Liputan6.com, Jakarta - Sarung jadi salah satu kekhasan yang dimiliki Indonesia. Setiap daerah memiliki sarung tersendiri, seperti sarung goyor dari Jawa Tengah. Goyor dalam bahasa Indonesia "lemas" atau " tidak kaku".
Salah satu pemilik usaha sarung goyor adalah Fahmi Lukman Alkatiri, owner Fahaltex yang memproduksi sarung goyor Pohon Zaitun. Ia memproduksi sarung goyor tersebut sejak 2012 lalu.
Advertisement
Baca Juga
"Sarung goyor yang kami produksi bahannya adem dan halus. Selain itu, sarung goyor nyaman dipakai kapanpun dan di mana pun," ungkap Fahmi saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (26/3/2022).
Fahmi mengklaim sarung buatannya termasuk yang ramah lingkungan, karena proses pembuatannya ditenun, bukan menggunakan mesin. Teknik yang digunakan untuk sarung goyor masih brsifat hand madeDengan menggunakan tangan-tangan terampil.
"Sarung goyor dibuat menggunakan ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin). Jadi, sangat ramah lingkungan. Sarung goyor Pohon Zaitun kerajinan tangan anak bangsa yang ramah lingkungan," imbuh Fahmi.
Penggunaan ATBM digerakkan oleh manusia dan dapat gunakan sambil duduk maupun berdiri. Namun, banyak yang masih digunakan sambil duduk.
Selain menggunakan ATBM, sarung goyor menggunakan bahan baku, di antaranya benang rayon. Benang tersebut termasuk mempunyai sifat yang mudah terurai.
"Jadi, benang rayon termasuk yang ramah lingkungan," ungkap Fahmi. Tak hanya permintaan dalam dan luar negeri.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tahapan
Dihimpun dari berbagai sumber, pembuatan sarung goyor dimulai dari pemilihan benang, pewarnaan, penggulungan benang, proses menenun. Tahapan-tahapan tersebut harus dilewati dengan baik.
"Untuk jadi sebuah sarung tenun goyor, kami harus melewati 19 tahapan," ucap Fahmi. Mulai dari pemilihan bahan baku yang ramah lingkungan hingga menjadi sarung yang adem untuk digunakan.
Tahap pertama yang yang harus dilakukan adalah memilih benang. Pemilihan tersebut sangat penting agar kualitas sarung jadi makin bagus.
Selanjutnya pewarnaan benang sesuai yang diinginkan untuk menjadi sarung. Setelah dicelup, benang kemudian dijemur dan digulung saat telah kering.
"Tahap tersebut harus dilewati agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan," imbuh Fahmi.
Advertisement
Diminati Luar Negeri
Harga
Sarung goyor pertama kali berkembang sekitar 1980-an di daerah Pemalang, Jawa Tengah. Belakangan sarung tersebut telah berkembang hingga Tuban dan Gresik.
Harga sarung tenun goyor Pohon Zaitun, kata Fahmi, harganya sekitar Rp250 ribu hingga Rp400 ribu. Salah satu yang membuat harganya cukup mahal, karena sarung tersebut diperoses dengan ATBM.
"Jadi, sarung goyor ramah lingkungan banget. Karena menyerap banyak tenaga kerja. Jadi, kami tidak menggunakan mesin," tegas Fahmi.
Advertisement
Luar Negeri
Menurut Fahmi, produksi sarung goyor tahun ini mengalami peningkatan pesat. Ia bahkan mempekerjakan lingkungan setempat dan narapidana di Lapas Slawi, Jawa Tengah.
"Hal itu untuk memenuhi pangsa pasar Afrika dan Timur Tengah. Afrika itu di antaranya Somalia, Djibouti, Kenya, sementara Timur Tengah itu Jeddah," ucap Fahmi.
Ia menambahkan, peningkatan terjadi untuk pasar Somalia, Djibouti, dan Jeddah. Peningkatan tersebut lebih baik tahun ini daripada sebelumnya.
Infografis Sentra Sarung di Indonesia
Advertisement