Ekonom Bahana: Likuiditas Ketat, Perbankan akan Perang Suku Bunga

Pertumbuhan DPK yang melambat menjadikan persaingan antar bank dalam memperoleh dana dari masyarakat akan semakin sengit.

oleh Bawono Yadika diperbarui 29 Jan 2019, 17:50 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2019, 17:50 WIB
Bahana TCW Investment Management. Liputan6.com/Bawono Yadika
Bahana TCW Investment Management. Liputan6.com/Bawono Yadika

Liputan6.com, Jakarta Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonom Bahana TCW Investment Management (BTIM) Budi Hikmat memprediksi akan terjadi perang suku bunga deposito pada tahun ini. Itu terjadi karena likuiditas industri perbankan nasional diperkirakan mengetat.

"Indonesia kebutuhan likuiditas dengan dana pihak ketiga (DPK) terhadap GDP hanya 40 persen. Kalau ekonomi digerakan ada pertempuran likuiditas sehingga suku bunga deposito naik," ujar dia di Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Dia menjelaskan, pertumbuhan DPK yang melambat menjadikan persaingan antar bank dalam memperoleh dana dari masyarakat akan semakin sengit. Itu terutama terjadi dengan bank-bank kecil di Indonesia. 

Tak hanya antar perbankan, perang suku bunga deposito ini juga diperkirakan akan terjadi dengan pemerintah. Pemerintah pada tahun ini gencar menerbitkan surat utang negara (SUN) dengan suku bunga yang tinggi.

"Dengan return yang tinggi, dalam ikhtiar memperbaiki struktur kepemilikan SUN, pemerintah lebih aktif dan sangat pro domestik. Ini yang sebenarnya perlu disuarakan supaya bagaimana masyarakat yang merebutkan dana ini bukan investor asing," ujarnya.

 Dia pun menyarankan agar pemerintah mendorong perbaikan struktural dalam hal perdagangan internasional seperti menarik lebih banyak aliran dana asing masuk ke Indonesia.
 
"Jadi penting masyarakat untuk diedukasi buat masuk reksadana ke pasar uang. Kita sarankan reksadana pasar uang," tandasnya.

Bahana Prediksi Rupiah di Kisaran 14.000-14.800 per Dolar AS Tahun Ini

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sudah Masuk Level Undervalued
Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perusahaan asset management Bahana TCW Investment Management (BTIM) memprediksi nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) akan terjaga di tahun politik ini bahkan cenderung membaik.

Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makro ekonomi BTIM Budi Hikmat mengungkapkan, rupiah akan berada pada rentang 14.000-14.800 pada tahun ini. Kisaran ini diyakini lebih baik dari asumsi rupiah pada Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN) 2019 yaitu 15.000 per Dolar AS.

"Rupiah bakal lebih baik ya dari asumsi APBN kita. Asumsi kami bakal nilai tukar rupiah akan di rentang 14.000 sampai dengan 14.800. Jadi rupiah relatif stabil," ujarnya di Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Dia menambahkan, pada tahun ini pemerintah perlu memperkuat industri manufaktur dalam negeri. Pemerintah juga perlu memacu perbaikan struktur perdagangan internasional untuk mendorong ekspor produk manufaktur dan barang jadi.

Sementara itu, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management Edward Lubis menjelaskan kondisi pasar finansial Indonesia tahun 2019 masih harus menghadapi beberapa tantangan. Itu didorong sentimen global yang meragukan pertumbuhan ekonomi AS tahun ini.

"Pasar finansial Indonesia memang jauh lebih baik dibandingkan tahun 2018 lalu. Namun, ada persepsi investor yang masih enggan untuk menempatkan investasi di pasar saham dan obligasi karena menunggu perkembangan pasar. Perlu waktu untuk membangun optimisme investor kembali. Sehingga Bahana memproyeksikan pertumbuhan yang konservatif pada tahun ini,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya