Liputan6.com, Singapura - Hubungan Singapura dan Malaysia seharusnya tidak terpengaruh perbedaan kebijakan kedua negara terkait konflik Israel-Palestina. Hal tersebut diungkapkan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong pada Senin (30/10/2023).
"Menurut saya hal itu tidak akan memengaruhi hubungan bilateral kami. Saya pikir kami masing-masing telah menyatakan pandangan kami mengenai apa yang terjadi di Timur Tengah," ujar PM Lee Hsien Loong dalam konferensi pers bersama dengan PM Anwar Ibrahim di Singapura, seperti dilansir CNA, (1/11).
Baca Juga
Kejar Transisi Energi, PLN EPI Bakal Bangun Ekosistem Green Hydrogen Terbesar di ASEAN
Penyanyi Singapura Regina Song yang Viral di Medsos Akan Tampil di Jakarta pada Januari 2025, Jadi Tur Perdana di Luar Negara Asalnya
Timnas Basket Putra Indonesia Uji Coba Lawan Malaysia Select Team dan Timnas Singapura
Pada 7 Oktober, kelompok militan Hamas melancarkan serangan terhadap Israel selatan, menewaskan setidaknya 1.400 orang dan dan menyandera lebih dari 200 orang.
Advertisement
Israel kemudian menanggapinya dengan membombardir Gaza, khususnya di utara dan melancarkan serangan darat. Otoritas kesehatan Gaza, wilayah kantong yang dikuasai Hamas, per Selasa (31/10) mengumumkan bahwa korban tewas telah mencapai 8.525 orang, termasuk 3.542 anak-anak.
Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura K. Shanmugam pada 12 Oktober menekankan bahwa respons Israel harus konsisten dengan hukum internasional dan aturan perang internasional.
Singapura-Israel Punya Hubungan Diplomatik, Malaysia Tidak
PM Lee Hsien Loong mengatakan bahwa Singapura mengutuk "tragedi kemanusiaan" yang menewaskan orang-orang tak berdosa dan anak-anak, serta mendesak Israel dan Otoritas Palestina bekerja menuju solusi dua negara.
"Saya pikir masyarakat Singapura memahami posisi kami," ungkap PM Lee Hsien Loong.
PM Lee Hsien Loong menambahkan, Malaysia juga telah memperjelas posisinya dan menyatakan bahwa situasinya tidak sama dengan mereka.
"Kami mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel, namun pada saat yang sama kami juga mempunyai hubungan bersahabat dengan Otoritas Palestina," tutur PM Lee Hsien Loong.
"Dan Malaysia memiliki hubungan yang sangat bersahabat dengan Otoritas Palestina, namun mereka tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Jadi, situasi diplomatiknya tidak sama, namun tidak ada alasan untuk menimbulkan kesulitan antara Malaysia dan Singapura."
PM Anwar Ibrahim sebelumnya mengatakan bahwa Malaysia tidak setuju dengan tekanan Barat untuk mengutuk Hamas dan negara mayoritas muslim tersebut telah mengadakan beberapa demonstrasi besar-besaran sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.
Advertisement
Malaysia-Singapura Satu Suara terkait Resolusi PBB
Pada Senin, Anwar Ibrahim menuturkan bahwa Malaysia telah mengambil posisi yang "lebih kuat" karena dia merasa masalah di Timur Tengah bukanlah apa yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir, namun "politik perampasan".
"Negara-negara tersebut tidak dapat terus menjajah bagian lain dari tanah Palestina. Namun, yang penting saat ini tentu saja perdamaian dan menghentikan pembunuhan terhadap warga sipil, bayi, dan perempuan," katanya.
Anwar Ibrahim mengungkapkan bahwa Malaysia dan Singapura pada 27 Oktober sama-sama memberikan suara mendukung resolusi PBB untuk melindungi warga sipil dan menegakkan kewajiban hukum dan kemanusiaan di tengah konflik.
Resolusi tersebut menyerukan gencatan senjata yang segera, tahan lama, dan berkelanjutan, yang mengarah pada penghentian permusuhan. Selain itu juga menyerukan penyediaan pasokan penting segera, berkelanjutan, dan tanpa hambatan bagi warga sipil di Gaza.
"Posisi tersebut didukung bersama oleh kedua negara dan mayoritas negara di dunia," kata Anwar Ibrahim.