Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) bersama Federal Reserve Bank of New York menyelenggarakan Joint International Seminar yang membahas topik Managing Stability and Growth Under Economic and Monetary Divergence pada Senin 1 Agustus 2016. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Executive'Meeting of Asia Pacific Central Banks (EMEAP) Governors' Meeting 2016.
Direktur Eksekutif Departemen International BI Aida Budiman menuturkan, EMEAP yang berdiri pada 1991 ini merupakan kerja sama antar bank sentral dan otoritas moneter di Asia Timur dan Pasifik. Tujuannya untuk memperkuat hubungan kerja sama di antara anggotanya.
EMEAP ini terdiri dari 11 bank sentral antara lain Bank Indonesia, Reserve Bank of Australia, People's Bank of China, Hong Kong Monetary Autority, Bank of Japan, The Bank of Korea, Bank Negara Malaysia, Reserve Bank of New Zealand, Bangko Sentral ng Philipinas, Monetary Autohority of Singapore serta Bank of Thailand.
Advertisement
Baca Juga
"Pertemuan ini sebagai paguyuban para gubernur bank sentral untuk diskusi sehingga menimbulkan upaya sistematis. Ini punya working group financial market, banking supervisor, dan melakukan sharing," ujar Aida di Nusa Dua, Bali, seperti ditulis Minggu (31/7/2016).
Ada pun diskusi kali ini akan mengangkat mengenai pengelolaan stabilitas dan pertumbuhan di tengah divergensi kebijakan ekonomi dan moneter yang diambil oleh negara-negara ekonomi utama dunia.
"Ada isu divergensi pertumbuhan ekonomi dan moneter bukan hanya regional tapi juga mencakup yang datang dari Amerika Serikat, Jepang, dan dampaknya ke emerging market," kata Aida.
"Dalam seminar itu akan dihadiri oleh Presiden of Federal Reserve Bank of New York William C.Dudley. Pembicara dari The Fed ini untuk mengetahui perkembangan ekonomi di Amerika Serikat. Kemudian Gubernur Bank Sentral India Raghuram Rajan untuk melihat bagaimana dari emerging market. Selain itu dari Eropa ada Swiss National Bank untuk tahu dampak dari negatif interest rate," tambah dia.
Dalam seminar kali ini, Aida menuturkan, misi khusus yang diangkat Indonesia yaitu bagaimana dampak kebijakan Amerika Serikat (AS), Tiongkok, dan Jepang ke emerging market.
"Misi khusus Bank Indonesia menemukan arah dari timur dan barat. Melihat secara langsung apa dampaknya dan kesulitannya. Emerging market masih kurang di dengar percaturan ekonomi global. Gubernur BI konsisten dalam pertemuan internasional yaitu IMF dan G20 concern ke emerging market. Bila emerging market tidak dibantu maka pertumbuhan ekonomi akan lebih parah," jelas Aida.