Liputan6.com, Jakarta - Israel dikabarkan melakukan mobilisasi kepada 360 ribu pasukan cadangan yang tersebar di seluruh dunia. Ini merupakan persiapan Israel untuk kampanye militer yang panjang.
Populasi Israel hanya sedikit, sehingga masyarakat diharuskan ikut pelatihan wajib militer.
Baca Juga
Dilaporkan Middle East Monitor, Rabu (11/10/2023), lembaga penyiaran Israel, Kan, berkata mobilisasi itu dilakukan karena adanya eskalasi di Jalur Gaza dan ketegangan di perbatasan Lebanon.
Advertisement
Pihak tentara Israel juga telah mengumumkan bahwa ratusan tentaranya sudah mulai pulang dari Eropa.
"Sebagai bagian dari upaya-upaya tentara Israel untuk mengumpulkan pasukan tambahan untuk melanjutkan pertempuran, pesawat angkatan udara Rhino dan Samson mentransportasikan ratusan tentara Israel yang berada di berbagai negara seluruh Eropa," ujar pernyataan militer Israel.
Lebih lanjut, pihak militer berkata Kementerian Luar Negeri turut berkolaborasi dengan militer Israel dalam pemulangan tentara ini.
Al-Aqsa Flood vs. Swords of Iron
Pada Sabtu lalu, pasukan Al-Qassam melancarkan Operasi Al-Aqsa Blood sebagai respons terhadap okupasi pemukim Israel di tanah dan properti rakyat Israel.
Operasi tersebut merupakan serangan kejutan dari Hamas yang meluncurkan lebih dari 3.000 rudal ke wilayah Israel. Korban jiwa termasuk para penonton festival musik.
Selain itu, Hamas dilaporkan menjadikan sejumlah warga Israel sebagai tawanan.
Sebagai balasan, tentara Israel melancarkan operasi Swords of Iron yang membombardir Gaza. Pemerintahan Benjamin Netanyahu juga resmi menyatakan perang dan langsung dibela Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa.
Erdogan Kritik Pengiriman Kapal Perang AS ke Israel, Tegaskan Turki Siap Jadi Juru Damai
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (10/10/2023), mengkritik Amerika Serikat (AS) karena memindahkan kapal perangnya yang terbesar di dunia, USS Gerald R. Ford, ke Mediterania timur.
"Apa yang dilakukan kapal induk AS di dekat Israel, mengapa mereka datang? Apa yang akan dilakukan kapal-kapal dan pesawat-pesawat di dalamnya? Mereka akan menyerang Gaza dan sekitarnya, serta mengambil langkah-langkah untuk melakukan pembantaian serius di sana," ungkap Presiden Erdogan dalam pernyataan bersamanya dengan Kanselir Austria Karl Nehammer di Ankara, seperti dilansir Reuters, Rabu (11/10).
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Erdogan mengkritik pula blokade total Israel atas Gaza. Dia menegaskan bahwa pemutusan listrik dan air merupakan pelanggaran hak asasi manusia Palestina.
Erdogan sebelumnya menyatakan bahwa Turki siap menjadi penengah untuk menghentikan perang Hamas Vs Israel.
Menurut laporan Reuters, Erdogan telah menjalin diskusi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin via telepon pada Selasa. Kremlin menyatakan bahwa fokus kedua pemimpin adalah gencatan senjata segera dan kembali ke meja perundingan.
Menyusul serangan yang dilancarkan Hamas terhadap Israel pada Sabtu 7 Oktober, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Minggu (8/10) mengatakan bahwa AS akan memindahkan kelompok kapal induk penyerang, termasuk USS Gerald R. Ford, lebih dekat ke Israel.
Advertisement
Israel Ancam Mesir
Israel pada Selasa melalui Channel 13 dilaporkan mengancam Mesir bahwa mereka akan mengebom setiap konvoi bantuan yang menuju Jalur Gaza.
Pihak berwenang dari pemerintah Mesir sejauh ini belum memberikan komentarnya atas ancaman tersebut.
Israel menggempur Jalur Gaza untuk hari ketiga berturut-turut pada Selasa. Dilansir CBS News, korban tewas di sisi Israel akibat serangan Hamas sejak Sabtu 7 Oktober mencapai 1.200 orang, sementara setidaknya 2.700 lainnya mengalami luka.
Di Gaza, tercatat sedikitnya 900 kematian termasuk 140 anak. Adapun korban luka mencapai setidaknya 4.500 orang.
Juru bicara militer Israel Richard Hecht sebelumnya telah menyarankan warga Palestina di Jalur Gaza untuk mengungsi ke Mesir, namun pada akhirnya dia meralat rekomendasi tersebut.
Israel telah mengobarkan "keadaan perang" pasca serangan Hamas, di mana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah menggunakan seluruh kekuatan Israel untuk menghancurkan kemampuan Hamas dan membalas dendam atas Sabtu kelam.Â
Maskapai Asing Tangguhkan Penerbangan
Dalam perkembangan lainnya, maskapai American Airlines mengumumkan pada Selasa sore bahwa mereka akan menangguhkan penerbangan ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv hingga 4 Desember menyusul perang Hamas Vs Israel.
Perusahaan tersebut termasuk di antara sejumlah maskapai AS dan internasional lainnya yang telah mengumumkan penangguhan penerbangan ke Tel Aviv dalam pekan ini.
Delta dalam pernyataannya menyebutkan akan menangguhkan penerbangan hingga akhir bulan ini, sementara United Airlines juga mengumumkan langkah serupa.
Juru bicara United Airlines mengumumkan melalui email, seperti dilansir Forbes, pihaknya telah mengoperasikan dua penerbangan terjadwal dari Tel Aviv selama akhir pekan untuk mengakomodasi pelanggan, kru, dan karyawan yang berada di bandara.
"Penerbangan kami di Tel Aviv akan tetap ditangguhkan sampai kondisi memungkinkan untuk dilanjutkan," ungkap pihak United Airlines.
Advertisement