga juga berasal dari China. Kemhan AS menuding China mengoperasikan armada balon mata-matanya di seluruh dunia.
Advertisement