Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Selasa (18/10/2022) Rupiah ditutup menguat 24 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 35 poin di level Rp 15.464. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 15.487.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Rabu, 19 Oktober 2022.
Baca Juga
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.440 hingga Rp 15.490,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa, 18 Oktober 2022.
Advertisement
Secara internal, pelaku pasar merespon positif setelah rilis data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) kembali mencatatkan surplus pada September 2022 telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, neraca dagang Indonesia kembali mencatat surplus sebesar USD 4,99 miliar atau sekitar Rp 77,2 triliun pada September 2022, meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD 5,71 miliar (Rp 88,3 triliun).
Sedangkan NPI pada Januari-September 2022 secara keseluruhan mencatat surplus USD 39,87 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar USD 25,10 miliar.
Adapun surplus neraca dagang pada bulan ini berasal dari surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah defisit neraca perdagangan migas yang sedikit meningkat.
Surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat sebesar USD 7,09 miliar pada September 2022, atau lebih rendah dibandingkan surplus pada Agustus 2022 sebesar USD 7,73 miliar.
Selain itu, Bank Indonesia mengungkapkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2022 kembali menurun. Posisi ULN Indonesia pada akhir Agustus 2022 tercatat sebesar USD 397,4 miliar, turun USD 2,8 miliar dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya sebesar USD 400,2 miliar.
Penurunan ULN Pemerintah terjadi akibat adanya penurunan pinjaman seiring dengan pelunasan pinjaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan penarikan pinjaman dalam mendukung pembiayaan program dan proyek prioritas.
Indeks Dolar AS
Dolar AS merosot terhadap sekeranjang mata uang utama setelah menteri keuangan baru Inggris membuang sebagian besar "anggaran mini" pemerintah, sementara pendapatan yang lebih baik dari yang diharapkan dari Bank of America membantu meningkatkan selera risiko.
Jeremy Hunt, yang ditunjuk sebagai menteri keuangan oleh Perdana Menteri Liz Truss pada hari Jumat, membalikkan petak "anggaran mini" 45 miliar pound yang memicu gejolak pasar di mana pound mencapai rekor terendah dan Bank of England terpaksa melakukan intervensi.
Sentimen risiko juga membaik setelah Bank of America melaporkan penurunan laba kuartalan yang lebih kecil dari perkiraan dan mengatakan bahwa pengeluaran klien konsumen AS tetap kuat, bahkan jika melambat.
Federal Reserve juga telah mengisyaratkan suku bunga akan mengakhiri tahun pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang terlihat selama krisis keuangan 2008, di tengah memburuknya prospek ekonomi.
Pasar memperkirakan kemungkinan hampir 100 persen The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November, kenaikan ketiga berturut-turut.
Advertisement
Rupiah Hampir Sentuh 15.500 per Dolar AS, Pengusaha: BI Harus Turun Tangan
Sebelumnya, Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Diana Dewi mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membawa efek yang berbeda di kalangan dunia usaha. Bagi pengusaha eksportir hal ini merupakan suatu berkah, namun bagi pengusaha importir hal ini adalah sebaliknya.
“Kondisi ini memang kerap kali dirasakan para pengusaha ketika rupiah berfluktuasi dan hal ini merupakan suatu kondisi yang biasa bagi dunia usaha,” kata Diana kepada Liputan6.com, Selasa (18/10/2022).
Sebagai pelaku usaha, Diana berharap pemerintah dapat melakukan beberapa langkah strategis agar rupiah tidak semakin dalam tertekan. Selain itu, kinerja dari sektor manufaktur harus tetap dijaga, dalam rangka menjaga neraca perdagangan Indonesia.
"Saya pikir BI dapat melakukan beberapa langkah dalam mengintervensi pasar mengingat cadangan devisa kita sangat cukup untuk BI melakukan hal tersebut,” ujarnya.
Prediksi Rupiah
Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Ronny P Sasmita, memprediksi nilai tukar rupiah masih berpotensi terus tertekan di tengah ketidakpastian global.
“Proyeksi ke depan saya kira masih bearish untuk rupiah. Hemat saya, rupiah masih berpotensi tertekan lebih jauh mengingat situasi ekonomi global makin tak pasti,” kata Ronny kepada Liputan6.com, Selasa, 18 Oktober 2022.
Dia menjelaskan, ancaman capital outflow masih tinggi karena para investor cenderung memindahkan asetnya ke instrumen investasi safe haven dan hard currency seperti dolar AS. Akibatnya, tekanan jual jual rupiah semakin tinggi seiring dengan dorong beli dollar yang juga tinggi.
“Jika pemerintah dan BI tak hati-hati, nilai tukar rupiah bisa level 15.750. Kalau tembus, rupiah akan mengejar level 15.900 per dolar AS. Semakin nilai tukar kita melemah, semakin rentan ekonomi Indonesia, baik secara moneter maupun fiskal,” ujarnya.
Advertisement